Pemerintah Janji Bantu Peternak Atasi Anjloknya Harga Ayam

Kementan akan meningkatkan transparansi mengenai data unggas nasional.

Antara/Raisan Al Farisi
Peternak memberikan pakan pada ayam boiler di Kampung Cipedes, Desa Cipanjalu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (27/5/2019).
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah berjanji siap membantu para peternak ayam broiler yang tengah dihadapkan pada masalah anjloknya harga. Kementerian Pertanian juga menyatakan akan bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan agar kebijakan untuk melindungi peternak bisa diterapkan secara optimal.

Baca Juga

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Nasrullah, mengatakan, pihaknya tengah melakukan perbaikan terhadap Peraturan Menteri Pertanian Nomor 53 Tahun 2018 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.

Seperti diketahui, pihaknya sejak akhir tahun lalu telah menjanjikan adanya kebijakan permanen di sektor unggas yang akan memfasilitasi para peternak maupun perusahaan pembibitan unggas terintegrasi.

"Kita lagi perbaiki, termasuk soal hilirisasinya, lalu pembangunan Rumah Potong Hewan Unggas, dan rantai dingin, itu sudah kita perketat di penilaiannya," kata Nasrullah di Bogor, Selasa (2/2).

Ia mengatakan, Kementan akan meningkatkan transparansi mengenai data unggas nasional. Termasuk untuk kebijakan-kebijakan seperti Surat Edaran yang selama ini dilakukan untuk meminta perusahaan terintegrasi memangkas produksi unggas.

Sebagaimana diketahui, masalah anjloknya harga selama ini diatasi dengan pemangkasan produksi bibit unggas di perusahaan terintegrasi sehingga akan mengurangi produksi ayam ras di pasaran.

"Saya dengan Pak Syailendra (Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag) juga akan siap melaksanakan. Kami selalu kontak-kontakan karena ingin betul-betul selesaikan bersama. Kita harus kompak," ujarnya.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Syailendra, mengatakan, masalah anjloknya harga diawali dengan kelebihan pasokan grand parent stock atau indukan ayam galur murni, "Jadi importasinya sangat besar, dan saat ini diperparah dengan konsumsi yang sedang turun," ujarnya.

 

Karena itu, ia mengatakan, ke depan perlu adanya pengendalian impor GPS termasuk pengendalian dan pengawasan ketat pada saat proses produksi dalam negeri. Syailendra mengatakan, Kemendag akan mendukung Kementan dalam setiap kebijakan untuk meningkatkan harga ayam dalam jangka pendek.

Para peternak ayam broiler kembali mengeluhkan anjloknya harga yang terjadi dalam sepekan terakhir. Di satu sisi, terdapat kenaikan harga bibit ayam atau day old chicken dalam dua bulan terakhir. Dikhawatirkan iklim usaha budidaya ternak unggas semakin menyusut.

Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan), Sugeng Wahyudi, mengatakan, dalam sepekan terakhir harga ayam terkoreksi jauh dibawah biaya pokok produksi ayam di tingkat peternak.

Berdasarkan catatan Gopan bersama Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia, terdapat penurunan merata di seluruh pulau Jawa. Harga terendah menyentuh Rp 15.000 per kg khususnya di wilayah Jawa Tengah. Level harga itu turun dari Rp 19.500-Rp 20.000 per kg. Adapun biaya produksi ayam saat ini di kisaran Rp 19.300-Rp 19.500 per kg.

"Anjloknya harga ayam ini mengguncang usaha budidaya peternak mandiri yang sebelumnya sudah menanggung beban akibat naiknya harga day old chicken sejak dua bulan yang lalu," kata Sugeng.

Ia mengatakan, saat ini peternak mandiri harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli DOC yang sudah menyentuh harga Rp 7000 per ekor. Kondisi tersebut jauh diatas harga referensi pemerintah dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 7 Tahun 2020 yang diatur pada rentang Rp 5.000–Rp 6.000 per ekor.

"Ditambah lagi naiknya harga pakan pada level Rp 7.000–7.500 per kg membuat beban produksi peternak mandiri semakin berat," kata Sugeng menambahkan.

 

 
Berita Terpopuler