Alquran Pertama Terjemahan Rohingya Segera Diterbitkan

Alquran terjemaah Rohingya akan diluncurkan Ramadhan.

Republika/Edwin Dwi Putranto
Seorang anak muslim Rohingya membaca alquran di masjid kampung Char Pauk, Sittwe, Myanmar, Sabtu (2/6).
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  ISTANBUL -- Untuk pertama kalinya, Muslim Rohingya dapat mendengarkan Alquran dengan terjemahaan bahasa sendiri. Dalam beberapa hari ke depan, terjemahan audio dan video dari kitab paling suci Islam ini akan tersedia secara daring.

Baca Juga

Terjemahan yang didasarkan pada Quran versi bahasa Inggris Raja Fahad Arab Saudi, akan dirilis dalam beberapa angsuran. Penyelenggara di belakang proyek ini menyebut beberapa bagian pertama Alquran diharap akan dibagikan pada Ramadhan tahun ini.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rohingya merupakan salah satu minoritas yang paling teraniaya di dunia. Lebih dari 800.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, terpaksa meninggalkan rumah mereka di Myanmar setelah operasi militer yang brutal.

Aktivis hak asasi manusia telah mencatat beberapa kasus pemerkosaan dan pembunuhan di luar proses hukum. Seluruh desa dibakar menjadi abu di negara bagian Rakhine Myanmar, yang sebelumnya dikenal sebagai Arakan.

 

 

Penganiayaan selama beberapa dekade dan kecaman negara oleh pemerintah Buddha, ternyata juga berdampak pada hancurnya bahasa Rohingya. Buku dan kitab suci mereka dihancurkan, bahkan pendidikan dilarang diberikan.

"Kami tidak diizinkan membaca dan menulis dalam bahasa Rohingya. Mereka akan memberi kami hukuman maksimal, baik dibunuh atau dipenjara,” kata seorang aktivis dan pengusaha Rohingya, yang merupakan bagian dari kampanye penerjemahan Alquran, Muhammad Noor, dikutip di TRT World, Selasa (6/4).

Ia menyebut upaya terjemahan Alquran dalam bahasa Rohingya di masa lalu tidak lengkap. Sebagian besar dalam bentuk teks, yang menggunakan huruf Urdu, Arab atau Latin. 

Kondisi buta huruf tersebar luas di antara orang-orang Rohingya. Mereka telah kehilangan pendidikan dan pekerjaan selama beberapa dekade oleh negara Myanmar, yang bahkan menolak untuk menyebut etnis minoritas dengan namanya.

 

 

Diaspora Rohingya, seperti Noor yang orang tuanya melarikan diri dari Myanmar pada 1960-an ke Timur Tengah, telah mencoba menghidupkan kembali budaya dan warisan komunitas.

Meski bahasa Rohingya diucapkan dan dipahami oleh 1,8 juta orang, format tertulisnya baik alfabet dan kosakata, telah mengalami beberapa perubahan selama berabad-abad.

Pada 1980-an, Seorang cendekiwan Rohingya yang tinggal di Bangladesh, Maulana Muhammad Hanif, akhirnya mengembangkan sistem bahasa yang sekarang dikenal sebagai Rohingya Hanifi. Sistem ini digunakan untuk membakukan bahasa dan memudahkan orang mempelajarinya.

 Noor menyebut masyarakat Rohingya yang dididik di Pakistan atau India, cenderung membaca terjemahan Alquran dalam bahasa Urdu. Sementara, mereka yang lahir dan besar di negara-negara Arab mengandalkan huruf Arab.

"Tapi kebanyakan Rohingya tidak bisa membaca semua itu. Kami ingin menerjemahkan audio dan video Rohingya agar bisa menjangkau masyarakat akar rumput," ujarnya.

 

 

Kampanye kali ini tidak berfokus pada versi teks. Untuk versi ini, ia berharap dapat dibahas dalam kesempatan berikutnya.

Dalam proses penerjemahan ini, Noor membantu mengembangkan Unicode untuk bahasa Rohingya Hanifi. Apa yang ia lakukan dapat membantu orang berkomunikasi dengan mudah melalui perangkat digital.

Para sponsor proyek terjemahan ini disebut merasa sangat prihatin dengan kegiatan misionaris Kristen di kamp pengungsi. Badan amal evangelis telah menerjemahkan sebagian dari Alkitab ke dalam bahasa Rohingya.

PBB telah melarang adanya kelompok kemanusiaan atau bantuan yang mencoba mempengaruhi keyakinan agama kepada komunitas rentan, seperti Rohingya. Tetapi, kelompok-kelompok evangelis kadang secara terbuka membahas cara-cara untuk memikat orang-orang di luar kamp.

Proyek penerjemahan yang didukung oleh perusahaan media Noor, Rohingya Vision dan Toko Buku Dakwah Corner (DCB) yang berbasis di Malaysia, bertujuan untuk mengumpulkan 360.000 ringgit Malaysia atau setara Rp 1,2 miliar.

 

Terjemahan ini akan menggunakan bacaan bahasa Arab dari almarhum ulama Sheikh Muhammad Ayyoub. Ia lahir di Makkah dari orang tua pengungsi Rohingya pada 1950-an, yang kemudian menjadi Imam Madinah. 

Qutub Shah, pengkhotbah yang menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Rohingya, adalah mantan mahasiswa teknik mesin yang tidak diizinkan menyelesaikan studinya oleh negara Myanmar. Dia adalah seorang mahasiswa PhD dalam perbandingan agama di International Islamic University Malaysia.

Meskipun Alquran telah diterjemahkan ke dalam lusinan bahasa, proses penafsiran, terutama penafsiran catatan kaki yang panjang tidak pernah mudah. Agar tetap sederhana dan mendekati arti sebenarnya, terjemahan bahasa Rohingya akan dibuat kata demi kata dari sampel bahasa Arab dan Urdu. 

Salah satu pihak yang berkontribusi dalam kampanye ini, Zahid Mateen, menyebut upaya yang mereka lakukan ini seperti ground zero, dimana ini merupakan terjemahan pertama yang dilakukan setepat mungkin. 

 

"Terjemahan dalam bahasa Rohingya sulit karena bahasanya belum berkembang dengan baik. Kalau dalam bahasa Urdu atau Inggris, ada banyak cendekiawan yang berkontribusi dan pekerjaan sebelumnya bisa dikembangkan," kata Pria yang juga bekerja untuk GlobalSadaqah.com ini.  

 
Berita Terpopuler