BPS: Pertumbuhan Ekonomi Lampung Melambat

ROL/Fian F
Badan Pusat Statistik
Rep: Mursalin Yasland Red: Yudha Manggala P Putra

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung menyebutkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung dalam triwulan ketiga tahun 2014 sebesar 5,57 persen dinilai melambat, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 5,7 persen.

"Memang pertumbuhan ekonomi di Lampung melambat, namun secara nasional juga melambat tetapi Lampung masih di atas nasional," kata Kepala BPS Lampung, Adhi Wiriana, di Bandar Lampung, Rabu (5/11).

Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan ketiga tahun ini, ia mengatakan karena faktor pada bulan tersebut terdapat bulan puasa, hari raya dan musim kemarau. "Hari raya dan kemarau menjadi faktor melambatnya pertumbuhan perekonomian," tambahnya.

Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Lampung sampai dengan triwulan ketiga 2014 tumbuh 5,50 persen. Sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar 35,35 persen, kemudian perdagangan/hotel/restoran dan industri pengolahan masing-masing sebesar 16,24 persen dan 15,10 persen.

Terhadap laju peningkatan ekonomi Lampung, menurut Adhi, sektor pertanian adalah yang terbesar, baik perkembangannya terhadap triwulan sebelumnya, terhadap triwulan yang sama tahun lalu, juga perkembangan ekonomi secara kumulatif.

Sedangkan dari segi pengeluaran, ia menyebutkan komponen yang mengalmi pertumbuhan terbesar adalah konsumsi pemerintah yaitu 5,61 persen diikuti konsumsi rumah tangga 3,10 persen, dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 2,86 persen.

Sementara pendapatan daerah regional bruto (PDRB) Sumatera triwulan ketiga 2014 mengalami pertumbuhan 2,32 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Pertumbuhan PDRT tertinggi terjadi Sumatera Selatan (3,17 persen), dan terendah di Aceh (0,55 persen).

Pada periode yang sama tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera 4,50 persen, tertinggi di Kepulauan Riau (6,89 persen) dan terendah di Riau (1,73 persen). Sedangkan Lampung dan Bengkulu pertumbuhannya 1,86 persen.

 
Berita Terpopuler