Kemenkeu: Ekonomi RI Punya Modal Kuat untuk Pulih Tahun Ini

Kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah menampakkan tren perbaikan.

RAISAN AL FARISIANTARA FOTO
Pemulihan ekonomi nasional. Ilustrasi
Rep: Adinda Pryanka Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Febrio Kacaribu menyebutkan, ekonomi Indonesia memiliki modal kuat untuk pulih pada tahun ini. Proyeksi tersebut berkaca dari defisit anggaran, rasio utang publik dan berbagai indikator ekonomi lainnya yang sudah menunjukkan perbaikan.

Baca Juga

Febrio menuturkan, kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pun sudah menampakkan tren perbaikan. Kontraksi pada kuartal ketiga membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang diharapkan kembali terjadi di kuartal terakhir 2020.

"Ini bisa jadi modal kita untuk masuk di 2021, punya optimisme untuk mengelola perekonomian kita bersama," katanya dalam Webinar Akselerasi Pemulihan Ekonomi pada Selasa (26/1).

Salah satu indikator yang disebutkan Febrio adalah defisit APBN. Ia menambahkan, dalam konteks melakukan respon secara fiskal, defisit kas negara Indonesia yang mencapai 6,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sepanjang 2020 masih lebih baik dibandingkan banyak negara. Tidak terkecuali di kawasan ASEAN maupun G20.

"Defisit mereka sangat dalam, bahkan double digit. Jika dibandingkan kita, kita relatif cukup resilient dibandingkan banyak negara," ujar Febrio.

 

Faktor lainnya, proyeksi utang publik terhadap PDB. Sebagai dampak dari intervensi fiskal pemerintah yang extraordinary untuk mengatasi pandemi, utang publik Indonesia dan banyak negara mengalami kenaikan.

Sampai akhir 2020, Febrio memperhitungkan, rasio utang publik Indonesia berada di level 38,5 persen dari PDB. Sedangkan, negara tetangga seperti Filipina sudah mencapai 48,9 persen dan Malaysia di level 67,6 persen.

“Rasio utang kita termasuk paling rendah dan kenaikannya relatif sangat manageable dibandingkan negara lain,” ujarnya.

Febrio menyebutkan, ekonomi Indonesia yang resilient tidak terlepas dari disiplin fiskal yang sangat strict selama bertahun-tahun sebelum pandemi. Hal ini terbukti dari defisit APBN yang berada di bawah tiga persen, atau bahkan kurang dari dua persen.

Disiplin fiskal ini diyakini Febrio mampu menimbulkan kepercayaan pasar terhadap surat utang pemerintah, sekaligus menumbuhkan stabilitas makro ekonomi Indonesia.

Kedisiplinan ini juga yang membuat rasio utang Indonesia tidak sampai 30 persen pada akhir 2019, di saat banyak negara lain sudah lebih dari 50 persen. "Modal disiplin ini sangat penting. Besar sekali peranannya bagi stabilitas makro ekonomi dan kredibilitas manajemen fiskal kita," ucap Febrio.

 
Berita Terpopuler