Para tetangga juga memberi perhatian pada MSW dan yang positif covid lainnya di lingkungan kami dengan memasok makanan secara bergiliran untuk keluarga yang tinggal di rumah. "Bu terima kasih lauk-lauk untuk suami dan anak-anakku. Bu terima kasih kiriman makanan untuk anak-anak dan bojoku".
Ucapan ini sering dilontarkan MSW dan lainnya di grup WA. Ini berarti, yang di rumah juga mengabari adanya kiriman makanan untuk anggota keluarga mereka.
Kondisi MSW rupanya belum juga membaik dan dia semakin pasrah. Ia merasa perlu mempersiapkan diri menyongsong hari sakaratul maut.
"Benar, saya harus memperbanyak bacaan yang baik-baik (Alquran) sebelum menghadap Allah. Saya tak mau hanya meraung-raung semata saat hendak menyambut kematian ini. Saya tak ingin mati dengan kondisi seperti itu," tutur MSW dalam hati.
Semua obat dan asupan makanan dia konsumsi sesuai petunjuk tim medis rumah sakit. Dia tak ingin kondisinya makin memburuk hanya lantaran tidak disiplin mengonsumsi obat dan makanan.
Di hari lain, ada lagi pasien covid yang berusia sekitar 70 tahun dan baru masuk. Pasien lain memanggilnya nenek. Sang nenek itu juga menderita gula darah tinggi. Angkanya di sekitar 500. Nyaris setiap malam nenek itu mengalami halusinasi dengan berteriak-teriak.
MSW dan pasien lain pun merasa terganggu jam tidurnya tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Di hari-hari sebelumnya, suasanya nyaris seperti di pemakaman lantaran mencekam dan hening. Setelah kehadiran nenek, suasana malam menjadi sangat berisik tetapi tetap mencekam karena teriakan-teriakan nenek yang meraung-raung tanpa henti.