Jokowi: RI Harus Berbenah Jadi Rujukan Ekonomi Syariah Dunia

Tahun 2021 menjadi momentum tepat bagi Indonesia untuk mengembangkan ekonomi syariah.

KIP/Setwapres
Wakil Presiden Ma
Rep: Sapto Andika Candra Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia ditargetkan menjadi pusat rujukan ekonomi syariah dunia. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan, pemerintah sedang berupaya untuk mengembangkan ekonomi syariah, termasuk dengan meningkatkan industri ekonomi syariah dan memperbaiki literasi keuangan syariah yang terbilang rendah. Sebagai catatan, Indeks Literasi Ekonomi Syariah Indonesia masih bertengger di angka 16,2 persen. 

Baca Juga

"Kita harus mempersiapkan diri sebagai pusat rujukan ekonomi syariah global. Literasi ekonomi syariah kita masih rendah. Kita masih punya sejumlah pekerjaan rumah. Masih banyak peluang untuk dapat dioptimalkan," ujar Presiden Jokowi dalam peluncuran Gerakan Nasional Wakaf dan Peresmian Brand Syariah Nasional di Istana Negara, Senin (25/1). 

Selain memperbaiki literasi ekonomi syariah, presiden melanjutkan, pemerintah juga perlu menata kembali rantai nilai halal pada sektor riil. Aspek kehalalan inilah yang diharapkan mampu mendukung sektor UMKM dan industri ekonomi kreatif dalam mengembangkan produk-produknya. 

Tak hanya itu, persiapan menjadikan Indonesia sebagai pusat rujukan ekonomi syariah dunia juga dilakukan melalui pembentukan Bank Syariah Indonesia. Bank hasil merger tiga bank syariah, yakni Bank BRIsyariah, BNI Syariah, dan Mandiri Syariah ini rencananya akan diluncurkan awal Februari 2021. 

 

 

"Kita juga mengembangkan bank wakaf mikro di berbagai tempat dan memperkuat lembaga zakat infaq sedekah dan wakaf untuk mendukung pemberdayaan ekonomi umat," kata presiden. 

Presiden juga menilai bahwa tahun 2021 menjadi momentum tepat bagi Indonesia untuk mengembangkan ekonomi syariah, melalui pengelolaan wakaf. Indonesia, ujar presiden, punya modal besar yakni jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Modal inilah yang ikut melambungkan potensi wakaf secara nasional yang sebenarnya sangatlah besar. 

"Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia sudah saatnya kita memberikan contoh, praktik pengelolaan wakaf yang transparan, yan profesional, yang kredibel, dan bisa dipercaya," ujar Presiden.

Dengan potensi aset wakaf skala nasional yang mencapai Rp 2.000 triliun dan potensi wakaf uang yang tembus Rp 188 triliun, presiden meyakini kebaradaan wakaf bisa memberi dampak produktif bagi kesejahteraan dan pemberdayaan ekonomi umat. Pengelolaan wakaf yang kredibel ini, ujarnya, juga bisa ikut menggerakkan ekonomi nasional khususnya sektor UMKM.

 
Berita Terpopuler