Ahad 29 Aug 2021 16:48 WIB

Membubuhkan Nama Lain Keharuman dan Keindahan Kematian 

Cerpen-cerpen Nisan-Nisan Berbunga dikemas apik bahasakan kematian

Cerpen-cerpen Nisan-Nisan Berbunga dikemas apik bahasakan kematian
Foto:

Sementara itu, “Ke Langit bersama Azan Maghrib” menceritakan saat-saat terakhir Wak Kadir, si penarik beca menghirup udara dunia. Begitulah takdir, istrinya yang sakit parah di rumah tapi malah dia yang dipanggil Tuhannya pada saat azan maghrib berkumandang.

Dalam cerpen ini, pengarang seperti mengecoh pembaca. Dalam bayangan pembaca, yang akan meninggal dunia adalah istri Wak Kadir yaitu Mak Leha karena menderita batuk kronis hingga berdahak darah. Demikianlah pengarang, ia tetap memosisikan diri tidak sama dengan keinginan, harapan dan pikiran para penikmat atau pembaca.

Demikian juga pada cerpen “Imam Sira”. Kematian menutup cerita ini. Imam Sira yang seperti kecanduan menjadi imam shalat di masjid akhirnya meninggal ketika sujud di masjid yang terbakar. Masjid kala itu hanya diisinya sendiri karena jamaah sudah meninggalkannya akibat ulah Imam Sira yang tidak disukai Jamaah.

Namun pembaca dibuat bertanya seperti juga pertanyaan dalam cerpen tersebut. ... kira-kira setengah jam kemudian, setelah bangunan masjid tinggal puing dan abu yang berserakan, orang-orang tercengang melihat Pak Sira ditemukan tak bernyawa sedang sujud. Tak secabik pun kain perca melekat di tubuhnya. Seluruh anggota tubuhnya utuh. Hanya badan yang terlihat hitam legam. Melihat Pak Sira mati dalam keadaan bersujud dan kulitnya sekubil kuku pun tidak terbakar, orang-orang kota kami bertanya-tanya dalam hati, apakah Pak Sira mati indah agaknya?(Hal. 47)    

Akan tetapi yang terang dan benderang, bahwa semua cerita GHP terasa sekali nuansa religiusitasnya. Ada yang terasa kental, ada pula yang mengalir pelan, tenang, dan diam-diam.

Tema kematian yang banyak diangkat dalam NNB ini tidak saja persoalan kematian itu akan tetapi sesuatu yang terjadi sebelum dan sesudah kematian, baik bagi si mayat maupun keluarga yang ditinggalkannya. Dan kisah yang dijalin tetap menyiratkan keindahan dan keharuman,karena pada kematian segala pintu terbuka. Apakah mati indah datang tiba-tiba atau ia perlu dipersiapkan segera? Apakah mati meninggalkan semerbak wangi atau tidak? Dan ketika menyelami kisah-kisah ini, secara lembut dan perlahan, keindahan itu merayap ke sanubari. Indah, wangi, damai, sendu, haru, biru dan terkadang pilu.

Yang paling jelas dan amat penting,bahwa benar nianapa yang diutarakan Dr Shamsudin Othman, sastrawan dan dosen di Universiti Putra Malaysia ini dalam kata pengantar buku ini, bahwa secara metafora, penglibatan dan kesungguhan GHP ini menggambarkan tentang hakikat manusia sebagai kepunyaan Allah SWT, dan dengan itu harus mengabdikan dirinya melakukan suruhan-Nya serta mendapat balasan dari-Nya. Sehubungan dengan itu, cerpen-cerpen GHP mutakhir ini sedang menuju kearah ketentuan ini. (Hal xv)

 

Judul           : Nisan-Nisan Berbunga

Penulis        : Griven H Putera

Penerbit      : Gambang Buku Media, Yogyakarta

Cetakan      :  Pertama, Juni, 2021

Halaman     : xiii + 183 

 

ISBN           : 978-623-7761-12-9

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement