Laporan: Polisi China Pantau Aktivitas Muslim Uighur

China disebut mengumpulkan jutaan pesan teks dan kontak telepon Muslim di Xinjiang.

Reuters/Thomas Peter
Laporan: Polisi China Pantau Aktivitas Muslim Uighur. Pagar penjagaan di kamp penahanan, yang secara resmi disebut pusat pendidikan keterampilan di Xinjiang untuk Muslim Uighur.
Rep: Rossi Handayani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Basis data polisi China yang diperoleh The Intercept, menjelaskan lebih jauh tentang pengawasan skala besar China terhadap kelompok minoritas Muslim Uighur, dan Turki.  

Baca Juga

Dilansir dari laman Alaraby pada Ahad (31/1), laporan tersebut, yang diterbitkan pada Jumat (29/1), mendukung temuan sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan bagaimana pihak berwenang China mengumpulkan jutaan pesan teks, kontak telepon, catatan panggilan dan data perbankan Muslim di provinsi Xinjiang barat laut negara untuk upaya kontra-ekstremisme.

Basis data disebut digunakan oleh Biro Keamanan Umum Kota Urumqi dan Biro Keamanan Umum Xinjiang. Ini merinci satu kasus, di mana kelompok WeChat yang terdiri dari sekitar 200 orang Uighur, Kazakh, dan Kyrgyz disimpan oleh agen keamanan setelah menawarkan perjalanan tur ke anggotanya.

Perintah yang dikeluarkan oleh otoritas China menyatakan, banyak dari anggota kelompok itu merupakan kerabat dari orang-orang yang dipenjara. Perintah itu menambahkan, kelompok WeChat membutuhkan perhatian besar, karena intelijen mengungkapkan, ada kecenderungan kerabat dari orang-orang ekstremis untuk berkumpul.

Hal itu memerintahkan agar petugas menyelidiki dengan segera. Mencari tahu latar belakang orang-orang yang mengatur perjalanan gratis, motivasi, dan detail dari kegiatan mereka.

Akibatnya, seorang pria Uighur yang tidak ada hubungannya dengan kelompok itu ditangkap, dan diawasi. Meskipun polisi menyatakan dia berperilaku baik, dan tidak ada kecurigaan.

 

 

Menurut catatan yang dilihat oleh The Intercept, polisi memutuskan mengontrol, dan memantau pria tersebut berdasarkan aktivitas religius kakak perempuan tertuanya beberapa bulan sebelumnya.

Berdasarkan catatan polisi, saudara perempuan pria itu telah mengundang pasangan Uighur lainnya untuk bergabung dengan grup diskusi agama di aplikasi perpesanan Tencent QQ. Kemudian disebutkan, pasangan lain masuk ke grup setiap hari dari pukul 07.00 hingga 23.30, dan bahwa suaminya telah berhenti merokok dan minum, dan istri mulai mengenakan pakaian sederhana.

Pasangan itu kemudian dikirim ke kamp pendidikan ulang. Sementara nasib kakak perempuan, dan suaminya tetap tidak diketahui.

Dari laporan semacam itu menambah bukti penindasan sehari-hari yang dihadapi oleh minoritas Muslim di Xinjiang. Selain itu, aktivitas keagamaan Muslim sehari-hari dipandang oleh otoritas China sebagai penanda ekstremisme.

Adapun kelompok hak asasi manusia menyatakan, setidaknya satu juta orang Uighur dan Muslim berbahasa Turki telah ditahan di kamp-kamp di Xinjiang. Orang-orang menjadi sasaran penyiksaan, sterilisasi dan indoktrinasi politik, selain kerja paksa sebagai bagian dari kampanye asimilasi di wilayah, yang penduduknya berbeda dari mayoritas China Han.

Sementara itu, China menyangkal melakukan kesalahan. Mereka berpendapat kamp-kampnya merupakan pusat pelatihan kejuruan, yang dimaksudkan untuk mengurangi daya pikat ekstremisme setelah serangan.

 

https://english.alaraby.co.uk/english/news/2021/1/30/chinese-police-database-reveals-large-scale-monitoring-of-muslim-minorities

 
Berita Terpopuler