Senin 13 Jul 2020 16:09 WIB

Ini Bukan Impian Zahra

Memang manusia berencana, namun Tuhan mengetahui yang terbaik untuk umat-Nya.

Ini bukan impian Zahra (foto: ilustrasi Zahra Muzdalifah)
Foto:

Tiga pekan kemudian, semua pun sudah siap. Ia sudah membuat beberapa design yang bisa menjadi template kartu ucapan yang akan segera ia distribusikan.

Ia juga sudah mencari distributor yang akan mengirimkan kertas dan pita dengan bahan sesuai dengan apa yang Zahra inginkan. Karena distributor melarang pemesanan satuan, Zahra pun membeli satu grosir kertas dengan tinta secukupnya sebagai contoh dari produk yang akan ia jual kepada khalayak.

Dengan kemampuan Zahra, ia pun memotret produk buatannya sendiri dengan bantuan kedua orang tuanya dan menjual kartu ucapan dengan design buatannya di akun Instagram "Greatings" yang ia buat sendiri.

Namun, siapa sangka pesanan kartu ucapan langsung meledak hanya dalam satu pekan. Alasannya seorang selebgram bernama Rachel Vennya melihat bisnis "Greatings" dan memesan seratus kartu "Greatings".

Zahra pun membuat perjanjian dengan Rachel Vennya untuk membayar hanya dengan setengah harga, namun Rachel diharuskan untuk mempromosikan bisnis "Greatings" tersebut. Sebenarnya, Rachel Vennya memiliki fee tersendiri untuk melakukan endorsement, tetapi karena memerlukan kartu ucapan dan menyukai design yang dijual Zahra, Rachel pun menerima tawaran ini tanpa mikir panjang.

Kini, pesanan Zahra pun melonjak drastis. Ia terkadang membutuhkan bantuan Aska, saudara jauhnya untuk menjadi admin agar Zahra bisa fokus membuat design.

Kalau kata orang, justru masalah akan dimulai setelah bisnismu mulai dikenal. Inilah yang Zahra rasakan. Setelah ia dikenal oleh banyak orang dan order melonjak, ia pun mendapatkan client dengan bermacam-macam kepribadian. Ada yang santai, ada juga yang memperhatikan detail kecil dari kartu ucapan yang Zahra buat.

Tantangan terbesar Zahra muncul dari Ryan, laki-laki berumur 35 tahun yang ingin mengirimkan kartu ucapan untuk anaknya yang tinggal di rumah mantan istrinya. Ryan terlihat tidak puas dengan kartu yang dibuat, karena bahannya dianggap ringkih dan tidak waterproof. Padahal, bahan yang ditawarkan sudah sesuai dengan kriteria yang di deskripsikan oleh Zahra.

Ryan pun menuntut refund karena hasil kerja Zahra dianggap tidak sesuai dengan ekspektasi. Karena baru pertama kali membuat bisnis, maka ia sendiri tidak tahu bagaimana cara untuk merespons client seperti ini.

“Tenang, Zah. Ada gue. At least lo hanya butuh me-refund setengah harga.”

Aska pun menanggapi chat dari Ryan secara intens dan terus menerus. Dari mulai melakukan pengecekan ulang, menyamakan deskripsi dengan bahan yang dikirmkan dan memberikan pengetahuan tentang bahan-bahan yang seharusnya waterproof dan yang tidak. Akhirnya, Zahra pun harus mengembalikan 30 persen karena Ryan menemukan kecacatan di kartu ucapan Zahra. Sebenarnya tidak masalah, namun Zahra langsung merasa bahwa "Greatings" gagal menjadi bisnis yang ia harapkan.

Zahra pun mendapatkan motivasi dari Aska. Aska berkata bisnis merupakan hal yang menantang dan ini salah satu tantangannya. Ia percaya semakin besar dan sukses sebuah bisnis, maka semakin banyak pula tantangannya.

Aska membujuk Zahra untuk tetap bersemangat dan ini hanya perlu dijadikan pembelajaran. Pelan-pelan, Zahra pun kembali bangkit dan meningkatkan kualitas "Greatings".

Membuat bisnis bukan merupakan hal yang Zahra inginkan sejak dahulu, namun sekarang bisnis ini sudah menjadi rumah kedua untuk Zahra. Mungkin, ini yang bisa dijadikan pembelajaran untuk mengetahui bahwa memang manusia berencana, namun Tuhan mengetahui yang terbaik untuk umat-Nya.

Sekarang, Zahra bisa membuat uang dari hal yang ia sukai. Ini merupakan pekerjaan yang Zahra enjoy lebih dari apa pun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement