Jumat 17 Jul 2020 20:30 WIB

SMA Bosowa Bina Insani Kembangkan SMART Digital

Harapan besarnya pembelajaran tetap efektif dan memudahkan.

Tampilan SMABBI Digital.
Foto: Dok SBBI
Tampilan SMABBI Digital.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- SMA Bosowa Bina Insani, Bogor  tahun ini merintis SMART Digital sebagai salah satu pemanfaatan IT dalam pembelajaran. Site guru matapelajaran terkonsentrasi dalam satu wadah digital yaitu SMABBI Digital.  

“Dalam site tersebut terkumpul site masing-masing guru mata pelajaran yang mulai saat ini dilengkapi guru yang mengampu.  Harapannya materi pembelajaran, PPT, Video dan soal tertampil lengkap di laman tersebut,” kata  Dedi Supriyadi, kepala SMA  Bosowa Bina Insani, dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (17/7).

Dedi mengemukakan, sebagai kepala sekolah ia  mengapresiasi guru yang terus mencoba melengkapi site tersebut. Website yang semula terpencar-pencar. 

“Kini siswa bisa berselancar di satu laman yang akan mengarah ke site masing-masing mata pelajaran (mapel).  Tentu harapan besarnya pembelajaran tetap efektif dan memudahkan. Modifikasi cara tatap mukapun kita lakukan.  Kita optimalkan akun Zoom yang kapasitasnya tentu kita terus tingkatkan,”ujar Dedi.

Wakasek Kurikulum SMA Bosowa Bina Insani, Cucup Shohibul Maqomat mengatakan, masih ada sejumlah  kendala penerapan SMART Digital.  Misalnya,  acara tidak berjalan lancar karena terkendala koneksi, kuota atau bahkan jeda yang lumayan  mengganggu apabila terus diperhatikan layar per layar.  

“Namun itulah yang memang harus dihadapi meski sering fokus terganggu karena kendala-kendala itu. Belum lagi bila kita iseng memperhatikan tingkah orang lain yang tertampil di layar zoom.  Entah sedang menyuap makanan, selfi tak berkesudahan atau membenarkan posisi kerudung yang dirasa kurang pas kan terlihat terus-terusan,” ujarnya.

Tetapi, Cucup Shohibul Muqomat menambahkan,  itu belum seberapa.  “Selain memelihara mood untuk selalu join di jadwal Zoom, perjuangan kita adalah menyimak apa yang dibicarakan.  Apalagi jelas pembelajaran online di depan mata dan wajib dilaksanakan karena minimal 3-6 bulan sepertinya kita akan pembelajaran daring atau luring. Dalam jaringan atau online dan luar jaringan berupa penugasan di luar jadwal,”paparnya.

Ia menambahkan,  apalagi sekarang ada istilah sinkronus dan asinkronus.  Guru yang tahun ini ikut PPG pasti lebih mengerti apa perbedaannya.  “Tetapi bila disimpulkan secara singkat, belajar tidak hanya tatap muka (sinkronus) saja tetapi  dibantu media pembelajaran lain yang bersifat belajar mandiri melalui video ataupun lembar kerja yang ada sebagai instrumen pembelajaran,” tutur Cucup Shohibul Maqomat.

Dedi berharap, SMA Bosowa Bina Insani bisa menjadi percontohan, khususnya di kota bogor. Juga sekaligus bisa meyakinkan ortu bahwa pembelajaran akan tetap berjalan secara optimal dan selama BDR—Belajar Dari Rumah –sekolah tetap memberikan pelayanan maksimal.

Menurutnya, tentu saja hal ini akan sangat bermanfaat.  Sebagai langkah maju dan sesuai zaman.  Didukung koordinasi dan komunikasi yang tetap baik. Saling melengkapi dengan memiliki semangat memberikan solusi agar iklim pembelajaran di masa pandemi ini semakin baik. Karena hal tersebut adalah hal rentan terganggu karena posisinya kita berjauhan.

Hal terpenting lainnya adalah update informasi. “Diharapkan semua guru menyempurnakan media Google site tersebut dengan memuat materi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya,” tutup Dedi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement