Menelusuri Masjid-Masjid Tua di Jakarta (3-Habis)

Masjid tua di Jakarta menjadi tempat perjuangan umat Islam melawan penjajah Belanda.

Republika/Zainur Mahsir Ramadhan
Menelusuri Masjid-Masjid Tua di Jakarta (3-Habis). Suasana masjid tertua di Jakarta, Masjid Jami Al-Anshor.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agak sedikit terpencil di Jl Pengukiran II, Pekojan, Jakarta Barat terdapat sebuah masjid kecil. Seorang pengurusnya menyatakan, masjid yang diberi nama Al-Anshor didirikan oleh para pendatang dari Malabar (India) pada abad ke-17, tepatnya pada 1648. Berbeda dengan masjid-masjid lainnya, masjid Al-Anshor yang dulunya luas dan terdapat pemakaman, kini sudah menyatu dengan rumah-rumah penduduk. 

Baca Juga

Sudah tidak ada lagi yang tersisa untuk pekarangan masjid. Tidak diketahui berapa lama masjid ini digunakan oleh para imigran India. Karena para imigran dari negeri martabak yang datang belakangan mendirikan sebuah masjid lainnya, tak jauh dari masjid ini.

Masjid baru yang dibangun di Jl Bandengan Selatan 34, oleh masyarakat setempat disebut Masjid Kampung Baru. Didirikan 1748, kini hanya tersisa beberapa dari bangunan aslinya, seperti empat tiang penyangga dan beberapa pilar kecil pada jendela. 

Masjid Jami Al-Anshor - (Republika/Zainur Mahsir Ramadhan)

Tidak jauh dari tempat ini, di tepi Kali Angke di Jl Pekojan, Jakarta Barat terdapag sebuah surau yang diberi nama Langgar Tinggi. Disebut demikian karena langgar ini agak tinggi dan berlantai dua. Para Muslim India juga berperan membangun masjid atau surau ini.

Di Jl Pekojan juga terdapat sebuah masjid tua yang dibangun abad ke-18. Masjid an-Nawier erat kaitannya dengan masjid kuno di Keraton Surakarta dan Keraton Banten. 

Menurut Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta, masjid Pekojan yang dapat menampung hingga 2.000 jamaah. Di masa lalu, masjid ini merupakan salah satu masjid yang berperan dalam penyebaran Islam. 

Baca juga: Menelusuri Masjid-Masjid Tua di Jakarta (1)

 

Melihat masjid-masjid tua di Jakarta, tampak sekali sentuhan arsitektur China ikut berperan, terutama pada Masjid Kebon Jeruk dan Angke. Bahkan di Masjid Kebon Jeruk, dekat penyeberangan Sawah Besar - Ketapang, kubahnya mendapat sentuhan arsitektur China. 

Berdiri pada 1786, masjid ini merupakan masjid pertama bagi 'peranakan' China (istilah orang China yang masuk Islam) di daerah Glodok. Di sini terdapat makam Ny Cai, istri pendiri masjid tersebut, Kapiten Tschoa. 

Kapiten inilah yang ketika itu memimpin masyarakat Muslim di Batavia. Masjid Tambora yang terletak di tepi kali Blandongan (anak dari kali Ciliwung) mempunyai kisah menarik.

Masjid ini dua abad lalu dibangun oleh orang-orang bekas tahanan Belanda. Ketika itu di daerah yang sekarang berdiri masjid datang sekelompok orang dari kaki pegunungan Tambora di Sumbawa. 

Mereka dibuang ke Batavia untuk kerja paksa (rodi) akibat menentang kekuasaan Belanda. Setelah bebas mereka memilih tinggal di daerah itu. 

Sejumlah umat Muslim melaksanakan ibadah di Masjid Jami Al Mansur, Tambora, Jakarta Barat. - (Republika/Putra M. Akbar)

Pada 1181 (1762 M) dibawah pimpinan Ki Mustadjib, tokoh masyarakat Tambora mereka mendirikan sebuah masjid. Untuk mengenang nama daerahnya, mereka menamakan Masjid Tambora. 

Di depan masjid ini terdapat makan pendirinya. Hanya beberapa ratus meter dari sini, terdapat sebuah masjid kuno lainnya.

Masjid Al-Mansyur didirikan permulaan abad ke-18 oleh Abdul Mihad, putra dari Pangeran Tjakrajaya, sepupu dari Tumenggung Mataram. Keberangkatan ke Jakarta dalam rangka membantu rakyat Jayakarta untuk mengusir VOC. 

Karena usahanya secara fisik tidak berhasil, maka Abdul Mihad berusaha melalui jalan lain untuk menentang penjajahan, yakni dengan mendirikan masjid pada 1717. Di masjid inilah dia mengadakan ceramah untuk menggelorakan semangat rakyat menentang penjajah.

Pada 1947, masjid ini pernah ditembaki pasukan NIXA. Pasalnya, KH Moh Mansyur, pimpinan masjid saat itu memasang bendera Sang Saka Merah Putih di puncak menaranya. 

Masjid Angke terletak di Jalan Tubagus Angke RT 001 RW 05, Kampung Rawa Bebek, Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora,Jakarta Barat. - (Republika/ Yasin Habibi)

Kyai Mansyur kemudian ditangkap Belanda. Setelah ia wafat (12 Mei 1967) masjid ini pun dinamakan Masjid KH Mohd Mansyur. Sekaligus menjadi jalan utama di Kampung Sawah, Jembatan Lima, Jakarta Barat. Tentu masih banyak lagi sejumlah masjid, yang bukan saja patut dikenang karena kekunoannya, tapi juga perlawanannya dalam menentang penjajahan. 

Baca juga: Menelusuri Masjid-Masjid Tua di Jakarta (2)

 

 
Berita Terpopuler