Kisah Mualaf Lara, dari Ateis Hingga Memeluk Islam (1)

Lara memeluk Islam pada Februari 1993.

Republika/Mardiah
Kisah Mualaf Lara, dari Ateis Hingga Memeluk Islam (1)
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hidayah bisa menyentuh hati siapa saja yang Allah kehendaki, termasuk pada seseorang yang awalnya tidak memiliki keyakinan terhadap agama apa pun. Seperti kisah Lara, seorang Muslimah Kanada yang memeluk Islam pada Februari 1993 ketika ia berusia 23 tahun.

Baca Juga

Lara merupakan perempuan keturunan Skandinavia yang lahir dan dibesarkan di Kanada. Seiring tumbuh besar, ia tidak pernah berafiliasi dengan agama apa pun dan juga bukan seorang ateis (tidak percaya keberadaan Tuhan).

Ketika masih remaja, ia mulai berpikir tentang agama. Pada saat itu ia percaya pada keesaan Tuhan (tauhid). Kendati begitu, kekristenan tidak pernah membuatnya tertarik.

Perjalanan Lara hingga akhirnya memeluk Islam berawal dari kontak pertamanya dengan Muslim, ketika ia diperkenalkan dengan beberapa siswa Muslim internasional pada 1988. Melalui mereka, Lara belajar sedikit tentang Islam, seperti halnya puasa Ramadhan.

Namun, baru pada 1992 ia mulai tertarik pada Islam. Pada musim panas tahun itu, sebuah surat kabar Kanada menerbitkan serangkaian artikel yang menyerang Islam dengan menggunakan contoh perilaku anti-Islam dari beberapa Muslim dalam upaya menjelekkan Islam.

Kala itu, Lara memiliki pemikiran bahwa non-Muslim cenderung menilai Islam atas dasar perilaku (yang belum tentu islami) dari orang Muslim. Saat itu, Lara belum menjadi seorang Muslimah. Namun, artikel tersebut dinilainya sangat memalukan sehingga, ia mengirim surat ke editornya untuk membela Islam. Hingga perlahan, ia memiliki rasa penasaran tentang Islam.

Lara kemudian membaca kembali beberapa artikel yang ia ambil beberapa bulan sebelumnya dari pajangan MSA Islam Awareness Week di universitasnya. Salah satu isi artikelnya memuat tentang Isa sebagai nabi Islam.

Ketertarikannya mendorongnya meminta seorang Muslim memberikannya beberapa buku tentang Islam, tentang ideologi Islam secara keseluruhan dan buku yang ditulis oleh dua penulis Muslim terkenal. Lara mulai terkesan dan semakin penasaran dengan Islam. 

Selama beberapa bulan berikutnya, ia kerap mempelajari tentang Islam dari buku-buku Islam yang otentik di sela-sela waktu luangnya saat kuliah. Salah satunya, buku berjudul The Life of Muhammad SAW karangan Dr. Muhammad Haykal.

 

Lara berpikir mempelajari kebenaran tentang Islam tidak bisa diperoleh dari media massa. Selain itu, ia mengatakan para mualaf khususnya hendaknya berhati-hati untuk menghindari tulisan dari kelompok sesat yang mengaku terikat dengan Islam. Ia berpandangan, hanya karena penulisnya memiliki nama Arab tidak selalu berarti dia adalah seorang Muslim yang berpengetahuan atau bahkan Muslim sama sekali.

Selain menggali ilmu dari buku, Lara juga belajar tentang Islam dari beberapa Muslim yang berpengetahuan dan Muslim yang tidak menekannya. Sementara itu pula, ia mulai mengislamkan perilakunya yang dirasa tidak sulit.

Misalnya, ia mulai menghindari konsumsi alkohol dan daging babi. Selain itu, ia selalu lebih suka berpakaian sederhana dan tidak memakai riasan, parfum atau perhiasan di luar rumah. Lara mulai hanya mengonsumsi daging yang disembelih secara Islam. Selama itu, ia juga mengunjungi masjid di kotanya untuk pertama kalinya.

"Hingga saya menemukan Islam, saya hampir tidak tahu apa-apa tentangnya. Saya katakan menemukan karena Islam yang selama ini saya dengar melalui media massa bukanlah Islam yang benar. Saya selalu berasumsi Islam hanyalah agama buatan manusia, tanpa mengetahui itu adalah kebenaran. Saya juga berasumsi seseorang harus dibesarkan sebagai seorang Muslim untuk menjadi seorang Muslim. Saya tidak menyadari fakta semua manusia terlahir sebagai Muslim (dalam keadaan Islam, tunduk kepada Sang Pencipta)," kata Lara, dalam artikel yang diterbitkan di Islamweb.

Seperti banyak orang Barat, Lara juga menghubungkan Islam dengan 'Timur' dan tidak mengetahui Islam itu universal dalam waktu dan tempat. Kendati begitu, ia tidak pernah memiliki perasaan negatif tentang Islam.

Semakin banyak pengetahuan tentang Islam ia peroleh, semakin ia merasa benar-benar bisa menjadi Muslim. Ia merasa banyak dari keyakinan yang telah ia miliki sebenarnya islami dan bukan hanya sekadar 'akal sehat'.

"Jadi setelah membiasakan diri dengan apa Islam itu pada dasarnya dan apa tugas dan tingkah laku seorang Muslim, serta berpikir dan merenung, saya merasa siap menerima Islam dan hidup sebagai Muslimah," ujarnya.

 

 
Berita Terpopuler