Anggota DPR: IPO Mitratel Harus Berdampak ke Daerah Terluar

Masyarakat di daerah terluar harus mendapatkan hak yang sama untuk akses komunikasi.

Jumat , 12 Nov 2021, 03:18 WIB
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko (tengah) didampinigi (dari kiri)Direktur Investasi, Hendra Purnama, Direktur Operasi dan Pembangungan Pratignyo Arif Budiman  Direktur Bisnis Noorhayati Candrasuci Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Ian Sigit Kurniawan berfoto pada acara penawaran perdana saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel di Jakarta, Selasa (26/10/2021).

Dengan adanya IPO ini pula, Nevi berharap dapat mengeluarkan Indonesia dari daftar 10 negara dengan kecepatan internet terendah di dunia sehingga dari sisi bisnis menguntungkan perusahaan, dari sisi penerimaan menguntungkan negara, dan dari sisi kekuatan sinyal dapat menguntungkan masyarakat.

IPO tersebut dijadwalkan berlangsung pada 22 November. Mitratel merupakan salah satu pemimpin pasar dalam layanan jasa industri penyedia menara saluran telekomunikasi.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir berharap IPO Mitratel mampu memberikan dampak positif yang berkelanjutan. "Selamat kepada Mitratel atas penawaran saham perdana. IPO Mitratel diharapkan mampu memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi Mitratel, Telkom Group, BUMN, dan negara Republik Indonesia," ujar Erick Thohir seperti dikutip dari akun resmi Instagram Mitratel di Jakarta, Selasa (26/10).

Menurut Erick, IPO tersebut juga untuk membangun market leadership di industri tower provider yang merupakan infrastruktur telekomunikasi nasional oleh perusahaan BUMN, dan anak usaha demi memperkuat ketahanan digital nasional.

 

Mitratel membidik dana segar hingga Rp 24,9 triliun dari aksi IPO perseroan. Mitratel melepas 24,54 miliar saham atau 29,85 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO dengan nilai nominal Rp 22 per saham. Perseroan menetapkan harga penawaran awal Rp 775 per saham hingga Rp 975 per saham sehingga dana yang diperoleh akan mencapai Rp 19,02 triliun hingga Rp 24,9 triliun.

Sumber : Antara