Rusia Prihatin dengan Situasi di Myanmar

Moskow sedang mempertimbangkan untuk menangguhkan kerja sama militer dengan Myanmar

Rusia memandang keadaan sekarang di Myanmar sebagai situasi yang "mengkhawatirkan".
Red: Nur Aini

 

Baca Juga

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia memandang keadaan sekarang di Myanmar sebagai situasi yang "mengkhawatirkan". Hal itu dikatakan juru bicara Kremlin pada Jumat (12/3).

"Laporan tentang peningkatan jumlah korban di kalangan warga sipil menjadi perhatian khusus kami," kata Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, kepada wartawan di Moskow.

"Kami menilai situasi ini mengkhawatirkan, dan kami prihatin dengan informasi yang datang dari sana tentang meningkatnya jumlah korban sipil. Ini adalah masalah yang mengkhawatirkan bagi kami. Kami memantau dengan cermat apa yang terjadi di sana," imbuh Peskov.

Dia mengatakan otoritas Rusia juga mempertimbangkan kemungkinan penangguhan kerja sama militer dengan Myanmar. Junta militer telah menewaskan sedikitnya 70 warga dan menahan lebih dari 2.000 orang di tengah protes massal yang sedang berlangsung terhadap kudeta pada 1 Februari.

Para pemimpin politik, termasuk Penasihat Negara Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint, juga masih dalam tahanan militer. Organisasi global, termasuk PBB dan pengawas hak asasi manusia Amnesty International, dengan keras mengutuk kekerasan junta militer dan menyuarakan keprihatinan atas kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan.

 
Berita Terpopuler