Kisah Mualaf Lara, dari Ateis Hingga Memeluk Islam (2-Habis)

Lara memeluk Islam pada Februari 1993.

Republika/Agung Supriyanto
Kisah Mualaf Lara, dari Ateis Hingga Memeluk Islam (2-Habis)
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga suatu hari, Lara memutuskan mengucapkan kalimat syahadat di rumahnya dan mulai melaksanakan sholat lima waktu. Keputusannya menjadi mualaf itu terjadi pada Februari 1993, beberapa hari menjelang bulan puasa Ramadhan. Ia merasa antusias untuk mulai menunaikan puasa.

Baca Juga

 

Meski baru pertama kalinya, namun puasa baginya terasa jauh lebih mudah daripada yang diperkirakan. Sebelum membiasakan berpuasa, ia sempat khawatir akan pingsan.

 

Awalnya, Lara memang membutuhkan sedikit periode penyesuaian dalam membiasakan diri dengan rutinitas baru untuk sholat dan puasa. Ia juga pernah membuat beberapa kesalahan. Namun, akhirnya ia menjadi lebih terbiasa dan merasa mudah.

 

Selain itu, Lara juga mulai membaca Alquran (terjemahan Abdullah Yoosuf Ali) ketika ia diberi satu salinan begitu ia menerima Islam. Sebelumnya, ia hanya membaca kutipannya di buku lain. Di awal-awal ia masuk Islam, Lara juga menemukan buku berjudul The Lawful and the Prohibited in Islam oleh Dr. Yoosuf Al-Qaradawi sebagai panduan yang bermanfaat.

 

Pemahaman akan Islam yang kian bertambah mendorongnya untuk mulai mengenakan jilbab (hijab). Hal itu dilakukannya pada Januari 1996. Saat itu, ia menyadari ia tidak bisa sepenuhnya berserah diri kepada Allah sebagai seorang Muslim tanpa mengenakan jilbab.

 

"Islam harus diterima dan dipraktikkan secara keseluruhan. Islam bukan agama mengubah-untuk-menyesuaikan diri. Sejak menjadi Muslimah, saya menyadari jilbab diperlukan oleh wanita Muslim dan saya berniat memakainya pada akhirnya," lanjutnya.

 

Lara menyadari ia seharusnya memakai jilbab begitu ia menerima Islam. Akan tetapi, bagi banyak Muslim (bahkan beberapa dari keluarga Muslim), tidak mudah mengambil langkah demikian dan memakainya di lingkungan masyarakat non-Muslim.

 

Namun akhirnya, ia berpikir bahkan seorang biarawati Kristen pun tidak pernah dikritik karena menutupi kepala mereka. Beruntung, dalam hidupnya Lara sendiri tidak pernah memiliki perasaan negatif terhadap muhajjabas (wanita berhijab) ketika melihat mereka. Namun, yang membuat Lara ragu memakainya kala itu adalah takut menerima perlakuan buruk dari orang lain, terutama keluarga.

 

 

 

"Tapi kita harus takut kepada Allah saja, bukan orang lain," tegasnya.

Beberapa bulan sebelum ia memakai hijab secara permanen, ia mulai berlatih memakai jilbab. Ia memakainya ketika bepergian antara rumahnya dan masjid setempat pada Jumat ketika ia mulai mengikuti sholat Jumat. Namun sejak menjadi Muslim, Lara pun selalu memakai hijab setiap kali sholat.

Beberapa pekan sebelumnya, dalam doanya Lara mulai meminta kepada Allah agar dimudahkan untuk memakai jilbab. Pada hari ia akhirnya memakai jilbab secara permanen, ia telah mencapai titik di mana ia merasa ia tidak bisa lagi keluar dengan kepala telanjang.

Meskipun orang lain mungkin tidak suka ia memakainya, namun Lara berpikir ia bertanggung jawab atas tindakannya dan ia harus melalukan kewajiban Islamnya. Setelah mengenakan jilbab, Lara justru merasa terlindungi dan akhirnya bisa keluar dan tidak menjadi sasaran tatapan/sorotan laki-laki.

"Awalnya saya merasa agak minder, tetapi setelah beberapa pekan saya merasa benar-benar terbiasa memakai jilbab. Terkadang orang lain terlihat bingung, menurut saya karena mereka tidak terbiasa melihat Muslimah yang berwajah pucat bermata biru! Ngomong-ngomong, memakai jilbab adalah dakwah karena menarik perhatian pada Islam," ujarnya.

Sejak menerima Islam itulah, ia terus mencari ilmu tentang Din (agama) yang merupakan kewajiban seumur hidup bagi semua Muslim. Lara juga kemudian belajar bahasa Arab agar ia bisa membaca Alquran.

Setelah menjadi Muslimah, rutinitas yang ia lakukan termasuk membaca, berdiskusi tentang Islam dengan Muslim lain, dan mendengar khutbah Jumat. "Berjuang untuk menjadi orang yang shaleh dan memerangi hawa nafsu (jihad al-nafs) membutuhkan usaha yang terus menerus dan tidak pernah berakhir bagi umat Islam. Saya merasa Islam semakin menarik, dan saya menikmati hidup sebagai Muslimah," katanya.

 

https://www.islamweb.net/en/women/article/150343/lara

 
Berita Terpopuler