Erick Thohir Dorong Perubahan Model Bisnis Garuda Indonesia

Bisnis kargo menyumbang 30-40 persen dari pendapatan Garuda Indonesia saat ini.

Reuters
Pesawat Garuda Indonesia (ilustrasi)
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan keputusan penyelesaian kontrak sewa pesawat Bombardier CRJ 1000 menjadi momentum perbaikan model bisnis PT Garuda Indonesia (Persero). Erick tak ingin Garuda terus berkutat dengan biaya penyewaan pesawat yang menempati pos terbesar dalam kas perusahaan. 

Baca Juga

Erick mendorong Garuda untuk mengoptimalkan sisi bisnis lain yang begitu potensial saat situasi pandemi maupun pascapandemi yakni sektor kargo. "Bagaimana kita merubah bisnis model yang sesuai dengan situasi covid dan pascacovid, salah satunya kargo yang menjadi dorongan pendapatan yang baik untuk Garuda," ujar Erick saat jumpa pers virtual bersama Dirut Garuda Irfan Setiaputra di Jakarta, Rabu (10/2).

Erick mengatakan sektor kargo menyumbang 30 persen sampai 40 persen dari pendapatan Garuda saat ini. Erick menyebut Garuda telah melakukan pengiriman kargo di berbagai rute, mulai dari Manado sampai ke Jepang hingga rute Sumatera ke China.

"Bukan tidak mungkin ke depan lumbung pangan ikan yang ada di Maluku kita jadikan juga kargo untuk dikirim ke Cina, Jepang, dan lain-lain," lanjut Erick.

Selain kargo, Erick mendorong Garuda memaksimalkan potensi penerbangan domestik setelah adanya program vaksinasi. Erick menyebut 90 persen penerbangan di Indonesia sebelum pandemi merupakan penerbangan domestik.

"Ini yang kita lihat juga bagaimana efisiensi penerbangan luar negeri dibandingkan penerbangan lokal, ini yang menjadi suatu strategi yang kita prioritaskan, penerbangan lokal menjadi kunci," ucap Erick.

Erick juga ingin mengubah sistem penyewaan pesawat yang selama ini sangat membebani Garuda Indonesia. Erick menilai industri pesawat saat ini juga akan mengalami perubahan mengingat adanya dampak pandemi yang membuat banyak pesawat tidak beroperasi. Erick ingin kerja sama penyewaan pesawat harus saling menguntungkan.

Erick menyebut Indonesia memiliki kekuatan dan daya tawar yang besar dari sisi pasar. Kekuatan ini yang seharusnya menjadi kekuatan Indonesia dalam bernegosiasi dengan leasing. Erick menilai sistem penyewaan pesawat harus berubah ke depan. Erick ingin Garuda melihat lebih jeli kerja sama yang lebih menguntungkan antara Airbus dan Boeing bagi perusahaan.

"Jadi bukan asal beli atau sewa, ini komitmen dari direksi, komisaris dan kementerian BUMN," ungkap Erick.

 

Kementerian BUMN, ucap Erick, tidak segan-segan mengawal tim Garuda untuk terbang ke Amerika negosiasi lansgungt dengan Boeing atau Airbus tanpa lagi melalui perantara.

"Kita langsung saja transaksi dengan produsen pesawat yang hari ini juga mereka semua kesulitan. Kita punya market, mestinya kita bukan ditekan, kita yang mesti tekan orang, kalau enggak, enggak usah masuk ke market kita," kata Erick.

Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mendukung arahan Erick dalam optimalisasi pasar kargo dan penumpang domestik. Garuda, ucap Irfan, berencana menambah penerbangan untuk kargo dengan rute Manado-Narita, Jepang; Padang-Guangzhou, China; Makassar-Singapura, hingga Bali-Hong Kong 

"Kita lagi diskusi dengan beberapa pemda yang lainnya untuk membuka jalur jalur lainnya dari pusat-pusat ekspor seperti Papua dan Ambon, Ambon sudah melakukan perjalanan sekali lewat Manado untuk ekspor ikan ke Narita," ucap Irfan.

Irfan menambahkan, Garuda Indonesia terus melakukan serangkaian langkah strategis dalam upaya mempercepat pemulihan kinerja perusahaan. Selain melakukan renegosiasi armada, termasuk melalui kebijakan early termination armada Bombardier CRJ 1000, perusahaan juga melakukan strategi restrukturisasi biaya sewa pesawat, negosiasi dengan pihak ketiga lainnya, serta berbagai optimalisasi biaya penunjang lainnya yang mana penghematan per bulannya yang dapat diperoleh mencapai lebih dari 15 juta dolar AS.

Irfan juga melaporkan kinerja operasional hingga memasuki kuartal IV 2020 yang mana Garuda Indonesia berhasil mencatatkan jumlah penumpang tertinggi selama pandemi. Irfan mencatat Garuda Indonesia berhasil membukukan jumlah 

penumpang mencapai lebih dari 1,02 juta penumpang pada November 2020 atau tumbuh sebesar 38,04 persen dibandingkan Oktober 2020.

Sementara itu, ucap Irfan, dari angkutan kargo dan charter, perusahaan juga turut mencatatkan pertumbuhan signifkan khususnya dari aspek kontribusi pendapatan perusahaan yang cenderung meningkat dan saling melengkapi dengan core utama bisnis Garuda Indonesia saat ini yakni layanan penerbangan penumpang berjadwal. 

"Dari bisnis angkutan kargo, pada November 2020, Garuda Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan kargo sebesar 12,20 persen dari Oktober 2020 lalu, menjadi 24,6 ribu ton angkutan kargo," kata Irfan.

 

 
Berita Terpopuler