Prancis Dituduh Terlibat dalam Genosida Rwanda

Setiap 7 April akan diperingati sebagai Hari Refleksi Internasional Genosida Rwanda

Keterlibatan Prancis dalam genosida Rwanda dikenang setiap tahun pada 7 April pada Hari Refleksi Genosida Internasional yang ditentukan oleh PBB di Rwanda.
Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Keterlibatan Prancis dalam genosida Rwanda dikenang setiap tahun pada 7 April pada Hari Refleksi Genosida Internasional yang ditentukan oleh PBB di Rwanda.

Baca Juga

Prancis mendukung Hutu, sebuah kelompok etnis yang melakukan pembantaian 100 hari di Rwanda pada 1994. Setidaknya 800.000 etnis Tutsi terbunuh, menurut laporan PBB. Pada 23 Juni 1994, Prancis meluncurkan Operasi Turquoise ketika tentara Prancis memasuki barat daya Rwanda untuk mendirikan zona aman kemanusiaan bagi para pengungsi. Namun alih-alih mencegah genosida, Prancis memberikan dukungan militer bagi para pelaku genosida.

Prancis juga memberikan dukungan diplomatik, politik dan militer kepada Hutu, menurut dokumen yang terungkap. Salah satu sumber terpenting yang menjelaskan peran Prancis dalam genosida Rwanda adalah arsip Presiden Francois Mitterrand saat itu. Akses ke arsip ini diblokir dalam waktu yang cukup lama.

Tetapi atas upaya dari Francois Graner, direktur penelitian Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis (CNRS), pemblokiran tersebut dicabut dan para ahli telah meneliti arsip selama hampir setahun. Menurut Graner, arsip-arsip itu mengkonfirmasi bahwa Prancis mendukung para pelaku sebelum dan sesudah genosida.

Laporan tentang genosida diserahkan ke Macron

Sebuah laporan yang disiapkan oleh komisi tentang keterlibatan Prancis dalam genosida Rwanda disampaikan kepada Presiden Emmanuel Macron pada 26 Maret. Vincent Duclert, kepala komisi yang dibentuk atas permintaan Macron, menunjukkan jejak kolonialisme dalam politik otoritas Prancis terkait genosida Rwanda.

Dia menambahkan bahwa Francois Mitterrand, mantan presiden Prancis, memiliki hubungan dekat dengan pemerintah saat itu yang melakukan genosida pada 1994. Arsip tersebut juga termasuk telegraf diplomatik yang menunjukkan Prancis memerintahkan pemerintah yang dipimpin Hutu untuk melarikan diri dari daerah di bawah kendali tentara Prancis. Perintah ini diberikan oleh Menteri Luar Negeri Prancis Alain Juppe.

Dokumen itu menunjukkan bahwa Prancis mengizinkan mereka yang melakukan genosida terhadap etnis Tutsi untuk melarikan diri. Selain itu, beberapa ahli dan pengacara menyatakan bahwa Prancis juga mengizinkan beberapa orang Hutu masuk ke negara itu sambil memberikan beberapa dari mereka kewarganegaraan Prancis.

Keterlibatan Prancis dalam genosida

 

Meski para ahli setuju bahwa Prancis tidak secara langsung berpartisipasi dalam genosida Rwanda, mereka juga melihat dukungan yang diberikannya kepada Hutu sebagai sebuah "keterlibatan".

Graner, peneliti yang menelusuri kearsipan, sebelumnya mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa ada tiga elemen yang menunjukkan keterlibatan dalam genosida, yaitu “mendukung para pelaku, menyadari tindakannya, dan berdampak pada kejahatan”.

Semua arsip dan dokumen itu mengandung tiga unsur tersebut, tambah dia.

Selain itu, Prancis telah menjadi satu-satunya negara yang menerima perwakilan pemerintah yang melakukan genosida. Pada April 1994, dua perwakilan Rwanda dijamu di Istana Elysee, Perdana Menteri dan Kementerian Luar Negeri Prancis.

 
Berita Terpopuler