Senin 12 Oct 2020 03:00 WIB

Warga Eropa Unjuk Rasa Protes Peraturan Pembatasan Sosial

Pembatasan sosial di Eropa dinilai terlalu ketat

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Dua ekor burung merpati terbang melintasi sungai di Bruges selama masa lockdown guna mencegah penyebaran coronavirus atau COVID-19, Rabu (13/5). Pembatasan selama masa lockdown akibat pandemi COVID-19 membuat sektor pariwisata mengalami penurunan pengunjung di beberapa Negara di Eropa menjelang musim panas atau musim berlibur.
Foto: AP / Virginia Mayo
Dua ekor burung merpati terbang melintasi sungai di Bruges selama masa lockdown guna mencegah penyebaran coronavirus atau COVID-19, Rabu (13/5). Pembatasan selama masa lockdown akibat pandemi COVID-19 membuat sektor pariwisata mengalami penurunan pengunjung di beberapa Negara di Eropa menjelang musim panas atau musim berlibur.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Warga Roma, Italia dan Bucharest, Romania menggelar unjuk rasa memprotes peraturan pembatasan sosial yang diterapkan untuk memutus rantai penularan virus corona.

Di Roma terjadi dua unjuk rasa menentang peraturan pembatasan sosial yang dianggap terlalu ketat. Sementara, Kementerian Kesehatan Italia melaporkan dalam 24 jam terakhir jumlah kasus infeksi di Negeri Menara Piza itu bertambah 5.724 kasus.

Baca Juga

Sebagian besar orang yang terinfeksi tidak memiliki gejala dan membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Hingga kini Italia mengkonfirmasi 349.494 kasus infeksi virus corona.

Dalam salah satu unjuk rasa yang digelar Sabtu (11/10) kemarin para demonstran memprotes kebijakan yang mewajibkan semua warga Italai memakai masker di luar ruangan atau didenda sebesar 1.000 euro. Sebagian besar kasus baru terjadi Lombardy yang mencatat 1.140 kasus baru, lalu disusul Campania yang mencakup Naples dan Veneto.

Di depan Katedral Duomo para pekerja industri hiburan memprotes kebijakan ekonomi pemerintah dalam mengatasi pandemi virus corona. Warga Romania juga menggelar protes di ibu kota Bucharest walaupun jumlah kasus baru di negara itu meningkat.  

Semua pengunjuk rasa tidak memakai masker yang diwajibkan pemerintah Romania. Sempat terjadi bentrokan setelah polisi mencegah para demonstran membangun panggung di depan University Square.

Pengunjuk rasa akhir pekan ini digelar tepat ketika Romania mencatat angka kasus infeksi dan kematian tertinggi sejak pandemi menghantam negara itu pada bulan Februari lalu. Sebagian besar peserta demonstrasi adalah penganut Kristen Ortodoks dan anggota kelompok nasionalis sayap kanan.

Dalam unjuk rasa yang relatif kecil ini para demonstran mengucapkan kata-kata hinaan anti-muslim terhadap kepala badan darurat Romania yang keturunan Palestina. Mereka menyorakkan 'bebas tanpa masker' dan 'kebebasan'.  

Sekitar 85 persen populasi Romania mengaku menganut Kristen Ortodoks. Negara dengan populasi 19 juta jiwa itu telah mengkonfirmasi 154.400 kasus infeksi dan 5.230 kasus kematian virus corona. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement