Analisis LAPAN Soal Temuan Puing Roket Bertuliskan CNSA

Puing diduga merupakan sampah antariksa yang berasosiasi dengan Roket Long March.

istimewa
Analisis orbit sampah antariksa mengenai temuan puing bertuliskan CNSA.
Rep: Puti Almas Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengatakan Objek puing bertuliskan CNSA diduga bagian dari roket Long March -3B. Menurut analisis orbit sampah antariksa, puing itu adalah bagian roket CZ-3B (Long March -3B) dengan nomor katalog  44710.

"Roket digunakan untuk peluncuran satelit navigasi Beidou 3-IGSO-3 pada 4 November 2019. Perkiraan jatuh 4 Januari 2021 pukul 14.25 WIB di Selatan Kalimantan dari ketinggian 118 km," kata Thomas melalui pesan aplikasi, kepada Republika.co.id.

Melalui laman website Lapan.go.id, LAPAN menerima laporan benda buatan yang jatuh di Teluk Kramat, Kalimantan Tengah pada Selasa (5/1). Benda yang diketahui berukuran sekitar 3 x 4 meter, jatuh sehari sebelumnya dan diduga merupakan sampah antariksa yang berasosiasi dengan Roket Chang Zheng (Long March) milik China.

Baca Juga

Satelit navigasi BeiDou-3 dikirim pada 23 Juni 2020 di Xichang, Sichuan, China. - (EPA)

Roket Chang Zheng diketahui digunakan untuk meluncurkan satelit Beidou 3-IGSO 3 pada 4 November 2019. Berdasarkan sistem pemantauan orbit.sains.lapan.go.id pada 4 Januari lalu, terdeteksi empat objek yang melintas di atas wilayah Indonesia dengan ketinggian rendah.

Objek CZ-3B R/B yang memiliki nomor katalog NORAD 44710 merupakan objek dengan orbit lonjong yang mencapai ketinggian minimum (perigee) sekitar 121 kilometer di atas permukaan Bumi, sementara ketinggian maksimumnya hampir 11.500 kilometer. Model peluruhan orbit yang diadopsi memperkirakan bahwa bekas roket tersebut akan mengalami reentry dalam waktu dekat, yakni pada Maret mendatang.

Dengan input yang sedikit berbeda, model peluruhan tadi sempat memberikan prediksi reentry pada 4 Januari. Simpangan waktu prediksi reentry tersebut wajar terjadi, terlebih untuk objek yang memiliki orbit lonjong.

Berdasarkan pemantauan virtual orbit benda jatuh antariksa yang telah dilakukan, objek nomor 44710 dianggap sebagai benda antariksa yang paling mungkin jatuh di pesisir Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah pada 4 Januari 2021. Dari foto yang diperoleh LAPAN, ada beberapa indikasi yang dapat membantu identifikasi objek.

Pertama, struktur yang ditemukan berbentuk segmen tabung kulit dengan diameter tiga hingga lima meter. Di salah satu sisinya tergambar bendera China, serta logo CNSA yang tampak sedikit terbakar. Segmen kulit tabung tersebut masih tampak berwarna putih dengan sedikit bekas terbakar di beberapa bagian.

Indikasi tersebut disertai analisis orbit yang disebutkan sebelumnya mengarah pada dugaan bahwa benda yang ditemukan merupakan bagian luar roket Chang Zheng 3B yang diluncurkan pada 4 November 2019. Namun, LAPAN menggarisbawahi beberapa hal yang perlu menjadi catatan.

Pertama adalah benda yang mengalami reentry akan mengalami gesekan dengan atmosfer hingga memanas dan terbakar. Sebagian besar benda akan terbakar atau setidaknya akan tampak hangus ketika mencapai permukaan Bumi.

Hanya benda dengan material ekstra kuat yang dapat bertahan dan menyisakan bagian yang mencapai permukaan Bumi. Proses reentry juga dapat disertai ledakan yang akan mencerai-beraikan roket.

Selubung luar roket dapat terkoyak tak beraturan. Pemikiran ini membuat kesimpulan bahwa benda yang jatuh di Kotawaringan Barat merupakan bekas roket CZ-3B menjadi tidak sepenuhnya meyakinkan. LAPAN menegaskan jika benda yang jatuh merupakan bagian luar dari roket, maka potensi bahaya radiasi dari zat radioaktif cenderung kecil.

Zat radioaktif biasa digunakan dalam sistem pembangkitan daya di satelit, salah satunya berupa Radioactive Thermoelectric Generator (RTG). Belum ada indikasi bahwa benda yang ditemukan merupakan bagian dari RTG dengan potensi bahaya radiasi.

Meski demikian, LAPAN tetap mengingatkan bahwa prinsip pencegahan perlu diterapkan, yaitu dengan menangani benda temuan dengan hati-hati. Termasuk diantaranya adalah menghindari kontak langsung dalam waktu yang lama.

 
Berita Terpopuler