Dakwah Islam di Amerika Serikat yang Semakin Pesat Abad Ini

Islamofobia masih menjadi tantangan dakwah di Amerika Serikat

worldbulletin
Islamofobia masih menjadi tantangan dakwah di Amerika Serikat. Muslim AS kampanye anti Islamofobia
Rep: Hasanul Rizqa Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Dakwah Islam di Amerika Serikat (AS) terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Sejak permulaan abad ke-21, kian banyak tantangan dalam mensyiarkan Islam di Negeri Paman Sam.

Baca Juga

Apalagi, sesudah peristiwa serangan terorisme yang menghantam Menara Kembar World Trade Center (WTC) di New York City pada 11 September 2001 silam. Hanya karena pelakunya mengatasnamakan Islam, sebagian publik Barat pun melayangkan stigma terhadap agama ini dan seluruh Muslimin. 

Islamofobia terasa makin nyata di AS sejak tragedi 9/11. Bagaimanapun, manusia punya rencana, tetapi yang berlaku dan terbaik adalah rencana Allah SWT. Ternyata, 9/11 menjadi momentum kebangkitan dakwah di AS. Dikutip dari Direktur Jamaica Muslim Center AS Imam Shamsi Ali, sekitar 20 ribu orang AS memeluk Islam setiap tahunnya dalam beberapa tahun belakangan (Republika.co.id, 7/6).  

Untuk meneropong geliat syiar Islam di sana, baru-baru ini Presiden Nusantara Foundation itu mengundang Dr Sabeel Ahmed dalam sebuah bincang-bincang daring.

Dai kelahiran India itu berprofesi sebagai dokter di Chicago, tetapi sangat aktif dalam berbagai kegiatan dakwah di AS. Berikut petikan perbincangan itu, seperti dilansir Republika.co.id dari siaran Facebook live Imam Shamsi Ali beberapa waktu lalu: 

Menurut Anda, apakah tantangan utama dalam berdakwah?

Kalau saya melihatnya tantangan-tantangan itu datang dari internal kita umat Islam sendiri maupun dari non-Muslim. Ini bisa dilihat dari satu contoh saja, yakni fenomena Islamofobia. Kalau saya melihatnya, Islamofobia tidak sematamata ketakutan atau kadang-kadang kebencian orang-orang terhadap Islam.

Islamofobia pun bisa ditimbulkan dari reaksi mereka (pembenci Islam) terhadap ketidakaktifan kita umat Islam. Dalam arti, mereka bereaksi karena ketidaktahuan mereka terhadap Islam. Dan, ketidaktahuan mereka itu dalam batas tertentu juga disebabkan kita yang kurang aktif dalam menyiarkan ajaran Islam.

Saya mengibaratkannya seperti seorang dokter. Jika kondisi pasien memburuk, dokter yang menanganinya pun bisa disalahkan. Umpamanya, dokter itu tidak memberikan resep yang tepat. Sementara itu, Alquran dan sunah merupakan resep atau petunjuk bagi umat manusia.

Banyak orang, termasuk non-Muslim, menemui berbagai persoalan dalam kehidupan. Padahal, Allah SWT sudah menyediakan solusi berupa Islam, melalui Alquran. Maka, kita kaum Muslimin adalah dokter spiritual bagi kemanusiaan. 

 

 

Bagaimana Anda mengamati perkembangan dakwah Islam di AS?

Masya Allah, perkembangannya cukup menggembirakan! Anda tahu, saya kerap menyampaikan kepada sesama Muslimin di Amerika Serikat, Kanada, Eropa, dan negara-negara minoritas Muslim bahwa kita mungkin berada dalam zaman keemasan dakwah (golden age of dakwah). 

Khususnya di AS, saya menyaksikan dan merasakan hal itu. Kalau dahulu dikatakan bahwa Islam telah mencapai puncak keemasan pada bidang sains, teknologi, dan pendidikan. Dan, di sinilah kita, setidaknya sejak 2016, berada dalam masa keemasan dakwah di AS.

Pasalnya, makin banyak orang yang penasaran atau sibuk mencari tahu tentang Islam. Mereka tertarik pada Islam setelah mendengarkan berbagai pemberitaan di media-media arus utama (mainstream).

Anda tahu, media-media itu sering meliput tentang Islam. Mereka menghabiskan dana jutaan atau miliaran dolar (untuk siaran). Namun, para pemirsanya juga adalah manusia biasa. Mereka mudah penasaran tentang apa yang media-media siarkan itu.

Mereka lantas berusaha mencari tahu dari Muslim, terjemahan Alquran, atau berbagai bacaan. Kalaupun ada kekuatan yang hendak mendorong orang-orang agar menjauh dari Islam, yakni dengan melancarkan informasi yang bias dan diskriminatif tentang Islam, yang terjadi justru sebaliknya. Orang-orang malah kian tertarik mempelajari Islam.

Seorang pengacara untuk kantong Muslim Islamberg berdoa di sebuah masjid di Tompkins, New York. Muslim Amerika memiliki sejarah 400 tahun yang lalu - (theconversation.com)

Bagaimana pengalaman Anda sejauh ini dalam berdakwah?

Saya terlibat dalam berbagai kegiatan dakwah di AS. Salah satunya adalah gelar griya (open house) masjid-masjid. Dalam arti, kami mengundang warga sekitar, apa pun agama mereka, untuk datang ke masjid. Di sana kami menjamu mereka. Kami pun saling berkenalan, bersosialisasi, berbincang, dan mengobrol.

Dalam kesempatan itulah kami menjelaskan tentang apa itu Islam dan bagaimana ajarannya. Pasalnya, sering saya mendapati kebanyakan orang Amerika memersepsikan Islam hanya melalui pemberitaan di media-media (tanpa pernah langsung bertemu Muslim–Red).

Faktanya, orang-orang penasaran sehingga makin banyak dari mereka yang datang ke masjid. Alhamdulillah, sejak 2016 hingga kini, kami mengadakan lebih banyak acara gelar griya (open house) masjid bila dibandingkan masa 25 atau 50 tahun belakangan.

Dalam empat atau lima tahun belakangan, makin banyak peserta acara gelar griya (open house) masjid yang kami selenggarakan bila dibandingkan 25 tahun silam.

Sejak 2016 pula, makin banyak pemberitaan yang meli put berbagai kegiatan dakwah. Ribuan orang non-Muslim datang ke gelar griya (open houses) masjid yang kami adakan. Bukan hanya warga, melainkan juga beberapa pejabat setempat dan politisi.

Selain bertemu tatap muka, kami juga membuka saluran dakwah via telepon. Kami terbuka bagi siapa saja yang ingin menghubungi. Tim kami siap menerima telepon 24 jam dalam sehari dan sepekan.

Dan, dalam lima tahun belakangan ini kami menerima lebih banyak telepon dibandingkan 25 tahun lalu berturut-turut. Banyak dari mereka yang meminta agar dikirimi (terjemahan) Alquran, baik dalam bahasa Inggris maupun Spanyol.

Dan, kami pun memenuhi permintaan itu. Selain itu, kami mengirimkan buku biografi tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW, kutipan-kutipan hadits Nabi SAW, serta buku 50 tanya jawab umum seputar Islam. Kami mencatat, sejak 2016 kami mengirimkan lebih banyak paket bacaan daripada tahuntahun sebelumnya. Artinya, keingintahuan orangorang Amerika terhadap Islam terdeteksi makin meningkat sejak tahun itu.

Anda optimistis terhadap masa depan dakwah di AS?

 

Hemat saya, inilah masa keemasan dakwah Islam di Amerika Serikat. Dahulu, ayah dan kakek kita sering menceritakan masa-masa keemasan Islam pada bidang sains, teknologi, dan pendidikan. Itu terjadi berabad-abad silam. Dan, tak menutup kemungkinan, pada abad ke-21 kini kita menyaksikan suatu puncak kegemilangan dakwah Islam, termasuk di AS.

Inilah yang dapat kita ceritakan kepada anak cucu kita kelak. Maka dari itu, kita harus terus berupaya, melalui berbagai platform yang tersedia. Insya Allah, dengan pertolongan-Nya, kita dapat menunaikan tugas dakwah ini dengan baik. 

 
Berita Terpopuler