Disastronomics: Mendorong Kebangkitan Ekonomi Berkat Bencana

Mendorong Kebangkitan Ekonomi Berkat Bencana

YUSUF NUGROHO/ANTARA
Sejumlah relawan menyiapkan bahan makanan di dapur umum korban banjir di Desa Kedungdowo, Kaliwungu, Kudus, Jawa Tengah, Senin (1/2/2021). Dapur umum yang dibuka oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tersebut untuk membantu menyediakan makanan bagi korban banjir di Kudus.
Red: Muhammad Subarkah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Parni Hadi, Mantan Pimred Republika dan Pendiri Dompet Duafa.

Bencana datang silih berganti menghampiri negeri ini, susul menyusul. Dampak bencana sebelumnya belum tuntas ditangani, sudah datang bencana baru. Situasi dan kondisi  lebih mengharu biru, karena bencana itu terjadi di tengah era pandemi Corona.

Penerapan pola hidup normal baru (new normal life) gegara Corona jadi terganggu. Bagi orang beriman, setiap bencana pasti ada solusinya karena sesuai firman Tuhan di balik kesulitan tentu ada kemudahan. Kesulitan memantik manusia untuk lebih kreatif untuk mengatasinya.

Pada awalnya adalah peristiwa/kejadian alam seperti gempa, tsunami, gunung meletus, taifun, gelombang pasang, curah hujan lebat dan lain sebagainya. Sebutan bencana alam (natural disaster) ada yang menilai kurang tepat. Alasanya, sesuatu biasa disebut bencana karena ada korban yang menyangkut kepentingan manusia, baik kehilangan nyawa, harta benda dan berbagai penderitaan lainnya.

Kalau tidak korban atau kerugian, semua itu namanya ya kejadian alam saja. Bencana lebih sering terjadi karena kesalahan buatan manusia sendiri (man-made disaster) dalam mengatisipasi dan mengatasi peristiwa alam itu dan dampaknya.

Tapi sudahlah. Setiap bencana melahirkan penderitaan dan sekaligus kesempatan untuk memajukan peradaban manusia, jika manusia mau belajar dari pengalaman  kejadian-kejadian yang tergelar di semesta raya ini. Semua kejadian itu terangkai dalam satu mata rantai sebab akibat, sunatullah atau hukum alam.

Kalau kesalahan manusia itu terus berulang tanpa pernah dikoreksi, apalagi ditambah korupsi, bencana itu semakin menjadi lebih berbahaya dan merugikan (more disastrous). 

Saya melihat semua kejadian, termasuk bencana adalah peristiwa ekonomi. Oleh karena itu, saya lewat DD memperkenalkan istilah disastronomics dalam rangka menerapkan philanthropreneurship  sebagai derivasi dari prophetic socio-technopreneurship (PSPT) dengan praktek langsung yang dikelola oleh Disaster Management Center (DMC), dengan aksi nyata sebelum (pra), ketika (during) dan pasca (after/post) kejadian. DMC pada disastronomics seyogianya meliputi mitigasi dampak bencana.

Energi Cinta

Cinta (love) adalah energi yang diserap akar jurnalisme profetik (Prophetic Journalism) untuk menumbuhkan pohon Devotion and Dignity yang dipandu prophetic leadership dengan cabang philanthropreneuership dan ranting disastronomics.

Cinta sebagai pedoman dasar philantropreneuership yang diwujudkan melalui disastronomics sebagai pedoman dalam melaksanakan amal usaha yang berbasis welas asih mengutamakan kepentingan bersama demi kebahagiaan sesama.

Artinya, usaha ekonomi yang mengamalkan disastronomics terutama tidak mengejar keuntungan finansial semata (tentu tidak boleh rugi), namun keadilan sosial. Dengan menggunakan prinsip iman, ilmu dan amal, sehingga rezekinya bersifat halal, legal, dan masuk akal.

Cinta di dalam kandungan Ibu Pertiwi (Bumi) yang diserap oleh prophetic journalism bersenyawa dengan kasih yang tergelar di muka bumi dan di bawah kolong langit (angkasa). Kasih ini diserap zat hijau daun.

Senyawa Cinta dan Kasih menumbuh-kembang-suburkan pohon, derma dermawan menghasilkan  daun, batang kayu, bunga dan buah yang bermanfaat sesuai keperluan tempat dan saat yang tepat (empan, papan, dan zaman) sepanjang masa. 

Aktivitas Disastronomics

Disastronomics atau ilmu ekonomi (ekonomika) kebencanaan meliputi seluruh aktivitas mulai dari tindakan preventif (pencegahan) bencana, tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Mitigasi atau pengurangan risiko bencana baik sebelum, ketika dan paska bencana menjadi bagian penting yang sering dilupakan.

Bencana mencakup tidak hanya akibat/dampak kejadian/peristiwa alam tetapi juga bahkan lebih banyak karena kesalahan manusia mulai dari konsep, kebijakan dan pelaksanaannya,  kesalahan diagnosa, teknologi, mismanagement, dan korupsi. 

Komponen biaya disastronomics meliputi biaya personil dan operasional (transportasi, akomodasi dan konsumsi), material, pengadaan dari sumbernya sampai lokasi bencana, keuntungan dan biaya tak terduga lainnya. 

DPR  sebagai pembuat Undang-undang dan pemerintah sebagai regulator bisa membuat aturan untuk kendalikan biaya-biaya tersebut. Pengusaha dalam disastronomics perlu berjiwa philanthropreneurship.

Disastronomics mencakup kegiatan peduli kepada pelestarian budaya yang mengandung kearifan lokal untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana. Kearifan lokal, yang terdapat dalam cerita, lagu, dan tarian rakyat setempat (folklore, folk song, and folk dance).

Tentu ini mengutamakan keberlanjutan eksistensi dan peningkatan kualitas hidup para budayawan, seniman, dan tetua adat serta generasi penerus pegiat budaya mereka sebagai pemangku kepentingan utama bagi pelestarian budaya. Bencana melahirkan peradaban baru yang datang bersama bantuan dan para relawan/dermawan dari luar. Ini tak bisa dihindari, tapi perlu disinergikan.

Disastronomics wajib peduli kearifan lokal yang menjadi ruh dan mewujud dalam budaya Nusantara.  Satu di antara  manifestasi kearifan lokal adalah sifat gotong royong, yang merupakan inti sari atau sari pati Pancasila yang digali Bung Karno dari Ibu Bumi Pertiwi, Indonesia.

Mengarusutamakan peran perempuan dalam penanganan bencana.

Disastronomics perlu mengarusutamakan kegiatan-kegiatan yang terkait pemberdayaan perempuan, mulai dari upaya pencegahan, pengurangan risiko, tanggap darurat sampai pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi). Perempuan adalah tulang punggung atau backbone alias babon dalam bahasa Jawa atau ibu dari peradaban.

Perempuan adalah penanggung beban terberat dampak bencana, terutama di kalangan keluarga miskin. Bencana membuat mereka lebih miskin lagi. Perempuan seperti sudah takdirnya sebagai pelaku utama yang urus anak-anak, lansia dan penyandang disabilitas. Juga untuk tugas regenerasi, yang diawali dengan reproduksi. 

Kepedulian kita terhadap korban bencana perlu terus ditingkatkan, tapi tetap harus ingat nasib perempuan miskin di wilayah non bencana yang terpaksa kerja banting tulang tanpa imbalan memadai untuk topang ekonomi rumah keluarga.

Peduli korban bencana = harus lebih aktif berjuang keras untuk merdekakan perempuan dari penjajahan bencana kemiskinan. Kita berutang budi kepada kaum perempuan sebagai ibu untuk keberlanjutan generasi, kelahiran, dan kemajuan peradaban. Perempuan sehat, cerdas, dan sejahtera adalah tolok ukur keadilan dan kemakmuran bangsa!

Transformasi paska Bencana

Bencana yang dipicu kejadian alam, pada gilirannya akan melahirkan lingkungan hidup baru yang mempengaruhi kehidupan penduduk, dan sebaliknya. Itu sudah hukum alam atau sunatullah. 

Yang perlu diwaspadai dan dikembangkan adalah keberlanjutan yang terus berlangsung menuju arah yang lebih baik bagi manusia dan lingkungannya secara timbal-balik.

Bencana juga melahirkan berbagai kesempatan untuk melakukan perbaikan (transformasi). Berkat bencana bisa dibuat kebijakan tata ruang baru yang lebih baik dan dipatuhi para pihak, atau akan datang bencana baru lagi. 

Kegiatan disastronomics harus mengawal proses ini sejak awal sampai pelaksanaannya, termasuk monitoring dan evaluasi. Penyiapan sumber daya manusia yang sesuai, terutama generasi muda dengan bimbingan pakarnya, sungguh penting. Sekali lagi, peranan kaum perempuan juga tidak boleh dilupakan.

