Kesembuhan Covid Cetak Rekor, Tapi Mengapa RS Rujukan Penuh?

Rekor baru angka kesembuhan Covid tak dibarengi penurunan jumlah kasus baru.

Prayogi/Republika.
Gugus Tugas RW 003 Kelurahan Pondok Labu merapikan tempat tidur yang akan digunakan untuk isolasi mandiri di Gedung Sasana Krida Karang Taruna, di Jalan Bango III , Pondok Labu, Jakarta, Senin (18/1). Gugus COVID-19 RW 003, Kelurahan Pondok Labu menyipakan Gedung Sasana Krida Karang Taruna sebagai tempat isolasi mandiri untuk warga yang terkonfirmasi positif COVID-19 dengan fasilitas lima tempat tidur. Gedung isolasi ini akan digunakan untuk antisipasi apabila Wisma Atlet dan rumah sakit rujukan penuh.Prayogi/Republika.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Rr Laeny Sulistyawati, Dessy Suciati Saputri, Uji Sukma Medianti

Baca Juga

Di antara lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia saat ini, jumlah pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh pecah rekor pada hari ini. Tercatat, ada 9.475 pasien Covid-19 yang sembuh pada Senin (18/1) ini sehingga angka kumulatif pasien sembuh menjadi 745.935 orang.

Namun, rekor baru angka kesembuhan harian di atas belum cukup menutup fakta tentang masih parahnya penularan Covid-19 di Tanah Air. Hari ini, tercatat ada 9.086 kasus positif baru. Kendati angka kasus baru menurun dibanding hari-hari sebelumnya, tingkat positif atau positivity rate Covid-19 harian masih tinggi, yakni 28,05 persen.

Turunnya temuan kasus positif hari ini juga sejalan dengan jebloknya kapasitas pemeriksaan. Pada Senin (18/1) dilaporkan 'hanya' 32.381 orang yang diperiksa. Angka ini jauh di bawah jumlah orang yang diperiksa pada hari-hari sebelumnya, seperti 45.358 orang pada Sabtu (16/1) atau 49.466 orang pada Jumat (15/1).

Selain itu, satgas juga melaporkan adanya penambahan angka kematian yang cukup tinggi. Hari ini, dilaporkan ada tambahan 295 pasien yang meninggal dunia dengan status positif Covid-19. Artinya, sampai saat ini terdapat 26.282 kematian akibat Covid-19.

Data yang dirilis Satgas Penanganan Covid-19 hari ini memberi gambaran umum bahwa angka penularan masih tinggi kendati tingkat kesembuhan juga ikut membaik. Selain itu, masalah klasik berupa jebloknya kapasitas testing saat akhir pekan dan hari libur nasional belum juga ada solusinya.

Rekor baru angka kesembuhan harian memang seperti tidak ada artinya jika merujuk pada tingkat keterisian rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 di Tanah Air. Banyaknya orang yang terinfeksi virus corona pascalibur Natal dan tahun baru lalu dan kemudian dirawat di RS rujukan membuat fasilitas kesehatan penuh.

Kasubdit Tracing Satgas Penangan Covid-19 Kusmedi Priharto mengakui, tingkat penyembuhan pasien Covid-19 cukup tinggi, yaitu 85 persen. Namun, yang menjadi masalah adalah pasien Covid-19 membutuhkan waktu perawatan yang cukup lama jika harus sampai dirawat di RS.

"Kalau dilihat dari angka tersebut memang yang positif dibandingkan yang harus dirawat di rumah sakit memang tidak terlalu tinggi. Namun, perawatan pasien itu membutuhkan waktu antara 10 hari, bahkan ada yang memakan dua bulan hingga tiga bulan," katanya saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema Update RSD Covid-19 Wisma Atlet: Kesiapan Pascalibur Natal dan Tahun Baru, Senin (18/1).

Masa rawat yang panjang ini membuat rumah sakit betul-betul penuh, sehingga masyarakat menjadi kebingungan mencari tempat perawatan. Padahal, dia melanjutkan, biasanya orang yang sakit dan menjalani perawatan medis cukup hanya selama dua atau tiga hari dirawat kemudian pulang.

"Namun, lamanya perawatan ini membuat keterisian tempat tidur di rumah sakit betul-betul penuh karena harus menunggu pasien pulang," katanya.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menyampaikan, sistem kesehatan di Indonesia saat ini sangat tertekan dengan kondisi lonjakan pasien positif Covid-19. Tidak hanya RS rujukan Covid-19 yang penuh, petugas kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan di daerah juga makin kewalahan.

Para petugas kesehatan mengalami kelelahan setelah selama hampir satu tahun menangani pasien Covid-19 yang terus membeludak. Di sisi lain, petugas kesehatan juga masih harus bekerja keras memberikan pelayanan kepada pasien selain Covid-19.

“Saat ini, ada tekanan yang sangat besar pada rumah sakit dan tenaga kesehatan. Sistem kesehatan kita tertekan hebat. Kemampuan kita menyembuhkan pasien Covid-19 terganggu dengan adanya penambahan tinggi pasien baru setiap harinya,” ujar Reisa saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (18/1).

Tak hanya itu, melonjaknya angka positif Covid-19 ini juga berdampak pada penambahan kasus meninggal di berbagai daerah. Karena itu, Reisa menekankan agar masyarakat terus disiplin menjalankan protokol kesehatan secara ketat guna memutus rantai penularan.

“Karena semakin ketat menekan peredaran dari virus ini, semakin sedikit kesempatannya untuk bermutasi juga atau berubah menjadi sesuatu yang lebih mengkhawatirkan,” jelasnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, lonjakan kasus positif dapat menyebabkan tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) semakin tinggi. Ia pun mengkhawatirkan kondisi ini akan menyebabkan sistem kesehatan di Indonesia menjadi lumpuh jika angka keterisian tempat tidur di rumah sakit telah mencapai di atas 80 persen selama beberapa hari.

Selain itu, sistem kesehatan yang lumpuh juga ditandai dengan banyaknya pasien yang tak tertangani di ruang isolasi dan ICU karena terbatasnya fasilitas di rumah sakit.  

“Dan pasien non-Covid-19 juga tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan lagi karena fasilitasnya penuh, tenaga kesehatannya tidak ada lagi yang tersisa untuk melayani lagi atau fully occupied,” kata Wiku.

Wiku mengaku, masih belum mendapatkan data lengkap terkini mengenai tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit saat ini. Namun, pada Selasa (12/1) Satgas melaporkan tingkat keterisian tempat tidur di DKI Jakarta telah mencapai 82 persen, Banten sebesar 81 persen, DIY sebesar 78 persen, Jawa Barat sebesar 75 persen, Jawa Timur sebesar 71 persen, Sulawesi Selatan mencapai 71 persen, dan Jawa Tengah sebesar 71 persen.

Kemudian, sejak Rabu (13/1), lonjakan kasus positif terjadi dan penambahan kasus mulai memecahkan rekornya selama empat hari berturut-turut. Yakni, sebesar 11.278 kasus pada Rabu, 11.557 kasus pada Kamis (14/1), 12.818 kasus pada Jumat (15/1), dan mencapai rekor tertingginya pada Sabtu (16/1) yang sebesar 14.224 kasus baru. Sedangkan, pada Ahad (17/1), Satgas melaporkan penambahan kasus baru sebanyak 11.287.

In Picture: Kelurahan Pondok Labu Siapkan Gedung Isolasi Covid-19

Daftar Daerah Terapkan PPKM - (Infografis Republika.co.id)

 

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Lia G Partakusuma pada Ahad (17/1) mengatakan, BOR di RS rujukan secara nasional kini sekitar 65 persen. Tetapi, kalau BOR di provinsi bahkan ada yang lebih dari 85 persen.

"Kami sudah sangat kewalahan menghadapi lonjakan pasien ini, terutama ruang ICU di beberapa provinsi, seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan," ujar Lia saat dihubungi Republika, Ahad (17/1).

Pihaknya memperkirakan, kasus harian Covid-19 akan terus bertambah dan puncaknya pada awal Februari 2021. Kalau kasus harian terus meningkat hingga bulan depan antara 90 persen hingga 100 persen, RS mengaku, tidak bisa maksimal memberikan pelayanan kesehatan karena keterbatasan tempat tidur, apalagi ICU.

Sebenarnya, pihaknya ingin jangan sampai membuat pasien harus menunggu ketika masuk rumah sakit. Namun, penuhnya tempat tidur membuat pihaknya tidak bisa bergerak menangani pasien di ICU ini karena masih ada pasien yang dirawat, padahal ada orang yang terinfeksi virus ini akan masuk RS dan ingin mendapatkan pelayanan medis.

"Sehingga, sekarang kami selektif sekali, hanya merawat pasien sedang, berat, hingga kritis," ujarnya. Jumlah pasien Covid-19 di Kota Bekasi kian tak terbendung. Hal ini bisa berdampak serius bila tak segera ditangani lantaran fasilitas kesehatan sudah menipis, bahkan habis.

RS rujukan Covid-19 di Kota Bekasi menjadi salah satu contoh gawatnya kondisi saat ini. Kepala Bidang Layanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Rina Oktavia, menuturkan, saat ini, fasilitas ruang intensive care unit (ICU) rujukan Covid-19 di Kota Bekasi sudah penuh.

“ICU isolasi ada 85 tempat tidur, yang kosong nol,” kata Rina kepada wartawan, Senin (18/1).

Fasilitas isolasi itu telah mencakup seluruh layanan kesehatan yang tersedia baik di rumah sakit umum maupun rumah sakit swasta. Pada Senin siang jumlah ruang isolasi non-ICU yang masih tersedia hanya 113 tempat tidur. Sedangkan, sebanyak 1.492 kasur telah terisi penuh oleh pasien. “Tempat tidur isolasi yang terisi 1.492 tempat tidur. Tempat tidur isolasi yang kosong 113 tempat tidur,” kata Rina.

 
Berita Terpopuler