Studi: Mesin Cuci tak Hilangkan Virus Covid-19 di Baju Nakes

Virus Covid-19 memiliki kemampuan bertahan lama di beberapa jenis pakaian.

AP Photo / Ng Han Guan
Virus Covid-19 memiliki kemampuan bertahan lama di beberapa jenis pakaian (Foto: ilustrasi tenaga kesehatan)
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus penyebab Covid-19 SARS-CoV-2 memiliki kemampuan untuk bertahan cukup lama pada beberapa jenis bahan pakaian. Proses pencucian baju biasa yang menggunakan suhu tinggi dinilai tak dapat menghilangkan virus dari seragam nakes yang terkontaminasi.

Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi dari peneliti De Montfort University (DMU) di Leicester. Studi ini meneliti bagaimana reaksi virus corona tersebut terhadap bahan kain yang biasa digunakan untuk seragam tenaga kesehatan.

"Ketika pandemi baru terjadi hanya ada sedikit yang diketahui mengenai berapa lama virus corona bisa bertahan pada kain," jelas Kepala Infectious Disease Research Group di DMU Dr Katie Laird, seperti dilansir Cosmopolitan, Jumat (26/2).

Ada tiga jenis kain yang paling sering digunakan untuk membuat seragam tenaga kesehatan. Ketiga jenis kain tersebut adalah polyester, polycotton, dan 100 persen katun.

"Temuan kami menunjukkan bahwa tiga jenis kain yang paling umum digunakan di layanan kesehatan memiliki risiko transmisi virus tersebut," ujar Dr Laird.

Baca Juga

Baca juga : Dokter: Sebagian Besar Pasien Covid-19 Pulih dari Anosmia

Menurut studi ini, SARS-CoV-2 bisa bertahan paling lama pada jenis kain polyester. Di jenis kain ini, virus tersebut bisa bertahan hingga tiga hari.

Sebaliknya, virus tersebut diketahui hanya bisa bertahan paling lama enam jam pada jenis kain polycotton. Sedangkan pada bahan 100 persen katun, SARS-CoV-2 dapat bertahan selama 24 jam.

Tim peneliti menambahkan, virus-virus yang menempel pada ketiga jenis kain pakaian ini bisa menyebar ke permukaan benda lain. Oleh karena itu, penting bagi para tenaga kesehatan untuk mencuci dan membersihkan seragam mereka sesuai dengan standar rumah sakit.

Bila perawat dan tenaga kesehatan lain pulang ke rumah dengan tetap menggunakan seragam mereka, ada kemungkinan mereka akan meninggalkan jejak-jejak virus corona di permukaan benda-benda lain yang ada di rumah.

"Setelah kami menentukan tingkat ketahanan virus corona pada tiap jenis kain, kami mengalihkan perhatian untuk mengetahui cara mencuci paling dapat diandalkan untuk menghilangkan virus (dari kain)," pungkas Dr Laird.

Baca juga : Berbagai Reaksi Tubuh Setelah Divaksinasi

Mencuci seragam tenaga kesehatan dengan mesin cuci rumahan tidak akan menghilangkan virus, meski proses tersebut menggunakan suhu yang tinggi. Dr Laird mengatakan metode tersebut tidak menghilangkan risiko bahwa baju yang sudah terkontaminasi bisa meninggalkan jejak virus corona pada benda lain di rumah atau kendaraan yang digunakan.

"Penelitian ini menguatkan rekomendasi saya bahwa semua seragam tenaga kesehatan perlu dicuci di rumah sakit atau di laundry industri," ungkap Dr Laird.

Dr Laird mengatakan metode mencuci di rumah sakit atau di laundry industri berbeda dengan metode mencuci di rumah. Kedua metode tersebut telah diregulasi sehingga perawat dan tenaga kesehatan lain tidak perlu khawatir mengenai potensi membawa virus ke rumah.

Namun, risiko ini lebih dititikberatkan pada tenaga kesehatan yang memang dalam kesehariannya bergelut dengan kasus-kasus Covid-19. Dr Laird mengatakan risiko baju terkontaminasi oleh virus corona tidak begitu tinggi pada kelompok non tenaga kesehatan yang tidak melakukan kontak dengan pasien Covid-19.

Pada kalangan non tenaga kesehatan, Dr Laird mengatakan metode mencuci dengan air bersuhu 40 derajat dan deterjen sudah cukup untuk menghilangkan virus. Akan tetapi, Dr Laird tetap menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menangani baju yang mungkin berpotensi terkontaminasi sebelum dicuci.

"Penting untuk membatasi risiko transmisi," papar Dr Laird.

 
Berita Terpopuler