Perencanaan pembangunan holistik yang transformatif pasca bencana adalah bisnis yang menarik. Termasuk di dalamnya perencanaan investasi dan pelaksanaan infrastruktur, fasilitas umum, dan fasilitas sosial pro-poor for growth.

Di balik setiap kesulitan ada kemudahan.

Di balik bencana  ada bahagia.

Di balik derita ada  gembira.

Selalu terkandung makna atau hikmah dari setiap kejadian bagi orang yang berilmu berkat belajar dan berpikir, menggunakan otaknya. Dan, setelah selesai dalam suatu hal, kerjakan yang lain dengan sungguh-sungguh. Sesungguhnya selalu ada harapan bagi orang beriman. Semuanya sudah termaktub dalam firman Tuhan (QS: 94). Di balik musibah, ada berkah. Amal, ilmu, dan iman.

Pinjaman lunak (utang dengan bunga 2%) dari IMF/Bank Dunia untuk program recovery Lombok dan Sulteng dapat lahirkan bencana baru, terutama kalau utang itu tidak bisa hasilkan nilai tambah di atas 2%. Artinya, utang itu harus untuk kegiatan produktif, bukan konsumtif. Lebih parah lagi, jika utang itu digunakan untuk tujuan politik jangka pendek, ditambah lagi dengan korupsi. Jika ini terjadi, utang itu membuat negeri ini semakin terpuruk masuk jurang bencana.

Bahwa negeri ini masih dipercaya untuk diberi utangan, patut disyukuri. Tapi yaitu tadi, kita tidak boleh terlena tidur dinina-bobokkan oleh yang lunak-lunak, selunak apa pun utang harus dibayar plus bunganya.

 Terkait dengan "keinginan politik" bisa tumbuh bengkak jadi disastrolitics, bencana politik yang tak lekang waktu. Ini juga terjadi karena kesengajaan manusianya (partai, simpatisan yang rela mengaku sebagai relawan juga) untuk melakukan kegiatan sesaat untuk segelintir orang-orang(nya). Bahkan bisa disebut Tsunami Politik(us).

Prinsip baik, benar, perlu, dan mulia dalam kaitan dengan disastronomics perlu diterapkan dengan seksama. Alasannya, yang baik belum tentu benar, yang benar belum tentu baik, yang baik dan benar belum tentu perlu. Yang perlu belum tentu baik dan benar dan sebagainya (dan sebaliknya, mohon dibolak balik sendiri).

Ketiganya terkait dengan unsur tepat tempatnya dan saatnya (empan, papan, zaman). Jika ketiganya tepat akan terwujud sesuatu yang bermanfaat dan mulia: baik, benar, dan perlu demi kepentingan bersama.

 

 

Semangat Gotong Royong

Semangat gotong royong misalnya, di Jawa kita kenal dengan istilah holopis kuntul baris, di Riau dikenal dengan istilah batobo, di Bali dengan istilah ngayah dan, pada masyarakat Sulawesi Tengah dengan istilah sintuvu. 

Secara sederhana gotong royong dapat diartikan bekerja bersama sama dalam menyelesaikan pekerjaan guna kepentingan bersama. Juga, bersama-sama  menikmati hasil pekerjaan secara adil. Masing-masing memberikan kontribusi tanpa pamrih, secara sukarela (tanpa  imbalan) sesuai kemampuan masing-masing.

Bencana bisa menjadi sarana membangun kembali semangat gotong royong. Dan ini juga bagian dari pengamalan Pancasila, khususnya sila ketiga "Persatuan Indonesia".  Dalam pandangan Islam, gotong royong adalah saling tolong-menolong mengajak untuk berbuat kebaikan dan menjauhkan keburukan.

Umat Islam dapat mewujudkan rahmatan lil alamin. Dan, budaya gotong royong bisa meredam konflik horizontal antara anggota masyarakat,  termasuk dan terutama karena perbedaan ideologi partai politik. Budaya dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat bangsa dan umat manusia. 

Ayo bangkit! Bencana adalah kawah candradimuka untuk menggembleng Sumber Daya Manusia (SDM), ladang amal, bukan panggung politik praktis, kapitalisme BOB ASU (Biar Orang Buntung, Asal Saya Untung) dan korupsi.

 
Berita Terpopuler