Bantuan Pupuk Diharapkan Petani Beralih ke Pertanian Organik

Sistem pertanian organik lebih ramah lingkungan dan prospek pasarnya lebih bagus.

Antara/Syifa Yulinnas
Pekerja mengolah dan mengemas pupuk organik, (ilustrasi).
Rep: Wilda Fizriyani Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Program pemberian pupuk organik bagi petani telah digulirkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi. Program ini ditunjukkan demi meningkatkan produktivitas pertanian daerah.

"Terlebih Banyuwangi merupakan salah satu lumbung pertanian di Jawa Timur," kata Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas dalam keterangan resmi, Sabtu (23/1).

Pria disapa Anas ini menjelaskan, pemberian pupuk organik pada petani diharapkan bisa membantu kebutuhan pupuk yang sempat mengalami kelangkaan. Hal ini sekaligus mendorong petani agar mulai beralih ke pertanian organik. Sistem pertanian ini lebih ramah lingkungan dan prospek pasarnya lebih bagus.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Kabupaten Banyuwangi, Arief Setyawan mengungkapkan, pemkab telah memberikan bantuan pupuk gratis kepada petani. Pada tahun lalu, setiap kecamatan mendapatkan jatah pupuk organik untuk 400 hektar tanaman pangan. Hal ini termasuk ditunjukkan ratusan hektare (ha) untuk tanaman hortikultura.

Arief mencontohkan Kecamatan Wongsorejo mendapat alokasi pupuk organik yang digunakan 400 ha untuk tanaman pangan. Kemudian 743 ha untuk tanaman hortikultura termasuk lahan cabai. Hal ini berarti setiap kecamatan dengan luasan sekitar 1.000 ha lahan pertanian mendapatkan bantuan pupuk organik.

"Kebetulan di Wongsorejo, pupuk organik untuk tanaman hortikulutura sebagian besar digunakan untuk tanaman cabai. Kami cukup gembira karena hasilnya sesuai harapan," jelasnya.

Wongsorejo merupakan sentra pertanian cabai di Banyuwangi. Wilayah ini termasuk salah satu pemasok cabai di pasar nasional. Dari total 3.795 ha kebun cabai di Banyuwangi, 2.105 ha berada di Kecamatan Wongsorejo.

Menurut Arief, penggunaan pupuk organik memiliki beberapa kelebihan. Beberapa di antaranya bisa meningkatkan produksi dan tanaman menjadi berumur lebih panjang. Kemudian hasil panennya pun tidak cepat rusak.

Pupuk organik mengandung mikroorganisme yang membuat penyerapan hara lebih maksimal. Dengan demikian, tanaman dapat lebih sehat dan produksi petani cabai juga meningkat. "Seperti di Wongsorejo ini yang awalnya delapan ton per hektare, kini menjadi 8,1 ton," ucapnya.

Terpisah, Petani cabai asal Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Ahmad Jamali, menyatakan, bantuan pupuk organik membuat produksi tanaman cabainya lebih baik. Bentuk cair pada pupuk organik membuat unsur hara bisa diserap dengan baik oleh akar tanaman. Tanamannya pun bisa lebih subur, sehat dan tahan penyakit.

Sebelumnya, Jamali hanya menggunakan pupuk kimia pada tanaman cabainya. Namun kelangkaan pupuk pada 2020 membuatnya dan banyak petani lain sempat bingung untuk bercocok tanam. Lalu Pemkab Banyuwangi memberi solusi melalui program bantuan pupuk organik.

Baca Juga

Jamali dan para petani menggunakan bantuan pemkab untuk mengganti pupuk kimia yang langka. Caranya dengan mengombinasikan pupuk dasar yang biasa digunakan. "Alhamdulillah hasilnya memuaskan," ungkap Jamali.

Setelah penggunaan pupuk organik, Jamali berhasil memanen sebanyak empat kuintal di lahan seluas 0,8 ha. Tanaman cabainya bisa lebih sehat dan kualitasnya juga bagus. Jamali berharap program ini bisa berjalan terus ke depannya.

Sebelumnya, jatah pupuk bersubsidi untuk petani di kabupaten Banyuwangi Jawa Timur pada 2021 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Bersamaan dengan itu, Pemkab Banyuwangi juga kembali memberi pupuk organik gratis kepada petani. Bantuan ini untuk kebutuhan 400 ha di tiap kecamatan secara gratis. Hal ini setidaknya tiap desa bisa mendapatkan sekitar 30 sampai 40 ha pupuk organik cair gratis.

 
Berita Terpopuler