Jumat 08 Jan 2021 15:44 WIB
Cerita di Balik Berita

Bertaruh Nyawa di Kota Gaza: Dibayangi Rudal-Rudal Israel

Di Gaza bukan perang, tapi pembantaian karena rudal Israel meluncur tak kenal waktu.

Jurnalis Republika Subroto di Gaza, Palestina.
Foto:

Gaza, wilayah seluas 365 kilometer persegi itu ibarat medan perang. Setiap saat Israel bisa saja menyerang. Rudal-rudal Israel bisa saja menyasar ke arahku.

Kami berangkat dalam rombongan besar. Ada 30 relawan pekerja yang akan melanjutkan pembangunan RS Indonesia tahap dua di Gaza. Selain itu ada sejumlah pengurus MER-C dan enam orang wartawan.

Kami sampai di Bandara Internasional Kairo, Mesir, dini hari. Perjalanan dilanjutkan ke Raffah, perbatasan Mesir dan Gaza. Jaraknya sekitar 500 km dari Kairo.

Raffah adalah pintu masuk dari barat daya Gaza. Ada pintu lain di sebelah utara melalui Erez. Masuk Erez harus melalui wilayah Palestina yang sudah dikuasai Israel. Jadi izin masuk dikeluarkan oleh Israel.

photo
Petugas keamanan Hamas berjaga-jaga di pintu gerbang perbatasan ke perlintasan Rafah sisi Mesir, di Rafah, Jalur Gaza, Selasa (11/8/2020). - (AP / Adel Hana)

Perbatasan Raffah tak selalu dibuka oleh pemerintah Mesir. Kapan dibukanya? Orang menyebutnya, hanya Tuhan dan pihak Mesir yang tahu.

Aku mendengar sejumlah relawan Indonesia bahkan pernah sampai berbulan-bulan menunggu di Kota El Arish, sekitar 40 km dari Raffah, untuk mendapat izin bisa menyeberang ke Gaza.

Saat Muhammad Mursi menjadi presiden Mesir (2012-2013), pembukaan perlintasan Raffah lebih longgar. Karena itu MER-C bisa membawa rombongan besar ke Gaza.

Tentu saja itu tak berarti perjalanan menembus Gaza menjadi mudah. Untuk mencapai Raffah kami harus melewati banyak pos sepanjang Kairo dan Raffah. Perjalanan melewati Gurun Sinai yang rawan dengan konflik bersenjata. Kami melintasi dua benua, Afrika dan Asia.

Kendati rombongan kami sudah mengantongi surat izin dari Pemerintah Mesir, tapi itu tak menjamin juga bisa sukses menyeberang sampai Gaza. Sejak di Kairo kami sudah diingatkan untuk tetap tenang jika ada pemeriksaan di tiap pos sepanjang perjalanan sampai Raffah.

Kami tak boleh mengambil gambar, apalagi video. Tak boleh banyak bicara. Salah-salah nanti diusir kembali ke Kairo.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement