Diiringi Pembacaan Puisi, Masjid Cikal Harapan Resmi Dibuka

Yayasan Permata Sari didirikan para aktivis HMI-wati lebih dari 40 tahun lalu.

Ist
Masjid Cikal Harapan, Jalan Raya Cileungsi, Perum Citra Indah Jonggol, Kab Bogor. Masjid tersebut diresmikan pada 25 Februari 2019 oleh para pendiri YPS
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Masjid merupakan pusat peradaban sekaligus sentra aktivitas keagamaan. Keberadaan sebuah masjid juga menjadi prasyarat bagi lancarnya kegiatan belajar-mengajar di suatu lembaga pendidikan islami. Hal itu ditegaskan ketua umum Yayasan Permata Sari (YPS) Etty Mar’ie Muhammad.

“Betul sekali, bahwa sekolah islam itu diharuskan memiliki sebuah sarana untuk para peserta didik latihan ibadah dan juga sarana ibadah. Jadi, setiap sekolah Islam harus memiliki sebuah masjid, apakah besar, apakah kecil, megah atau sederhana. Intinya, keberadaan sebuah masjid diperlukan lembaga pendidikan, apalagi bila lembaga pendidikan itu membawa label Islam,” tutur istri alm Mar’ie Muhammad itu (menteri keuangan RI 1993-1998) itu, seperti dimuat dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Rabu (27/2).

Oleh karena itu, YPS terus mengupayakan pembangunan masjid-masjid. Teranyar, yayasan yang konsen pada bidang pendidikan ini meresmikan berdirinya Masjid Cikal Harapan. Rumah ibadah itu terletak di dalam kompleks Sekolah Cikal Harapan di Jalan Raya Cileungsi, Perumahan Citra Indah Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Peresmian Masjid Cikal Harapan berlangsung dengan khidmat dan dihadiri para tokoh Keluarga Alumni Himpunan Mahasiswa Indonesia (KAHMI). Di antaranya adalah presidium KAHMI Hamdan Zoelva, Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat Din Syamsuddin, dan budayawan Taufiq Ismail. Acara tersebut juga dimaksudkan sebagai peringatan ulang tahun YPS yang ke-43.

Menurut Etty, Masjid Cikal Harapan itu adalah masjid ketiga yang dibangun YPS. Untuk masa mendatang, dia mengungkapkan, pihaknya berencana membangun masjid-masjid lainnya untuk menjadi fasilitas keagamaan, baik bagi para murid sekolah-sekolah yang dikelola YPS maupun masyarakat umum.

“Rencananya, kita akan bangun (masjid-masjid berikutnya --Red), tetapi tidak di dalam sekolah karena tak ada lagi lahan,” ujar dia.

Sebagai informasi, Yayasan Permata Sari (YPS) didirikan sembilan orang aktivis HMI-wati (Kohati). Mereka adalah Ati Taufiq Ismail (istri Taufiq Ismail), Etty Mar’ie Muhammad, Ida Ismail Nasution, Kamsanah HDM, Rihna Azrul Azwar, Sofie Yusuf Syakir, Ida Wahab, Hartini Effendi, dan Yulia Harun Kamil.

Usai lewat masa transisi dari Orde Lama ke Orde Baru, para perempuan Angkatan 66 itu terus menjalin silaturahim dan berbagi informasi. Sampai akhirnya, pertemuan demi pertemuan dikembangkan menjadi kegiatan yang produktif dan bermanfaat umum. Alhasil, dibentuklah sebuah yayasan yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan, dakwah, dan sosial di tengah masyarakat. YPS resmi didirikan pada 5 Februari 1976.

YPS sudah mendirikan 11 unit sekolah yang diberi nama Sekolah Islam Cikal Harapan. Jumlah muridnya lebih dari dua ribu orang. Sekolah-sekolah yang berjenjang dari PAUD, SD, SMP, hingga SMA itu tersebar di area Jabodetabek.

YPS juga menyelenggarakan berbagai kursus, seminar, koperasi, serta kegiatan sosial, seperti memberikan bantuan anak asuh, anak yatim dan para korban bencana alam. Tidak hanya itu, yayasan yang berkantor pusat di Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, itu juga membangun sekolah-sekolah yang digratiskan bagi anak-anak dari keluarga yang kurang mampu.

“Dari tingkat PAUD dan TK, kami juga akan mendirikan untuk tingkat SD, SMP, SMA. Yang pertama ada di kantor pusat kami. Sudah ada sekitar 48 siswa dari tingkat PAUD dan TK,” kata Etty.

YPS bergerak atas semangat keikhlasan dan kerja keras. Selain itu, sembilan pendiri YPS meyakini filosofi bahwa kaum ibu merupakan pendidik yang pertama dan utama. Karena itu, baik pendidikan formal maupun informal sudah seyogianya menjadi konsen mereka.

Ati Taufiq Ismail dan para pendiri YPS lainnya menandatangani prasasti peresmian Masjid Cikal Harapan di kompleks Sekolah Cikal Harapan di Jalan Raya Cileungsi, Perumahan Citra Indah Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

“Generasi penerus, sejak masih anak-anak atau bahkan sejak masih di dalam kandungan seorang ibu. Maka sejak itulah seorang perempuan atau ibu wajib melakukan pendidikan. Kemudian setelah anak itu lahir, maka pendidikan tidak saja diperoleh dari ibu, tetapi juga lingkungan,” sebut dia.

Turut hadir dalam acara peresmian Masjid Cikal Harapan, penyair Taufiq Ismail. Sastrawan senior itu mengapresiasi kiprah Yayasan Permata Sari (YPS) yang telah berusia 43 tahun saat ini. Menurut tokoh Angkatan 66 itu, apa yang dilakukan para pendiri YPS merupakan pencapaian yang luar biasa.

“Kepada kesembilan pendiri YPS, saya ucapkan selamat, alhamdulillah. Kami yang laki-laki, yang mendampingi kalian lebih dari 40 tahun tidak bisa menandingi kalian, alhamdulillah,” kata Taufiq Ismail.

Budayawan yang juga tokoh Angkatan 66 Taufiq Ismail menyampaikan sekaligus membacakan sajak karyanya yang berjudul "Mencari Sebuah Masjid"

“Kegiatan ini secara cemerlang diberikan oleh Allah jalan bagi kesembilan aktivis ini dalam mendirikan sebuah masjid. Masjid yang indah sekali. Saya juga sudah mengikuti mulainya dibangun masjid ini sampai selesai,” lanjut dia.

Masih di atas podium, Taufiq Ismail kemudian membacakan sebuah sajak karyanya, “Mencari Sebuah Masjid”. Tokoh kelahiran Bukittinggi, 83 tahun silam, itu menuturkan, puisi tersebut ditulisnya dalam suatu rihlah dari Moskow (Rusia), Sarajevo (Bosnia), Berlin (Jerman), hingga akhirnya ke Masjid Nabawi di Madinah dan Masjid al-Haram di Makkah.

Puisi tersebut adalah buah perenungan tentang apa makna rumah ibadah bagi seorang hamba yang rindu pertemuan agung dengan-Nya. Sebab, masjid tidak hanya dipandang secara fisik, tetapi juga simbolis, yakni doa dan pengharapan menuju keridhaan Allah SWT.

Oleh karena itu, puisi tersebut dirasakannya selaras dengan semangat yang hendak dicapai para pendiri YPS, yang menginisiasi pendirian Masjid Cikal Harapan.

Mencari Sebuah Masjid

Aku diberitahu tentang sebuah masjid; yang tiang-tiangnya pepohonan di hutan; fondasinya batu karang dan pualam pilihan; atapnya menjulang tempat tersangkutnya awan; dan kubahnya tembus pandang berkilauan; digosok topan kutub utara dan selatan.

Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan; dihiasi dengan ukiran kaligrafi Alquran; dengan warna platina dan keemasan; berbentuk daun-daunan sangat beraturan; serta sarang lebah demikian geometriknya; ranting dan tunas jalin berjalin; bergaris -garis gambar putaran angin.

Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang masjid yang menara-menaranya; menyentuh lapisan ozon; dan menyeru azan tak habis-habisnya; membuat lingkaran mengikat pinggang dunia; kemudian nadanya yang lepas-lepas; disulam malaikat menjadi renda-renda benang emas; yang memperindah ratusan juta sajadah; di setiap rumah tempatnya singgah.

Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang letaknya di mana; bila waktu azan lohor engkau masuk ke dalamnya; engkau berjalan sampai waktu asar; tak bisa kau capai saf pertama; sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu; bershalatlah di mana saja; di lantai masjid ini, yang luas luar biasa.

Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang ruangan di sisi mihrabnya; yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya; dan orang-orang dengan tenang membaca di dalamnya; di bawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlian; yang menyimpan cahaya matahari; kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk beraturan; ke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu yang berguna; di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta; terletak di sebelah menyebelah mihrab masjid kita.

Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang masjid yang beranda dan ruang dalamnya; tempat orang-orang bersila bersama; dan bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka; dan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian; dan kalau pun ada pertikaian bisalah itu diuraikan; dalam simpul persaudaraan yang sejati; dalam hangat sajadah yang itu juga; terbentang di sebuah masjid yang mana.

Tumpas aku dalam rindu.

Mengembara mencarinya.

Di manakah dia gerangan letaknya?

Pada suatu hari aku mengikuti matahari; ketika di puncak tergelincir dia sempat

lewat seperempat kuadran turun ke barat; dan terdengar merdunya azan di pegunungan; dan aku pun melayangkan pandangan; mencari masjid itu ke kiri dan ke kanan; ketika seorang tak kukenal membawa sebuah gulungan; dia berkata:

"Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan"

dia menunjuk ke tanah ladang itu; dan di atas lahan pertanian dia bentangkan

secarik tikar pandan; kemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran; airnya bening dan dingin mengalir beraturan; tanpa kata dia berwudhu duluan; aku pun di bawah air itu menampungkan tangan; ketika kuusap mukaku, kali ketiga secara perlahan; hangat air terasa, bukan dingin kiranya; demikianlah air pancuran; bercampur dengan air mataku; yang bercucuran.

Jeddah, 30 Januari 1988

Budayawan Taufiq Ismail di Masjid Cikal Harapan, Jonggol, Kab Bogor

 

Sementara itu, Hamdan Zoelva juga mengapresiasi Yayasan Permata Sari (YPS). Menurut dia, yayasan tersebut telah membuktikan diri terus berkhidmat demi kemajuan umat dan bangsa, khususnya melalui jalur pendidikan dan sosial.

Mantan ketua Mahkamah Konstitusi itu meneruskan, para pendiri YPS dapat diibaratkan “iron women” yang lahir dari HMI. Mereka merupakan senior Hamdan di lingkup himpunan kemahasiswaan tersebut.

“Sangat luar biasa. Kakak-kakak saya semua,” kata Presidium KAHMI Hamdan Zoelva di lokasi acara.

“Alhamdulillah, kita syukuri nikmat Allah, selesainya pembangunan masjid Cikal Harapan ini adalah pekerjaan monumental. Ini adalah monumen keyakinan, kepercayaan, dan keikhlasan. Sebab, tanpa keyakinan, kepercayaan yang utuh, atau tanpa 'yakin usaha sampai', maka masjid ini tidak akan jadi," sambung dia.

Presidium Kahmi Hamdan Zoelva, budayawan Taufiq Ismail, dan ketua Wantim MUI Pusat Din Syamsuddin di acara peresmian Masjid Cikal Harapan, Jonggol, Kab Bogor, Jawa Barat

Lebih lanjut, Hamdan juga mengutip hadits Rasulullah SAW. Beliau bersabda, "Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah Ta'ala (mengharapkan wajah-Nya) maka Allah akan membangunkan baginya rumah (istana) di Surga.”

“Atas nama majelis nasional (KAHMI) dan prbadi, saya sampaikan rasa bangga dan terharu, disertai ucapan selamat. Sangat luar biasa hasil karya monumental ini dapat kita wariskan kepada anak-anak dan cucu cucu, generasi penerus Islam," ucap dia.

Di tempat yang sama, Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin mengucapkan syukur ke hadirat Allah atas diresmikannya Masjid Cikal Harapan. Rumah ibadah yang pembangunannya diinisiasi YPS itu, baginya, adalah salah satu bukti; bahwa umat Islam terus bangkit di bidang pendidikan dan dakwah.

"Umat Islam harus bangkit. Solusinya pendidikan, pendidikan, dan juga ekonomi. Maka dari itu, upaya-upaya dari Yayasan Permata Sari ini, seperti mendirikan cikal-cikal harapan. Sungguh luar biasa," tutur Din Syamsuddin.

Para pendiri YPS dalam acara peresmian Masjid Cikal Harapan di Jonggol, Kab Bogor, Jawa Barat, sekaligus merayakan hari jadi yang ke-43 yayasan tersebut.

Ketua umum PP Muhammadiyah (2005-2015) itu juga menyoroti adanya mentalitas umat Islam yang perlu menjadi konsen bersama. Menurut dia, kaum Muslimin di Indonesia merupakan mayoritas dari segi kuantitas, tetapi justru cenderung memiliki mental minoritas. Hal itu disandarkannya pada analisis seorang antropolog Belanda, Wertheim, dalam sebuah ulasannya.

Karena itu, dia berharap, sekolah-sekolah dan amal usaha yang didirikan YPS dapat ikut menggerakkan kebangkitan umat Islam, khususnya dalam membangun mental kolektif yang kuat. Din berdoa, semoga Allah melimpahkan kekuatan dan selalu membimbing para pengurus yayasan tersebut.

"Maka umat Islam sebagai bagian besar bagi tegaknya bangsa dan negara ini harus terus-menerus menyumbangkan peran sertanya. Semoga Yayasan Permata Sari yang kini genap usia 43 tahun terus menerus berkembang. Menjadikan hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dan hari-hari yang akan datang lebih baik daripada hari ini," tutur Din.

Para pendiri YPS, Etty Mar'ie Muhammad dan Ida Ismail Nasution

 
Berita Terpopuler