Uni Eropa Kritik AstraZeneca yang Kurangi Pasokan Vaksin

Pasokan vaksin AstraZeneca mengalami kendala produksi.

EPA
Vaksin Covid-19 eksperimental yang dikembangkan AstraZeneca bersama University of Oxford diperkirakan bisa diperoleh seharga tiga dolar AS, sekitar Rp 42 ribu.
Rep: Puti Almas Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS — Komisaris Kesehatan Uni Eropa mengecam keputusan AstraZeneca untuk memperlambat pasokan vaksin pencegah infeksi virus corona jenis baru (COVID-19). Dalam sebuah pengumuman pada akhir pekan lalu, AstraZeneca mengumumkan  pihaknya tidak dapat memenuhi target pasokan vaksin COVID-19 sesuai yang disepekati.

Hal ini lantaram ada masalah dengan pabrik di Belgia. Menurut laporan, pengurangan mencapai 60 persen menjadi 31 juta dosis.

Baca Juga

Pengumuman datang hanya beberapa pekan setelah perusahaan Pfizer juga memberitahukan penundaan pasokan vaksin dari perusahaan tersebut. AstraZeneca diyakini telah menerima pembayaran di muka, sebesar 298 juta poundsterling. Sebanyak 27 negara anggota blok tersebut mendantangani kesepakatan dengan perusahaan pada Agustus 2020 untuk pembelian 300 juta dosis.

Komisaris Uni Eropa untuk Kesehatan dan Keamanan Pangan, Stella Kyriakides mengatakan keputusan AstraZeneca tidak dapat diterima. Menurutnya, Uni Eropa bahkan telah mendanai perusahaan farmasi itu, sebelum pengembangan dan produksi vaksin, serta melihat hasilnya.

"Uni Eropa ingin mengetahui dengan tepat dosis mana yang telah diproduksi oleh AstraZeneca dan di mana tepatnya sejauh ini dan jika atau kepada siapa dosis tersebut telah diberikan. Sejauh ini, jawaban perusahaan belum memuaskan,” ujar Kyriakides dalam sebuah pernyataan, dilansir News Sky, Selasa (26/1).

Kyriakides menegaskan Uni Eropa meminta agar dosis vaksin COVID-19 yang telah dipesan dan dibayar sebelumnya dikirimkan secepat mungkin. Ia juga mengatakan organisasi supranasional tersebut ingin agar kontrak antara kedua belah pihak  dipenuhi sepenuhnya oleh AstraZeneca.

Vaksin tersebut diharapkan disetujui untuk digunakan di Uni Eropa pada 29 Januari, dengan pengiriman pertama diharapkan dimulai pada 15 Februari. Sementara itu, seorang juru bicara AstraZeneca mengatakan perusahaan telah mengupayakan untuk membawa vaksin COVID-19 bagi jutaan warga Eropa secepat mungkin.

Sebelumnya, AstraZeneca dilaporkan mengadapi masalah terkait pasokan vaksin COVID-19 secara luas. Pada Senin (25/1), Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki kantor pusat di Inggris tersebut memberitahukan akan ada pemotongan pasokan vaksin, yang rencananya diberikan mulai Maret mendatang.

Selain itu, di Thailand, Menteri kesehatan Anutin Charnvirakul mengatakan AstraZeneca akan memasok 150.000 dosis vaksin COVID-19. Jumlah ini berkurang dari kesepakatan semula negara itu, yakni mencapai 200.000 dosis.

Inggris sebagai negara yang menjadi kunci peluncuran vaksin COVID-19 dari AstraZeneca juga nampaknya menghadapi masalah keterbatasan stok. Menteri Kesehatan Matt Hancock dalam sebuah pernyataan telah memperingatkan bahwa pasokan vaksin di seluruh wilayah negeri sangat ketat.

 
Berita Terpopuler