AutoMagER, Mesin Ekstraksi RNA Virus Buatan Unpad

Awalnya AutoMagER dikembangkan untuk ekstrasi RNA virus malaria dan demam dengue.

Republika.co.id
Virus mematikan (ilustrasi)
Rep: Arie Lukihardianti Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya peningkatan pemeriksaan sampel dari waktu ke waktu. Namun, fasilitas ekstraksi sampel banyak yang belum memadai karena tidak semua laboratorium memiliki mesin ekstraksi otomatis.

Untuk kendala tersebut, sejumlah peneliti Universitas Padjadjaran berhasil mengembangkan mesin ekstraksi RNA mandiri berbasis robotik atau otomatis. Alat yang dinamai Auto Magnetic Extractor atau AutoMagER ini diklaim peneliti sebagai mesin ekstraksi RNA pertama yang diproduksi di Indonesia.

Produk AutoMagER dikembangkan oleh peneliti dari Fakultas Kedokteran serta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unpad, yaitu Savira Ekawardhani, Shabarni Gaffar, Lia Faridah, dan Hesti Lina Wiraswati.

Savitri menjelaskan, awalnya AutoMagER dikembangkan untuk ekstrasi RNA virus malaria dan demam dengue. Seiring datangnya pandemi yang menyebabkan banyak orang terinfeksi. Tim, kemudian intens mengembangkannya untuk membantu proses pemeriksaan PCR dari sampel Covid-19.

"Hal ini bukan tanpa alasan. Meningkatnya jumlah kasus terkonfirmasi, pemeriksaan berbasis swab PCR masif dilakukan. Akibatnya terjadi peningkatan pemeriksaan sampel di laboratorium," ujar Savitri dalam siaran persnya, Ahad (17/1).

Menurut Savitri, saat ini belum semua laboratorium memiliki mesin robotik untuk melakukan ekstraksi RNA sampel. Penambahan unit mesin baru dinilai sulit karena harus impor serta harganya pun sangat mahal.

“Pada saat mesinnya diberikan pun, plate ekstraksinya juga terbatas, karena harus disesuaikan dengan mesin,” kata Savitri.

Baca Juga

Secara teknis, AutoMagER berfungsi untuk mengekstraksi sel sampel untuk diambil RNA-nya. RNA ini yang dibutuhkan untuk proses pemeriksaan PCR. Sampel yang sudah dimasukkan ke viral transport medium (VTM) kemudian dimurnikan oleh“AutoMagER sehingga RNA-nya benar-benar terpisah dari selnya.

Kendati tim peneliti Unpad juga telah menciptakan VTM mandiri yang sudah mampu menginaktivasi virus, sehingga RNA-nya dapat terlihat saat masih di medium, “AutoMagER” mampu mendapatkan RNA yang benar-benar murni karena banyak dilakukan proses pemecahan sel.

Savitri menjelaskan, “AutoMagER” ini juga sudah didukung dengan produksi reagen mandiri. Kit reagen yang dinamai “ExPAD” ini merupakan kit ekstraksi RNA dengan basis magnetik beads yang dikembangkan peneliti dari Finder U-CoE Unpad.

Alhasil, produk ini mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri terkait mesin robotik ekstraksi RNA beserta plate dan reagennya. Saat ini, AutoMagER masih menunggu izin edar dari Kementerian Kesehatan.

Unggul dari Produk Korea Selatan
Menurut Savitri, sistem kerja AutoMagER mengadaptasi mesin ekstraksi “Kingfisher”, atau mesin ekstraksi yang dinilai paling baik di antara mesin ekstraksi lain yang ada di pasaran. Kapasitas ekstraksinya pun menyamai dengan mesin Kingfisher, yaitu 96 sampel setiap kali operasi.

Proses ekstraksi 96 sampel tersebut juga hanya memakan waktu sekira 1-2 jam. Angka ini jauh lebih banyak dibanding mesin ekstraksi dari Korea Selatan yang hanya memiliki kapasitas ekstraksi sekira 18-30 sampel.

“Kenapa kita mengambil standar Kingfisher, karena sebelumnya kita sudah pakai dan mesinnya bagus. Karena itu, kita memilih standar yang paling bagus,” kata Savitri.

Hampir seluruh material dan proses produksi dilakukan di dalam negeri. Bahkan, pihaknya berencana untuk mengembangkan AutoMagER sesuai dengan kebutuhan pengguna. Artinya, perangkat bisa dimodifikasi programnya sehingga kinerjanya mampu menyesuaikan dengan apa yang dibutuhkan pengguna.

Diharapkan, produk ini bisa menjadi solusi untuk penyediaan mesin ekstraksi otomatis untuk mendukung pemeriksaan sampel Covid-19. Tentunya dengan kit dan reagen yang bisa diperoleh dengan mudah serta harga yang kompetitif.

Selain AutoMagER, Savitri dan tim juga mengembangkan inovasi mesin PCR mini dan mini centrifuge dengan kecepatan 12.000 rpm. Dua inovasi ini dikembangkan untuk mendukung proses pemeriksaan sampel di lokasi yang kurang memiliki fasilitas laboratorium uji.

 
Berita Terpopuler