Jumat 08 Jan 2021 15:44 WIB
Cerita di Balik Berita

Bertaruh Nyawa di Kota Gaza: Dibayangi Rudal-Rudal Israel

Di Gaza bukan perang, tapi pembantaian karena rudal Israel meluncur tak kenal waktu.

Jurnalis Republika Subroto di Gaza, Palestina.
Foto: Dokumen Pribadi
Jurnalis Republika Subroto di Gaza, Palestina.

Sepanjang perjalanan pemandangan didominasi oleh gurun yang gersang. Pos pemeriksaan dijaga oleh tentara bersenjata lengkap.

Ada juga pos yang dilengkapi dengan kendaraan tank. Tiap sampai di check point, kami semua diam. Larut dalam doa dan zikir agar lancar sampai ke Gaza. Hanya pimpinan rombongan yang turun ke pos penjagaan, menunjukkan dokumen-dokumen.

Kadang tentara yang berjaga masuk ke dalam bus, memanggil nama kami satu per satu, dan mencocokkan foto di paspor dengan orangnya. Tentara-tentara itu tak ada yang ramah wajahnya. Sambil tetap menenteng senjata mereka memeriksa kami satu per satu.

Aku menahan tawa ketika seorang tentara yang memeriksa, kesulitan menyebut namaku. Orang Arab baca nama Jawa, jelas saja belibetan bibirnya.

photo
Seorang pria Palestina yang membawa barang belanjaan untuk keluarganya tampak menyeberang penghalang beton yang digunakan untuk mengisolasi jalan yang menuju antara Gaza dan Jalur Gaza utara. - (EPA)

Kami sampai di Raffah menjelang sore dengan selamat. Satu-satu antre melewati proses pengurusan paspor. Harus menunggu lama lagi di sini.

Aneh, sebenarnya apa sih susahnya cuma stempel paspor saja? Tetapi memasuki Gaza senjata utama adalah sabar.

Kendati lama, proses memasuki Gaza di perbatasan Raffah beres. Kami pun memasuki wilayah Gaza.

Rombongan disambut oleh otoritas Gaza. Rasanya lega, bisa menuntaskan perjalanan panjang, seperti baru keluar dari terowongan yang pengap saja.

Perjalanan dilanjutkan dengan mobil kecil. Mobil berjalan beriring-iringan. Di dalam mobil kami dikawal oleh sejumlah pria berbadan besar. Aku kaget melihat tumpukan senjata di bagasi belakang mobil. Waduh, bagaimana kalau pihak Israel tahu? Bisa-bisa mobilnya dibom dari udara.

Rasa tenang hanya sebentar saja. Aku kembali was-was.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement