Inggris Uji Kombinasi Vaksin Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca

Peserta uji coba di Inggris akan menerima satu dosis dari dua tipe vaksin

REUTERS/CARL RECINE
Inggris menggelar uji coba untuk mengkombinasikan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca.
Rep: Lintar Satria Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris menggelar uji coba untuk mengkombinasikan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca. Peserta uji coba akan menerima satu dosis dari dua tipe vaksin yang dikembangkan perusahaan yang berbeda.

Baca Juga

Para peneliti mengatakan hasil uji coba itu akan membantu memahami bagaimana vaksinasi dapat dilakukan lebih fleksibel di seluruh dunia. Data awal bagaimana kekebalan tubuh merespon dua jenis vaksin yang berbeda diperkirakan baru dapat diketahui sekitar bulan Juni mendatang.

Uji coba ini akan menganalisis kekebalan tubuh yang mendapatkan satu dosis vaksin Pfizer-BioNTech lalu satu dosis lagi dari AstraZeneca. Rentang waktu suntikan pertama ke suntikan kedua sekitar empat hingga 12 minggu.

Saat ini, Inggris tengah menggelar vaksinasi yang menggunakan vaksin mRNA dari Pfizer-BioNTech dan vaksin vektor virus adenovirus yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca. Rentang waktu dosis pertama dan kedua dilakukan  12 minggu.

Peneliti berharap semakin banyak jenis vaksin yang dapat diuji coba bila vaksin-vaksin tersebut sudah disetujui pihak yang berwenang. Proses perekrutan peserta uji coba dimulai pada Kamis (4/2) ini. Uji coba tersebut diperkirakan akan diikuti sekitar 800 orang.

Baca juga : Perusahaan Farmasi Malaysia Pastikan Vaksin Sinovac Halal

 

Jumlah peserta lebih sedikit dibandingkan saat uji coba untuk mencari tahu apakah vaksin efektif untuk melindungi diri dari virus korona atau tidak. Uji coba ini tidak menilai efektivitas kombinasi vaksin tapi peneliti akan mengukur respon antibodi dan T-cell serta memantau efek samping yang tidak terduga.

Uji coba ini dipimpin oleh ahli vaksin Oxford Matthew Snape. Ia mengatakan hasil awal uji coba ini dapat memberi informasi mengenai penerapan vaksin pada pertengahan tahun kedua ini.

"Hasil yang kami perkirakan akan kami dapatkan pada bulan Juni atau sekitar itu, akan memberi informasi dosis yang menguatkan populasi umum," katanya.

Uji coba ini sedang mencari peserta berusia di atas 50 tahun yang mungkin memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan orang muda. Peserta juga harus belum pernah divaksin. 

Vaksin AstraZeneca juga dikombinasikan dengan vaksin Rusia, Sputnik V. Kepala penelitian perusahaan asal Inggris itu mengatakan harusnya semakin banyak penelitian yang mengkombinasikan vaksin. 

 
Berita Terpopuler