Kamis 29 Apr 2021 17:06 WIB

Ramadan Bulan Mengentaskan Kemiskinan

Puasa adalah bagaimana belajar menjadi orang miskin dan belajar kelaparan.

Ramadhan
Foto:

Ramadan Bulan Mengentaskan Kemiskinan

Ramadan yang selalu semarak sejalan dengan meningkatnya gaya hidup konsumtif masyarakat perlu ditinjau ulang. Kemiskinan dan kesenjangan yang kian nampak menjadi alasan mengapa semarak tersebut perlu dipelajari kembali. 

Dalam makna Ramadan yang lebih luas, seharusnya ibadah puasa menjadikan masyarakat mengurangi konsumsi mereka sehari-hari. Saat bulan biasa, mereka bisa makan 3 kali dan menghabiskan jajan beberapa kali. Namun saat puasa, karena harus menahan makanan dari pagi hingga magrib, konsumsi-konsumsi tersebut perlu dikurangi. 

Namun logika yang saya kemukakan tersebut bisa saja ditertawakan, sebab selama ini yang terjadi adalah terbalik. Saat berpuasa jutru tingkat konsumsi terhadap porsi makanan semakin meningkat. Belum tambahan vitamin dan penyegar lainnya.

Menurut Ali Syariati dalam bukunya yang berjudul Islam dan Sosialisme, Puasa adalah bagaimana belajar menjadi orang miskin dan belajar kelaparan. Belajar setara dan merasakan saat tidak punya.

Puasa tahun 2021 di tengah pandemi Covid-19 ini bisa menjadi momen untuk memberikan lebih banyak lagi santunan kepada orang miskin. Dimana saat ini masyarakat harus berjaga jarak, sepertinya dana-dana persiapan untuk buka bersama dengan kawan lama dan membeli banyak pakaian untuk lebaran, perlu dipilirkan ulang untuk dikeluarkan. Dana tersebut bisa dialihkan dan diberikan kepada mereka yang membutuhkan. 

Ramadan ini, Saat masyarakat berhasil meramaikan masjid, saat gaya hidup konsumtif meningkat, mungkinkah masyarakat juga bisa meningkatkan dan membagi-bagikan rezeki kepada orang yang kelaparan?

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement