Serangan Siber Sasar Pemerintah AS Lebih Cepat dari Prediksi

Rusia membantah berada di balik serangan siber ke badan pemerintah AS

Digitaltrends.com
Serangan siber (ilustrasi)
Rep: Lintar Satria Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Senator Amerika Serikat (AS) yang terlibat dalam isu keamanan siber mengatakan serangan siber terhadap badan-badan pemerintah AS yang dilaporkan bulan ini mungkin terjadi lebih awal dibandingkan perkiraan sebelumnya. Serangan tersebut sempat yakini terjadi pada musim semi lalu.

Baca Juga

Awalnya penyidik mengira serangan terhadap lembaga-lembaga pemerintah dan organisasi swasta AS dimulai pada Maret atau April tahun ini. Peretas yang didukung Rusia diduga terlibat dalam serangan siber terhadap Kementerian Keuangan, Luar Negeri, Perdagangan dan Energi AS tersebut. Rusia membantah tuduhan itu.

"Penggalian awal mungkin dimulai lebih awal," kata Senator Mark Warner, Kamis (31/12).

Warner yang berasal dari Partai Demokrat itu Wakil Ketua Komite Intelijen Senat AS. Ia mengatakan hingga kini penyelidikan terhadap peretasan itu masih aktif tapi pemerintah belum menemukan bukti kuat ada rahasia pemerintah yang dibobol peretas.

Warner mengatakan jarak antara undang-undang AS dan internasional mempersulit pelacakan dan penindakan peretasan skala besar. Ia menambahkan AS dan sekutu-sekutunya harus bertindak untuk memperketat kendali.

"Kami masih belum memiliki kewajiban pelaporan bagi sektor swasta atau sektor publik, lama waktu yang dibutuhkan untuk mengeses serangan (terbaru) lebih lama dibandingkan yang ingin kami lakukan," kata Senator asal Virginia itu.

Warner mengatakan lemahnya undang-undang dan kebijakan AS untuk membalas serangan besar ini hasil dari 'lemahnya kebijakan (pemerintahan Presiden Donald) Trump'. Ia menambahkan selama pemerintahan Barack Obama, baik pemerintah maupun sektor swasta 'menolak dengan keras' isu meningkatkan kendali hukum di ruang siber.

 

Peretasan yang terungkap pada pertengahan bulan Desember ini terjadi pada sistem pemerintah dan swasta yang menyusup melalui update perangkat lunak SolarWinds. Orang yang mengetahui serangan siber tersebut mengatakan perusahaan asal Texas itu memiliki banyak konsumen dari cabang pemerintah, militer dan lembaga intelijen.

Walaupun Menteri Luar Negeri Mike Pompoe dan sejumlah sumber pemerintah AS mengatakan Rusia tersangka utama serangan siber tersebut. Trump mempertanyakan tuduhan tersebut dan menyebut China yang mungkin dalang serangan.

"Jelas ada keengganan dari Gedung Putih untuk berulang kali memanggil Rusia, saya tidak yakin masalahnya ada di komunitas intelijen, saya pikir masalahnya ada di Gedung Putih," kata Warner. 

 
Berita Terpopuler