Hikmah di Balik Wafatnya Anak Tercinta

Allah SWT menjadikan ibu dan ayahnya sebagai pelayan yang amanah bagi anak tersebut.

ANTARA/Nova Wahyudi
Hikmah di Balik Wafatnya Anak Tercinta
Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak yang meninggal sebenarnya adalah makhluk Tuhan Yang Maha Pengasih, salah satu ciptaan-Nya, dan titipan Allah kepada orang tua agar untuk beberapa waktu berada dalam pemeliharaan mereka. Lalu apa hikmah di balik wafatnya anak yang dicintai setiap orang tua?

Baca Juga

Dalam bukunya yang berjudul Terapi Maknawi dengan Resep Qur’ani, seorang pemikir Turki Badiuzzaman Said Nursi telah menjelaskan beberapa hikmah di balik itu. Nursi menjelaskan, Allah SWT menjadikan ibu dan ayahnya sebagai pelayan yang amanah bagi anak tersebut.

Allah tanamkan pada keduanya perasaan kasih sayang yang nikmat sebagai upah duniawi atas pelayanan yang mereka berikan untuknya. Sekarang, menurut Nursi, Tuhan Yang Maha Pengasih itu yang merupakan pemilik hakiki anak tersebut, mengambil anak dari setiap orang tua sesuai dengan rahmat dan hikmah-Nya seraya mengakhiri tugas mereka untuk melayaninya.

“Maka, tidak sepantasnya orang beriman bersedih putus asa serta meratap yang menyiratkan keluhan pada Tuhan mereka, Sang Pemilik seribu bagian di hadapan satu bagian yang  bersifat formalitas. Ia hanya layak dilakukan oleh orang-orang yang lalai dan sesat,” kata Nursi.

 

Seandainya dunia kekal abadi, seandainya manusia di dunia kekal selamanya, atau seandainya perpisahan bersifat abadi, tentu kesedihan yang pedih dan duka lara yang ada bisa dimaklumi. Namun, menurut Nursi, karena dunia merupakan negeri jamuan, maka ke mana anak yang meninggal itu pergi, kita semua juga akan pergi ke tempat yang sama.

“Lagi pula yang merasakan kematian bukan hanya dia. Namun ia (kematian) adalah jalan yang dilalui semua orang,” ungkapnya.

Karena perpisahan juga tidak abadi, namun di waktu mendatang akan ada pertemuan kembali di alam Barzakh dan di surga, maka menurut Nursi yang harus diucapkan adalah, “Segala ketentuan adalah milik Allah. Allah yang memberi, Allah pula yang berhak mengambilnya.” Hal ini disertai harapan mendapat pahala, bersabar, dan bersyukur seraya berkata, “Segala puji bagi Allah atas segala kondisi yang ada.”

 
Berita Terpopuler