Laporan: Hadapi Pendemo, Junta Myanmar Pakai Drone Israel

Tiga produsen pertahanan Israel diduga melanggar embargo senjata internasional.

AP
Dalam gambar dari video ini, pengunjuk rasa anti-kudeta melarikan diri dari gas air mata yang diluncurkan oleh pasukan keamanan Senin, 1 Maret 2021, di Yangon, Myanmar. Massa yang memberontak kembali ke jalan-jalan kota terbesar Myanmar pada hari Senin, bertekad untuk melanjutkan protes mereka terhadap perebutan kekuasaan militer sebulan lalu, meskipun pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 18 orang di seluruh negeri hanya sehari sebelumnya.
Rep: Fergi Nadira Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Militer Myanmar dilaporkan memiliki berbagai alat persenjataan untuk meretas dan menyedot isi perangkat lunak yang dimiliki seseorang. Laporan New York Times (NYT) menyebut, junta memiliki drone pengintai buatan Israel, perangkat peretas iPhone Eropa, dan perangkat lunak Amerika.

Alat-alat ini dimiliki junta terlepas dari berbagai sanksi dan embargo senjata internasional yang melarang sistem itu diekspor ke negara tersebut.

Baca Juga

Juru bicara Justice For Myanmar, sebuah kelompok yang memantau pelanggaran Tatmadaw, Ma Yadanar Maung menuduh junta menggunakan alat-alat tersebut untuk mengekang para pengunjuk rasa yang memprotes kudeta.

"Militer kini menggunakan alat-alat itu untuk secara brutal menindak pengunjuk rasa damai yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk melawan junta militer dan memulihkan demokrasi," kata seperti dikutip laman Jerusalem Post, Selasa (2/3).

NYT mengutip tiga produsen pertahanan Israel yang diduga melanggar embargo senjata internasional. Mereka di antaranya ialah Systems, Cellebrite, dan Gaia Automotive Industries.

Baca juga : Mengapa Biden tak Berani Sanksi Pangeran MBS?

Laporan NYT menemukan bahwa produsen senjata Israel Elbit diduga memasok suku cadang untuk memperbaiki drone Elbit kelas militer pada akhir 2019. Elbit sebelumnya mengeklaim tidak berhubungan dengan Myanmar sejak 2015 atau 2016.

Namun pada 2018, Israel memblokir semua ekspor militer ke Myanmar setelah muncul laporan bahwa senjata Israel yang diduga dijual ke Tentara Myanmar yang digunakan untuk melakukan genosida terhadap etnis minoritas Muslim Rohingya. Menurut laporan NYT, U Kyi Thar, kepala eksekutif Myanmar Future Science mengonfirmasi bahwa perusahaannya memulai pekerjaan perbaikan drone pada akhir 2019 dan berlanjut hingga 2020. "Kami memesan suku cadang dari perusahaan Israel bernama Elbit karena kualitasnya bagus dan Elbit terkenal," kata Kyi Thar kepada NYT.

Laporan itu juga menambahkan bahwa kepala Tatmadaw yang memimpin kudeta militer bulan lalu, Jenderal Senior Min Aung Hlaing mengunjungi kantor Elbit selama perjalanan 2015 ke Israel. Selain Elbit, laporan NYT mengeklaim bahwa anggaran pemerintah terbaru di Myanmar termasuk dianggarkan untuk perangkat lunak forensik "MacQuisition", yang dirancang mengekstrak dan mengumpulkan data dari komputer Apple.

Perusahaan yang berbasis di AS merancang perangkat lunak tersebut dan kemudian dibeli tahun lalu oleh perusahaan keamanan siber Israel, Cellebrite. Ini bukan pertama kalinya Cellebrite menerima kritik karena keterlibatannya dalam penindasan protes damai. Musim panas lalu, tekanan internasional membuat perusahaan tersebut menghentikan penjualan layanannya ke Hong Kong dan China.

Aktivis hak asasi manusia juga mengkritik kontrak Cellebrite senilai 30 juta dolar AS dengan Badan Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE). Mereka mengeklaim badan tersebut menggunakan teknologi Cellebrite untuk memata-matai pencari suaka dan aktivis politik.

Namun untuk Myanmar, juru bicara Cellebrite mengatakan bahwa pihaknya berhenti menjual ke Myanmar pada 2018. Menurutnya, BlackBag juga telah berhenti menjual ke negara tersebut setelah diakuisisi oleh Cellebrite.

"Dalam kasus yang sangat jarang terjadi ketika teknologi kami digunakan dengan cara yang tidak memenuhi hukum internasional atau tidak sesuai dengan nilai-nilai Cellebrite, kami segera menandai lisensi ini untuk non-perpanjangan dan tidak menyediakan pembaruan perangkat lunak," kata juru bicara itu.

Salah satu pengacara hak asasi manusia Myanmar, U Khin Maung Zaw mengatakan bahwa polisi Myanmar telah memberikan bukti yang diperoleh menggunakan teknologi Cellebrite dalam uji coba yang dia kerjakan pada 2019 dan 2020.  "Departemen keamanan siber masih menggunakan teknologi itu," kata Khin Maung Zaw kepada Times. "Sepengetahuan saya, mereka menggunakan Cellebrite untuk memindai dan memulihkan data dari ponsel," ujarnya menambahkan.

Perusahaan Israel ketiga yang disebutkan dalam artikel NYT adalah Gaia Automotive Industries. Perusahaan itu memiliki kendaraan lapis baja yang telah dikonfirmasi oleh pakar militer telah digunakan oleh militer Myanmar selama kudeta 1 Februari di ibu kota Naypyidaw.

Salah satu pakar militer, Siemon Wezeman mengatakan, bahwa kendaraan yang digunakan dalam kudeta tersebut menampilkan gagang kap mesin, saluran masuk udara, dan pengaturan lampu yang khas Gaia. Kendaraan yang diklaim para ahli digunakan oleh militer Myanmar baru diproduksi massal setelah embargo senjata 2018.

Kepala Gaia Automotive Shlomi Shraga mengaku belum melihat foto kendaraan lapis baja Gaia yang melaju melalui Naypyidaw. Dia menekankan bahwa Kementerian Pertahanan Israel melisensikan semua ekspornya. "Semoga rakyat Myanmar hidup damai dan di bawah rezim demokrasi," ujar Shraga.

Beberapa dari teknologi yang dimiliki junta termasuk peningkatan satelit dan telekomunikasi yang membantu orang-orang di Myanmar dapat terhubung dengan internet dan berintegrasi dengan dunia setelah beberapa dekade terisolasi. Sistem lain, seperti spyware, dijual sebagai bagian integral dari lembaga penegakan hukum modern.  

Anggaran militer Myanmar juga merinci perusahaan dan fungsionalitas alat mereka. Dalam beberapa kasus, junta menentukan penggunaan yang diusulkan, seperti memerangi pencucian uang atau menyelidiki kejahatan dunia maya.

"Apa yang Anda lihat yang dikumpulkan oleh militer Myanmar adalah rangkaian keamanan siber dan forensik yang komprehensif," kata Ian Foxley, seorang peneliti di Pusat Hak Asasi Manusia Terapan di  University of York. "Banyak dari hal-hal ini adalah kemampuan peperangan elektronik," kata dia.

 
Berita Terpopuler