Rabu 10 Mar 2021 02:01 WIB

Merenungi Isyarat Kauniyah

Tujuan utama surah al-Jatsiyah adalah tantangan terhadap mereka yang meragukan Quran.

Ilustrasi Alquran
Foto:

Berbicara mengenai ayat kauniyah, apa sebenarnya makna kedua kata ini? Dalam Al-Mu`jam Al-Wasith kata ayat terkadang bermakna alamat yang berarti tanda, kadang bermakna ibrah yang berarti pelajaran, dan kadang bermakna mu`jizat yang berarti mukjizat. Sedangkan kata kaun sendiri dalam kitab tersebut musytaq dari kata kậna-yakủnu bisa bermakna al-wujud al-mutlaq al-`am (yang berarti sesuatu yang nampak dan ada. Sehingga jadilah istilah ayat kauniyah yang apabila diartikan secara harfiyah berdasarkan makna masing-masing kata tersebut menjadi tanda-tanda yang berbicara tentang segala hal yang nampak dan bisa dirasakan oleh panca indera.

Ayat-ayat kauniyah ini pun cukup banyak disebutkan dalam al-Qur’an, misalnya air disebutkan sebanyak 44 kali, buah-buahan 69 kali, angin 26 kali, binatang 20 kali, alam langit dan bumi delapan kali, hujan 15 kali, waktu 16 kali, bilangan dan angka-angka 10 kali,  api 13 kali, dan awan 10 kali.

Penyebutan ayat-ayat kauniyah ini mengisyaratkan setidaknya tiga hal. Pertama, agar manusia mengetahui (level kognitif)  adanya  penciptaan benda-benda langit dan apapun yang terhampa di bumi tidak tiba-tiba terjadi dengan sendirinya. Ada Zat Yang Maha Kuasa yang menciptakan, mengaturnya dengan sempurna.

Kedua, tidak cukup hanya sekedar tahu saja (berhenti di level kognitif), maka penciptaan alam raya bahkan hakikat diri manusia itu sendiri yang berada di bawah kendali dan kuasa Tuhan, hendaknya membuahkan ‘iman’. Rasa percaya adanya Tuhan dan kemahakuasaan-Nya atas apa yang ia lihat di langit dan di bumi.

Ketiga, setelah tahu dan meyakini, level tertinggi ialah apa yang Allah sebutkan di penghujung surah ali-Imran/3: 190-191, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement