Kamis 27 Aug 2020 06:47 WIB

China Sumbang Rp 14,6 Miliar untuk Badan Pengungsi Palestina

Bantuan dari China akan digunakan untuk menyediakan bahan pangan di jalur Gaza

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
UNRWA
Foto: www.prc.org.uk
UNRWA

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Pemerintah China menyumbangkan dana sebesar satu juta dolar AS atau setara Rp 14,6 miliar (dengan kurs Rp 14.679 per dolar AS) kepada Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Bantuan itu akan digunakan untuk menyediakan bahan pangan di Jalur Gaza.

"China akan terus mendukung dengan tegas mendukung perjuangan Palestina, mendukung pekerjaan UNRWA. China menyerukan komunitas internasional untuk memberikan lebih banyak dukungan dan bantuan kepada pengungsi Palestina melalui UNRWA," kata Duta Besar Cina untuk Palestina Guo Wei dilaporkan laman kantor berita Palestina WAFA pada Rabu (26/8).

Baca Juga

UNRWA pun mengapresiasi bantuan yang diberikan China. "Pemerintah China adalah pendukung kuat UNRWA. Kontribusinya pada 2018 dan 2019, khususnya 2,35 juta dolar AS pada 2018 dan satu juta dolar AS pada 2019 juga dialokasikan untuk memitigasi dampak kerawanan pangan di kalangan keluarga pengungsi Palestina di Gaza, yang sebagian besar kini menghadapi pandemi global Covid- 19," kata UNRWA dalam sebuah pernyataan.

Apresiasi turut disampaikan Kepala Hubungan Donor UNRWA Marc Lassouaoui. Menurutnya serangkaian bantuan atau sumbangan yang telah diberikan China menunjukkan komitmennya terhadap UNRWA dan pengungsi Palestina.

"Pemerintah China secara konsisten memberikan dukungan kepada UNRWA. Tahun ini, Ciina juga mengirimkan sejumlah besar peralatan pelindung pribadi ke lima bidang operasi UNRWA di Gaza, Tepi Barat, Yordania, Lebanon, dan Suriah untuk membantu UNRWA membantu dan melindungi pengungsi Palestina dalam menghadapi tantangan berkelanjutan terkait dengan pandemi," katanya.

UNRWA diketahui tengah mengalami krisis keuangan cukup parah. Pada awal Juli lalu Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengungkapkan saat ini badan yang dipimpinnya mengalami kesenjangan pendanaan sebesar 335 juta dolar AS. “Kami berada dalam kegelapan dan saya tidak tahu apakah kami akan dapat melanjutkan operasi UNRWA sampai akhir tahun ini,” ujarnya.

Lazzarini mengatakan, selama lima tahun terakhir, kecuali pada 2018, UNRWA belum memiliki sumber daya yang memadai untuk memenuhi kebutuhan pengungsi Palestina. Padahal UNRWA telah melakukan efisiensi dan penghematan anggaran. Sejak 2015, UNRWA berhasil menghemat dana sebesar setengah miliar dolar AS atau rata-rata 100 juta dolar per tahun.

Meskipun melakukan penghematan dan efisiensi, UNRWA tetap mempertahankan layanan atau program inti untuk pengungsi Palestina. Hal itu pada akhirnya menimbulkan dampak tersendiri. Menurut Lazzarini, tak mungkin lagi menjalankan organisasi seperti UNRWA yang memiliki hampir 30 ribu staf ketika arus kasnya sangat rendah dan sumber kontribusi tidak jelas. “Tahun demi tahun, bulan demi bulan, UNRWA berada di tepi kehancuran finansial. Ini tak dapat dilanjutkan,” ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement