Ahad 11 Oct 2020 19:53 WIB

Pasien Keracunan Massal Sudah Diperbolehkan Pulang

Pelayanan tetap dilakukan dengan maksimal meski dilakukan di ruang kelas sekolah.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Sejumlah pasien korban keracunan massal di Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, mulai diperbolehkan pulang, Ahad (11/10)
Foto: istimewa
Sejumlah pasien korban keracunan massal di Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, mulai diperbolehkan pulang, Ahad (11/10)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sejumlah pasien korban keracunan massal di Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, mulai diperbolehkan pulang setelah menjalani perawatan di sejumlah puskesmas dan rumah sakit. Begitu pula pasien yang dirawat di SDN Puspasari, yang lokasinya di samping Puskesmas Mangkubumi, juga mulai diperbolehkan pulang. 

Ade (50 tahun) dan anaknya yang berusia 12 tahun, adalah pasien yang diperbolehkan pulang, setelah beberapa hari menjalani perawatan di SDN Puspasari, pada Ahad (11/10) sore. Mereka berdua telah dinyatakan cukup baik untuk melakukan rawat jalan. "Dari Jumat dirawat di sini, tapu sudah mendingan. Sudah gak ada keluhan sama sekali," kata dia, Ahad (11/10).

Ia mengaku mengalami gejala mual, muntah, pusing, dan diare, sejak Rabu (7/10) malam. Gejala itu dialami setelah mengonsumsi makanan yang dibagikan warga saat merayakan ulang tahun anaknya.

Pada Kamis (8/10), ia dan anaknya mulai diperiksa oleh tenaga kesehatan (nakes) yang mendatangi lingkungan warga. Namun, gejalanya tak juga membaik, hingga akhirnya pasa Jumat (9/10) ia dijemput untuk menjalani perawatan di SDN Puspasari. Meski dirawat di ruang kelas, Ade mengaku pelayanan yang diberikan oleh nakes yang bertugas sangat maksimal. "Mangkanya kita bisa sembuh dan sudah pulang hari ini," kata dia. 

Senada dengan Ade, salah seorang warga yang ikut menunggu anak dan istrinya yang menjalani perawatan, Dudung (42) mengatakan, pelayanan tetap dilakukan dengan maksimal meski dilakukan di ruang kelas sekolah. Menurit dia, kondisi anak dan istrinya yang ikut keracunan juga terus membaik.  "Kondisi sudah reda, tinggal BAB saja," kata lelaki yang menemani anak dan istrinya dirawat sejak Jumat itu.

Dudung mengaku tak masalah dengan kondisi ruang perawatan yang ada di ruang kelas. Sebab, menurut dia, yang terpenting adalah penanganan pertama. Lantaran ruangan rawat inap di puskesmas terbatas, mau tak mau perawatan dilakukan di ruang kelas sekolah. "Tapi pelayanan sudah bagus, hanya ruangan saja seadanya. Keluarga saya katanya sudah boleh pulang besok. Tapi mudah-mudahan nanti malam sudah boleh pulang," kata dia.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Mangkubumi, Arif Prianto memastikan pelayanan yang diberikan kepada para pasien keracunan massal tetap maksimal, meski dilakukan di ruang kelas. Sebab, yang penting dalam menangani korban keracunan adalah penanganan pertamanya. "Karena dalam kondisi ini, tak ada faskes yang siap. Untung di sini ada sekolah di dekat puskesmas, jadi kita gunakan," kata dia.

Meski di ruang kelas, nakes yang diturunkan untuk menangani pasien mencapai 100 orang per hari. Tak hanya dari Puskesmas Mangkubumi, nakes dari puskesmas lain juga ikut diperbantukan untuk menangani pasien. 

Selain itu, menu makan untuk para pasien dipastikan sesuai dengan standar gizi. Dalam menyediakan makanan, pihak puskesmas juga meminta Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk memasaknya. "Jadi semua bantu. Ada BPBD, Tagana, dan lain-lain. Jadi penanganan maksimal," kata dia.

Arif mengatakan, dalam penanganan kasus keracunan massal, yang utama adalah tidak sampai ada korban jiwa. Menurut dia, hingga saat ini belum ada korban meninggal dari kasus keracunan massal itu.  "Kalau tak sampai ada korban jiwa, pelayanan kita bagus," kata dia.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya hingga Ahad (11/10), total keseluruhan korban keracunan massal mencapai 213 orang. Sebanyak 168 orang telah dinyatakan sembuh, dan 45 orang masih menjalani perawatan. Pasien yang masih dirawat tersebar di beberapa titik, di antaranya di RSUD dr Soekardjo, RS TMC, Puskesmas Mangkubumi, dan klinik swasta. Sementara pasien yang masih dirawat di SDN Puspasari masih sekira belasan orang.

Arif mengatakan, pasien yang dirawat di rumah sakit hanyalah yang memiliki resistensi penyakit penyerta (komorbid). "Rata-rata yang dirujuk itu lansia, balita, dan ibu hamil," kata dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement