Sekolah Tatap Muka di Pangandaran Tunggu Hasil Tes Usap

Tes usap dilakukan secara acak kepada guru dan murid di Pangandaran

dok. Pemkab Pangandaran
Pemkab Pangandaran mulai mengaktivasi sekolah-sekolah sebagai tempat isolasi untuk para pemudik, Kamis (30/4).
Rep: Bayu Adji P Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Sekolah-sekolah di Kabupaten Pangandaran belum diizinkan menggelar kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka pada 11 Januari. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Pangandaran masih menunggu hasil uji usap (swab test) yang telah dilakukan secara acak kepada para guru dan murid.

Baca Juga

Sekretaris Disdikpora Kabupaten Pangandaran, Agus Nurdin mengatakan, semester genap pembelajaran siswa sekolah akan dimulai para 11 Januari. Namun, bukan berarti para siswa harus melakukan pembelajaram secara tatap muka. Saat ini, Disdikpora masih menunggu hasil swab test yang telah dilakukan kepada 100 guru dan siswa untuk menjadi pertimbangan keputusan.

"Kita masih menunggu hasil swab guru dan siswa (yang dilakukan) secara acak, yang menjadi sampel. Saya harap bisa keluar sebelum tanggal 11. Itu akan jadi pertimbangan keputusan KBM tatap muka," kata dia, Rabu (6/1).

Selain menunggu hasil swab test para guru dan siswa, Agus mengatakan, salah satu yang menjadi pertimbangan pihaknya belum bisa memutuskan KBM tatap muka di sekolah adalah meningkatnya grafik kasus Covid-19 di Kabupaten Pangandaran. Karenanya, Disdikpora kali ini sangat hati-hati dalam mengambil keputusan.

Berdasarkan data terkahir, total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Pangandaran berjumlah 254 orang. Sebanyak 92 kasus masih aktif, 155 orang telah dinyatakan sembuh, dan tujuh orang meninggal dunia.

Menurut Agus, secara sarana dan prasarana, sekolah-sekolah di Kabupaten Pangandaran telah siap. Sebab, pada semester ganjir, seluruh sekolah tingkat SD dan SMP di Pangandaran telah menggelar KBM tatap muka. 

 

Kendati demikian, ia telah meminta para kepala sekolah untuk mengecek ulang kesiapan sarana dan prasarana terkait protokol kesehatan yang sudah tersedia. Hal itu untuk memastikan kesiapan di sekolah telah benar-benar matang.

"Kami ingin tetap memastikan KBM tatap muka aman dan nyaman," kata dia.

Menurut dia, jika nantinya KBM tatap muka di sekolah akhirnya diperbolehkan, sistemnya akan sangat ketat. Artinya, jumlah siswa yang datang ke sekolah akan dibatasi. Selain itu, ketika ada satu kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di satu desa, maka sekolah di desa itu ditutup semua.

"Kalau KBM tatap muka lebih banyak mudaratnya, kita akan lakukan belajar di rumah. Intinya saya harus lihat hasil swab dulu. Kalau sudah ada, kita bisa putuskan," kata dia.

Agus menegaskan, pihaknya akan mengutamakan keselamatan anak-anak dalam pembelajaran. Menurut dia, KBM tatap muka bukanlah pilihan satu-satunya. "Yang penting siswa bisa belajar aman dan nyaman," kata dia.

 
Berita Terpopuler