Hati-Hati Nyeri Kepala Bisa Jadi Gejala Strain Covid-19 Baru

Paling penting pemerintah harus melakukan testing kepada semua masyarakat

Flickr
Sakit kepala (Ilustrasi). Epidemiolog mengatakan nyeri kepala bisa menjadi salah satu ciri strain baru Covid-19.
Rep: Haura Hafizhah Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan, pada 2021 ini terdapat munculnya banyak strain baru SARCoV2 atau Covid-19. Semakin telat suatu negara atau wilayah merespons dengan 3T dan 5M yang optimal maka semakin besar potensi perburukan pandeminya.

"React study di UK (Inggris) menemukan, selain empat gejala klasik Covid-19 yaitu kehilangan indra penciuman, perasa, demam dan batuk. Ternyata ditemukan juga pada usia 5 sampai 17 tahun dominan nyeri kepala, menggigil, kehilangan nafsu makan dan nyeri otot. Nyeri otot akan terjadi dominan kepada orang dewasa," katanya saat dihubungi Republika, Ahad (14/2).

Kemudian, ia melanjutkan munculnya strain baru SARSCoV2 di California yang memperburuk situasi pandemi bukan hal aneh terjadi di negara atau wilayah yang tidak terkendali pandeminya. Jadi jangan kaget jika Indonesia mengalami hal yang sama. Kecepatan dan ketepatan merupakan kunci respons pengendalian pandemi.

Ia menambahkan untuk pasien Covid-19 yang positif tanpa gejala juga bisa berbahaya. Pemerintah harus mengawasi dan memonitor pasien tersebut sampai sembuh lewat tenaga kesehatan. Sebab, tanpa gejala ini bisa terjadi tiba-tiba nyeri di kepala, masuk ruang ICU dan pada kondisi tertentu menyebabkan meninggal dunia.

"Harusnya yang tanpa gejala walaupun isolasi mandiri tapi dipantau oleh tenaga kesehatan setiap harinya. Ditanya perkembangannya seperti apa. Hal ini dilakukan agar tidak telat untuk ditangani jika terjadi apa-apa. Tapi sampai sekarang pengawasan dan monitoring ini beluk disempurnakan oleh pemerintah," kata dia.

Baca Juga

Sementara itu, ia mengingatkan kembali kepada pemerintah dan masyarakat agar melakukan antisipasi hadapi strain baru SARACoV2 yaitu dengan  3T, isolasi karantina, disiplin 5M, masker kain dua lapis, jaga jarak dua meter, cuci tangan, batasi mobilitas dan interaksi, jauhi keramaian.

"Vaksinasi harus tepat sasaran, serta penguatan surveilans ILI, Genomic. Dan paling penting pemerintah harus melakukan testing kepada semua masyarakat jika ini lambat terus pandemi akan semakin buruk di Indonesia," kata dia.

Sebelumnya diketahui, Jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di seluruh Indonesia hari ini kembali bertambah sebanyak 8.844 orang. Sementara jumlah pasien yang sembuh dari penyakit tersebut hari ini mencapai angka 11.919 dan jumlah pasien meninggal dunia mencapai 280 orang.

Berdasarkan data yang dikeluarkan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 pada Sabtu (13/2) sore, tercatat penambahan jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di seluruh Indonesia mencapai 8.844 orang. Penambahan tersebut membuat jumlah total pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di seluruh Indonesia menjadi 1.210.703 orang.

Daerah dengan penambahan jumlah pasien terkonfirmasi positif terbanyak terjadi di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Untuk DKI Jakarta tercatat terjadi penambahan sebanyak 3.018 pasien terkonfirmasi positif baru dalam sehari terakhir, Jawa Barat mencapai 1.737 pasien, Jawa Tengah mencapai 763 pasien, Jawa Timur mencapai 560 pasien.


 
Berita Terpopuler