Penjelasan Mengapa Rencana Abrahah Hancurkan Kabah Gagal

Abrahah gagal menghancurkan Kabah di Kota Makkah

Dawan of Islam film
Abrahah gagal menghancurkan Kabah di jantung Kota Makkah. Ilustrasi Suku Qurays dan untanya serta kabah (ilustrasi)
Rep: Ali Yusuf Red: Nashih Nashrullah

IHRAM.CO.ID, JAKARTA— Sebelum Islam datang Ka’bah merupakan tempat ibadah seluruh umat manusia baik yang beriman kepada Allah SWT atau yang tidak beriman kepada Allah (kafir). Selain beberapa kali dibangun Ka’bah sudah sering ingin dirusak orang yang jahil.

Baca Juga

KH  Aziz Masyhuri dalam bukunya "25 Rahasia Terdahsyatnya Haji Hingga Mabrur" menuliskan catatan sejarah tentang perusakan Ka'bah yang hendak dilakukan seorang berkebangsaan Yahudi  bin Tubba' bin Hasan, raja Humair, setelah sebelumnya memerangi suku aus dan khazraj.

Namun, kehendak itu dicegah pendeta yang ikut serta bersamanya. Akhirnya dia membatalkan keinginannya dan bahkan menyumbang satu kiswah yang indah untuk Ka'bah.

Pada abad pertama sebelum hijrah, Ghatafan membangun suatu bangunan yang indah, yang mirip dengan Ka'bah. Dia bermaksud untuk memindahkan tanah suci bangsa Arab ke tempat itu. Raja bangsa Arab waktu itu adalah Zuhair bin Hibban. Ketika berita itu tersebut sampai kepadanya ia berkata: "Tidak! Demi Allah hal itu tidak akan terjadi selama aku masih hidup." 

Segera dia kumpulkan kaum dan kerabatnya, lantas berkata kepada mereka: "Sesungguhnya sebaik-baik perbuatan terpuji yang kita simpan untuk bangsa Arab adalah menghalangi kehendak buruk bangsa Ghatafan. "Mereka menjawab: setuju!"

Lalu, Zuhair menyusun kekuatan, dan terjadilah peperangan sengit antara kedua belah pihak. Kekalahan berada di pihak Ghatafan. Raja Zuhair berhasil menghancurkan Ghatafan juga bangunan indah yang mereka buat.

 

Pada tahun 60 sebelum Hijriyah terjadilah perang antara raja Humair dan kaum Nasrani.  Raja Humair sebetulnya hampir mengalahkan kaum Nasrani Najran, akan tetapi mereka kaum Nashoro dibantu Habasyah atau Ethiopia dan menutup perang dengan kemenangan.

Abrahah sebagai penguasa tunggal, membangun sebuah gereja di sana dan bermaksud menjadikannya sebagai pengganti Ka'bah serta memalingkan orang-orang Arab yang akan berhaji ke tempat itu. Untuk merealisasikan keinginannya, Ka'bah harus hancur terlebih dahulu.

Dia pun berangkat dengan membawa kekuatan yang sangat besar untuk menghancurkan Ka'bah. Sesampainya di negeri dia mengutus sebagai pasukannya untuk merampas harta benda penduduk Makkah. Sebanyak 20 unta milik Abdul Muthalib, salah seorang bangsawan Quraisy yang sangat dihormati pun dirampas.

Dia, Abdul Muthalib segera mendatangi Abrahah dan menuntut untuk bertanya kembali. Jawaban Abrahah:

"Apakah kamu hanya membicarakan untamu dan membiarkan Ka'bah? Padahal dia adalah agamamu dan agama nenek moyang sedangkan engkau mengetahui bahwa kedatanganku ini untuk menghancurkan Ka'bah."

Abdul Muthalib tidak diam, ia menyimpang: "Aku adalah pemilik unta sedang rumah itu ada pemiliknya sendiri yang memeliharanya."

 

Setelah itu Abrahah mengembalikan unta-unta tersebut, dan Abdul Muthalib kembali ke Makkah titik selang beberapa hari Abrahah dan pasukannya berjalan menuju Makkah dan hendak menghancurkan Ka'bah tetapi setibanya di dekat Muzdalifah, mereka bertemu dengan burung ababil sejenis burung pipit berwarna hitam (jenis burung itu hingga sekarang) ada di sana. Burung-burung itu bertebaran di udara di atas tentara dan melempari mereka dengan kerikil dari tanah yang dibakar.

"Ketika itu, tentara Abrahah tidak merasakannya sama sekali, karena kerikil itu ukurannya tidak lebih besar dari kacang ada," katanya.  

Namun, ketika tentara itu tiba di Makah berjangkitlah wabah cacar. Semua terkena, tanpa terkecuali. Bersama barisan tentara Abrahah ada seekor gajah yang oleh orang Arab dinamakan Mahmud. Mereka hendak menggiringnya. Namun, gajah itu tidak bisa bergerak dan akhirnya mati di sana.

Kiai Aziz mengatakan, sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa gajah itu ditanam ditempat yang terkenal dengan nama pintu Jarwal yaitu tempat perkemahan dan tempat kendaraan orang Mesir. Abrahah melihat wabah penyakit yang mengerikan, menghancurkan dan memusnahkan tentaranya, dia melarikan diri.

Namun, kemarahan Allah SWT, Pemilik rumah yang mulia itu tidak bisa dibendung. Allah mengirimkan banjir bandang yang menenggelamkan mereka tanpa tersisa kecuali seorang tentara yang menceritakan peristiwa besar tiada bandingnya itu.

Peristiwa tersebut terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dan bangsa Arab menyebut tahun itu dengan Tahun Gajah. Allah mengabadikannya dalam Alquran surat al-fil ayat 1 sampai 5.

 
Berita Terpopuler