Selasa 23 Jun 2020 04:21 WIB

Kampung Tubuh Manusia

Informasi tentang virus corona membuat masyarakat Kampung Tubuh panik.

Virus corona membuat masyarakat Kampung Tubuh panik. Foto: Ilustrasi
Foto:

Setelah mendapatkan informasi tersebut, masyarakat di Kampung Tubuh Manusia semakin ketakutan. Perkampungan mereka pun semakin ricuh.

Mata, Otak dan Telinga terus menjelaskan setiap pertanyaan dari teman-teman mereka, termasuk menjelaskan bahwa virus tersebut tergantung pada sistem imun atau kekebalan tubuh manusia. “Berarti kalau sistem imun manusia kuat, virus itu mati ya?” tanya Leukosit dan Limfosit serempak.

“Aku gak tau virus itu langsung mati atau gak, tapi informasinya kalau sistem imun manusia kuat dan ketika diserang virus itu, dia gak akan sakit tapi bisa menularkan ke manusia lain,” jelas Otak.

“Aduh, kok seram banget sih. Takut aku,” balas Leukosit.

“Iya nih,” sahut Limfosit dan Granulosit.

“Aku gak mau terinfeksi dan aku gak mau manusia sakit. Bagaimana ini teman-teman??” tambah Granulosit dengan suara lirih.

“Berarti, ini tanggung jawab Tangan, Leukosit, Limfosit dan Granulosit jika kita terinfeksi,” ujar Paru-paru.

“Lah...kok kami??” tanya Leukosit dan Limfosit serempak.

Kok, aku lagi sih yang disalahkan?” tanya Tangan heran.

“Iya nih si Paru-paru. Jangan asal menyalahkan aja dong,” sahut Granulosit.

“Aku gak menyalahkan kalian, tapi faktanya seperti itu. Katanya kan manusia gak boleh saling bersentuhan. Nah, kontak fisik itu kan paling cepat terjadi melalui Tangan dan manusia harus selalu cuci Tangan. Terus...kalau sistem imun manusia gak kuat, kita semua akan terinfeksi. Ya berarti...benar dong kalian yang harus bertanggung jawab kalau kami semua terinfeksi,” jelas Paru-paru.

“Aku setuju banget apa yang kamu sampaikan, Ru,” Lidah menyetujui penjelasan Paru-paru.

“Lidah, benarkan apa yang aku sampaikan?” tanya Paru-paru.

“Benar banget,” jawab Lidah.

Eh... ini kenapa malah ribut lagi sih? Kenapa saling menyalahkan lagi sih? Kan tadi aku dan Otak sudah jelaskan. Gak boleh ada yang saling menyalahkan,” ujar Hati.

Udah teman-teman, sekarang kita berdoa aja. Semoga virus ini cepat pergi dan gak masuk ke tubuh manusia,” Hati mencoba menenangkan teman-temannya.

“Iya, benar teman-teman. Kalau kita semakin takut, nanti malah kepikiran terus dan kita jadi stres. Jadi, kita santai aja tapi tetap berusaha agar virus itu tidak bisa menyerang kita,” tambah Otak.

Akhirnya, masyarakat di Kampung Tubuh Manusia mulai tenang, meskipun sebenarnya mereka masih diselimuti ketakutan dan rasa was-was.

TENTANG PENULIS: Herta Widya, Peserta Workshop Menulis Cerpen Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement