Lonjakan Kasus Covid dari Klaster Keluarga Pascalibur Nataru

Satgas Covid-19 telah memprediksi fenomena lonjakan kasus pascalibur nataru.

Prayogi/Republika.
Gugus Tugas RW 003 Kelurahan Pondok Labu merapikan tempat tidur yang akan digunakan untuk isolasi mandiri di Gedung Sasana Krida Karang Taruna, di Jalan Bango III , Pondok Labu, Jakarta, Senin (18/1). Gugus COVID-19 RW 003, Kelurahan Pondok Labu menyipakan Gedung Sasana Krida Karang Taruna sebagai tempat isolasi mandiri untuk warga yang terkonfirmasi positif COVID-19 dengan fasilitas lima tempat tidur. Gedung isolasi ini akan digunakan untuk antisipasi apabila Wisma Atlet dan rumah sakit rujukan penuh.Prayogi/Republika.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Febryan A, Muhammad Fauzi Ridwan

Penularan Covid-19 di Tanah Air melonjak usai libur natal dan tahun baru (nataru) lalu yang mayoritas diduga berasal dari klaster keluarga. Sepekan terakhir, telah terjadi empat kali pemecahan rekor jumlah kasus harian Covid-19 dengan rata-rata di atas 10 ribu kasus per hari.

"Makanya sejak awal kami berkampanye menggunakan tagline pesan ibu karena sudah memprediksi bahwa risiko penularan bisa terjadi di tingkat keluarga. Klaster keluarga paling berisiko karena sangat cepat menularnya," kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B Harmadi saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema Update RSD Covid-19 Wisma Atlet: Kesiapan Pasca Libur Natal dan Tahun Baru, Senin (18/1).

Sebab, dia menjelaskan, masyarakat tidak mungkin menerapkan protokol kesehatan ketika berada di rumah. Artinya menjaga jarak, memakai masker di tempat tinggal agak sulit.

Persoalan ditambah dengan mobilitas masyarakat yang semakin tinggi. Sonny menambahkan, ada dua jalur penularan virus dalam klaster keluarga yaitu orang dari luar kemudian berkunjung ke keluarga atau anggota keluarga yang melakukan aktivitas di luar.

"Sehingga, saat ini kami juga melakukan edukasi yang lebih lengkap. Para duta perubahan perilaku melakukan intervensi ke keluarga," katanya.

Sonny menambahkan, konten edukasi bukan hanya mengenai mematuhi protokol kesehatan. Melainkan juga, sikap bagaimana kalau ada anggota keluarga beraktivitas di luar dan pulang ke rumah, termasuk membersihkan diri atau mandi.

Kasubdit Tracing Satgas Penangan Covid-19 Kusmedi Priharto menambahkan, klaster keluarga, klaster perumahan, dan klaster kantor banyak muncul usai libur nataru.

"Memang tidak bisa dilihat darimana, bisa dari klaster perkantoran yang dibawa ke rumah atau klaster perkampungan atau perumahan," ujarnya.

Oleh karena itu, ia menyebutkan petugas Satgas Penanganan Covid-19 berjumlah lebih dari 1.000 orang mencari orang yang terinfeksi virus ini. Harapannya, ketika ditemukan ada anggota masyarakat yang positif virus ini dan segera diisolasi maka bisa mengurangi penularan.

Paling tidak, dia melanjutkan, orang yang terinfeksi virus ini bisa ditemukan dalam kondisi yang masih ringan sehingga tidak memberatkan rumah sakit yang merawat pasien. Kendati demikian, pihaknya mengakui upaya ini belum maksimal. Ini terlihat masyarakat yang masih berkumpul padahal saat ini tengah diterapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali.

"Jadi, perlu enforcement yang tegas dari pemerintah untuk bisa menertibkan mereka-mereka yang ada di lapangan," katanya.

Fenomena meningkatnya jumlah kasus Covid-19 pascalibur nataru dari klaster keluarga terjadi di DKI Jakarta. Pada awal Januari contohnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menemukan sebanyak 67 klaster keluarga baru dalam penyebaran Covid-19.

"Sudah teridentifikasi 67 klaster keluarga, dengan 210 kasus positif (Covid-19)," kata Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta Weningtyas dalam rapat koordinasi 10 Provinsi dengan kasus Covid-19 tertinggi secara virtual melalui YouTube, Kamis (7/1).

Baca Juga

Weningtyas mengatakan, setelah dilakukan penelusuran kontak (tracing), 67 klaster keluarga sempat melakukan perjalanan atau berlibur ke luar Jakarta selama libur Natal dan Tahun Baru. Sebagian besar mereka mendatangi daerah di Jawa Barat, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Pada Ahad (17/1), DKI Jakarta kembali menyebutkan bahwa dari tambahan 2.559 pada Ahad (17/1), meyoritas berasal dari klaster keluarga dan komunitas. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia, membenarkan, penambahan kasus banyak terjadi di lingkungan keluarga dan komunitas.

"Perlu tetap menerapkan 3M, di mana pun dan kapan pun. Maka, kita harus bekerja sama menekan laju penyebarannya," imbaunya.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta menilai, saat ini penguatan sinergi antarpihak sangat diperlukan untuk menghadapi makin banyaknya klaster keluarga di Ibu Kota.

DKI, kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) DKI Jakarta Widyastuti di Jakarta, Jumat, tengah melakukan penguatan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 tingkat RT dan RW sebagai inti utama untuk saling melengkapi dengan program dari pihak lainnya seperti Kampung Tangguh dari Polda Metro Jaya dalam menangani masalah Covid-19 secara komprehensif.

"Jadi, ada sinergi antar Pemprov bersama Forkopimda untuk penguatan karena semakin lama, klaster keluarga semakin banyak. Jadi, kami mulai dari keluarga yang harus betul-betul bagaimana, nanti kalau sekitarnya ada anggota keluarga yang terpapar Covid," katanya.

Widyastuti juga mengingatkan masyarakat bahwa seberapa banyak pun jumlah rumah sakit yang dikembangkan, seberapa banyak pun jumlah tempat tidur akan percuma jika tidak semuanya taat kepada protokol kesehatan yang menjadi salah satu kunci memutus mata rantai virus tersebut.

"Tapi sekali lagi, sebanyak apa pun tentu kalau kedisiplinan terhadap prokes, nggak disiplin nanti akan menjadi sumber penularan baru. Tadi, saran dari pak gubernur, kita harus pastikan diri, kita untuk tidak tertular tapi juga kita pastikan bahwa diri kita tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain," ucapnya.

 

Satuan Petugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kota Bandung meminta masyarakat untuk lebih berhati-hati saat beraktivitas di luar rumah, sebab kasus penyebaran Covid-19 aktif saat ini mencapai 1.000 lebih. Klaster keluarga diduga menjadi salah satu penyumbang terbesar tambahan kasus baru Covid-19.

"(Kenaikan) pascaliburan, klaster keluarga, kunjungan antarteman, keluarga dan antardaerah," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ahyani Raksanagara, Senin (18/1).

Menurut Ahyani, jumlah kasua Covid-19 di Kota Bandung mengalami lonjakan pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) proposional. Selain itu, peningkatan kasus Covid-19 karena dampak peningkatan pemeriksaan laboratorium termasuk dilakukan tracing.

Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bandung, Ema Sumarna menambahkan, kasus kumulatif Covid-19 di Kota Bandung mencapai 7.062 kasus. Terdiri dari 1.135 kasus positif aktif, kasus pasien sembuh 5.764 dan pasien meninggal dunia sebanyak 163 kasus.

"7.062 konfirmasi (kumulatif), penambahan 119. 1.135 (aktif) penambahan 58 sudah mencapai angka satuan ribu aktif makanya hati-hati," ujarnya.

Ia menyebut peningkatan kasus Covid-19 salah satunya disebabkan upaya surveilans yang dilakukan seperti testing dan tracing. Oleh karena itu, peningkatan kasus Covid-19 terjadi bagian konsekuensi dari pengetesan masif yang dilakukan.

"Meningkat terus naik," katanya. Ema menambahkan, sejauh ini di Kota Bandung belum terdapat kasus Covid-19 dengan jenis baru."

Klaster keluarga Covid-19 - (Republika)

 
Berita Terpopuler