Bolehkah Ibu Menyusui Mendapat Vaksinasi Covid-19?

Kelompok yang dianggap rentan menerima vaksin Covid-19 adalah ibu menyusui.

Wikimedia
Kelompok yang dianggap rentan menerima vaksin Covid-19 adalah ibu menyusui (Foto: ilustrasi)
Rep: Shelbi Asrianti Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah negara telah memulai vaksinasi Covid-19. Banyak orang berharap pandemi bakal segera berakhir. Akan tetapi, tidak sedikit pula individu yang meragukan keamanan vaksin, terutama untuk kalangan tertentu.

Salah satu kelompok yang dianggap rentan untuk menerima vaksin Covid-19 adalah ibu menyusui. Padahal, sebagian besar pakar kesehatan dan organisasi terkait justru menyarankan supaya ibu menyusui tetap menerima vaksin tersebut.

Sebelum mendapat vaksin, para ahli menganjurkan ibu menyusui berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan terlebih dahulu. Karena vaksin terbilang baru, memang belum ada banyak data yang khusus mengenai efeknya terhadap ibu menyusui.

Dokter kandungan Nicole Calloway Rankins mengatakan, secara umum para ahli telah mempelajari bahwa vaksin dapat ditoleransi dengan sangat baik oleh tubuh. Efek sampingnya pun minimal dan biasanya hilang dalam 24-36 jam.

Efek samping yang dimaksud Rankins terjadi saat pemberian dosis kedua vaksin, meliputi rasa lelah, nyeri otot, dan demam. Selain itu, berdasarkan penelitian, ibu menyusui tidak mengalami efek samping yang lebih parah dari kelompok lain.

Anggota Lansinoh Clinical Advisory Network itu berpendapat, efek samping tersebut jauh lebih ringan daripada ketika seseorang terinfeksi corona. Meski ada juga yang tanpa gejala atau dengan gejala ringan, sebagian kasus bisa menjadi parah.

Penyebab ibu menyusui dianggap rentan adalah kurangnya angka keterlibatan kelompok tersebut dalam uji coba klinis. Meski begitu, Rankins mengatakan ibu hamil dan menyusui memang hampir selalu dikecualikan dalam berbagai uji klinis.

Itu bukan hal aneh ataupun sesuatu yang baru, melainkan karena para ahli tidak sepenuhnya memahami risiko berbagai uji pada bayi, yang mungkin saja terpengaruh melalui ASI. Beberapa organisasi menyarankan standar itu harus diubah.

Penting juga diketahui, sejumlah organisasi merekomendasikan ibu menyusui untuk mendapatkan vaksinasi. Beberapa di antaranya adalah American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan Academy of Breastfeeding Medicine (ABM).

Dengan berbagai rekomendasi itu, Rankins mengatakan ibu menyusui sebaiknya memutuskan sendiri apakah memilih untuk mendapat vaksinasi atau tidak. Salah satu yang bisa jadi pertimbangan adalah melihat manfaat dan risikonya.

Baca Juga

Rankins menyarankan untuk mempertimbangkan kesediaan untuk divaksin dengan cermat sesuai kondisi tiap orang. Misalnya, jika ibu menyusui memiliki pekerjaan berisiko tinggi yang mengharuskan berjumpa banyak orang, vaksin sangat dibutuhkan.

"Ibu menyusui yang memiliki masalah kesehatan seperti diabetes, tekanan darah tinggi, atau penyakit paru-paru juga disarankan untuk divaksin," ujar pemandu podcast "All About Pregnancy & Birth" itu.

Terkait manfaat vaksin, yang terpenting bagi ibu menyusui tentunya membuat dia terlindungi dari penularan Covid-19 serta relatif tidak mengalami kondisi parah jika tertular. Dengan begitu, ibu dapat terus merawat bayinya.

Para pakar percaya bahwa antibodi yang diproduksi ibu akan termuat dalam ASI sehingga juga akan memberikan perlindungan bagi bayi. Profesor madya di bidang kedokteran anak, Henry C Lee, juga mengungkap kebaikan lain.

"Semakin banyak orang yang divaksin akan membuat adanya lebih banyak pelacakan terkait berbagai potensi efek samping yang mungkin bisa merugikan," tutur Lee, seperti dikutip dari laman Parents, Jumat (15/1).

 
Berita Terpopuler