3 BUMN Bersinergi Kembangkan Industri Bahan Baku Obat

Sekitar 95 persen kebutuhan Bahan Baku Obat (BBO) di Indonesia saat ini masih impor.

en.wikipedia.org
Obat-obatan,
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kimia Farma (Persero) dan anak perusahaan PT Pertamina (Persero), PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI), menandatangani Head Of Agreement (HoA), tentang kerja sama kajian skema kerja sama bisnis berdasarkan hasil joint study (penyediaan bahan baku benzene, rencana offtake, skema transaksi dan kajian komersial) serta strategi pengembangan proyek, yang bertujuan untuk mendukung kemandirian farmasi di dalam negeri dimana sekitar 95 persen kebutuhan Bahan Baku Obat (BBO) saat ini masih impor.

Baca Juga

Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury yang turut menyaksikan penandatanganan HoA tersebut, menyambut baik dan mengapresiasi langkah terobosan yang dilaksanakan Pertamina melalui KPI dan Kimia Farma yang berencana 

untuk membangun pabrik farmasi paracetamol dengan kapasitas 3800 Ton per Annum (TPA) dari turunan produk Petrokimia yaitu Benzene.

"Kita sama-sama belajar bahwa di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini, kesehatan menjadi modal utama yang tidak terpisahkan dalam rangka memulihkan Ekonomi Nasional. Namun, yang harus kita ketahui bersama juga, hingga hari ini, kebutuhan akan Bahan Baku Obat (BBO) masih impor sekitar 95 persen," ujar Pahala dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (8/1).

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan KPI dan Kimia Farma berinisiasi dapat bekerja sama mengolah lebih lanjut salah satu produk petrokimia yaitu Benzene dan Propylene yang berasal dari Kilang Refinery Unit (RU) IV Cilacap untuk dapat dikembangkan dan diproduksi menjadi Para Amino Fenol (PAF) yang akan menjadi bahan baku farmasi salah satunya Paracetamol.

Nicke menilai kerja sama ini membantu percepatan kemandirian industri farmasi nasional dan menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia melalui produksi Paracetamol dari bahan baku Benzene dan Propylene dari Kilang RU IV Cilacap.

"Kerja sama ini juga dapat meningkatkan sinergi dan kolaborasi antar BUMN baik dari aspek bisnis, riset dan teknologi, hingga pengembangan SDM nasional yang profesional," ucap Nicke.

 

Nicke mengharapkan dukungan dari seluruh pihak terkait, termasuk key stakeholders dalam implementasi ke depan. Dengan dukungan yang diberikan diharapkan dapat mengoptimalkan kerja sama ini dan ke depannya dapat tercipta ekosistem dari hulu ke hilir yang dapat mendukung pengembangan dan pertumbuhan industri petrokimia maupun industri farmasi nasional sehingga dapat meningkatkan mutual benefit antara Pertamina khususnya KPI serta Kimia Farma.

Dalam acara ini, Direktur Digital Healthcare PT Bio Farma (Persero) selaku Holding BUMN Farmasi, Solehudin Al Ayubi menyampaikan sinergi bisnis ini dapat mendukung ekosistem farmasi di Indonesia.

"Tentunya kami sangat mengapresiasi atas kerja sama ini dan kami berharap dapat memperkuat kemandirian industri farmasi nasional sekaligus meningkatkan value chain produk petrokimia yang dihasilkan oleh Pertamina," ujar Ayubi.

Ayubi mengungkapkan telah memiliki roadmap untuk mengurangi bahan baku impor tersebut. Holding BUMN Farmasi sebelumnya telah berupaya memperkuat value chain ekosistem industri kesehatan ini dengan pendirian pabrik BBO PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia, anak usaha KAEF, dan dengan menggandeng partner yang strategis diharapkan dapat merasakan efisiensi dari kerja sama bisnis ini. Ayubi juga menambahkan adanya kerja sama ini dapat mengatasi solusi atas permasalahan produk yang kini telah tersedia bahan bakunya.

 

 
Berita Terpopuler