Utusan PBB Kunjungi Iran untuk Bahas Krisis Yaman

Pemerintah AS mengakhiri dukungan untuk Arab Saudi di Yaman

EPA-EFE/Yahya Arhab
Reruntuhan sisa perang di Kota Sana
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Yaman, Martin Griffiths, mengunjungi Iran untuk pertama kalinya membahas krisis Yaman, Ahad (7/2). Peristiwa itu terjadi beberapa hari setelah pemerintah AS mengumumkan diakhirinya dukungannya untuk operasi militer yang dipimpin Arab Saudi di Yaman.

Baca Juga

"Utusan Khusus PBB Martin Griffiths telah tiba di Teheran untuk kunjungan dua hari, di mana dia akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif dan pejabat Iran lainnya," kata TV pemerintah Iran.

Kantor Griffiths mengatakan kunjungan itu adalah bagian dari upaya diplomatik untuk mendukung penyelesaian politik yang dinegosiasikan untuk konflik tersebut. Prioritas langsung adalah untuk mendukung kesepakatan antara pihak-pihak yang bertikai tentang gencatan senjata, langkah-langkah kemanusiaan mendesak, dan dimulainya kembali proses politik.

Juru bicara Griffiths, Ismini Palla, mengatakan kunjungan tersebut telah direncanakan untuk beberapa waktu. Kunjungan terjadi pada saat dia mencoba untuk mengumpulkan lebih banyak dukungan diplomatik, regional dan internasional untuk upayanya untuk mengakhiri perang.

"Griffiths akan berkonsultasi dengan pejabat Iran tentang cara-cara untuk meringankan penderitaan rakyat Yaman," kata  kantor berita negara Iran IRNA melaporkan.

 

Koalisi pimpinan Arab Saudi ikut campur dalam perang saudara Yaman pada 2015, mendukung pasukan pemerintah yang memerangi kelompok Houthi yang berpihak pada Iran. Arab Saudi dan Iran bersaing untuk mendapatkan pengaruh di Timur Tengah, dari Suriah hingga Irak dan Yaman.

Sehari sebelum kunjungan Griffiths, Iran menyambut baik langkah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk mengakhiri dukungan Washington untuk operasi ofensif dalam kampanye militer yang dipimpin Saudi di Yaman. Upaya itu dinilai sebagai langkah untuk memperbaiki kesalahan masa lalu.

"Saya tentu berharap itu terjadi...yang terbaik bagi Amerika Serikat untuk menunjukkan cinta yang kuat kepada sekutunya dan memberi tahu mereka untuk hentikan kekejaman ini. Mereka tidak akan pernah menang di Yaman," ujar Zarif ketika ditanya apakah keputusan AS akan menghasilkan peluang untuk mengakhiri perang di Yaman.

 
Berita Terpopuler