Kamis 11 Jun 2020 11:16 WIB

PBB Gelar Pembicaraan dengan Dua Pihak Berkonflik di Libya

PBB menggelar pertemuan virtual untuk mengakhiri konflik di Libya.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Logo PBB (ilustrasi)
Foto: VOA
Logo PBB (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Misi Dukungan PBB di Libya (UNSMIL) mengumumkan bahwa delegasi dari pemerintah Libya dan panglima perang Khalifa Haftar terlibat dalam pembicaraan putaran ketiga dari Komisi Militer Bersama 5 + 5 (JMC) yang bertujuan untuk mengakhiri pertempuran di negara itu, Rabu (10/6) waktu setempat. UNSMIL mengadakan pertemuan dengan Haftar pada 3 Juni serta satu dengan delegasi pemerintah Libya pada Selasa (9/5).

"Kedua pertemuan yang dilakukan secara virtual berjalan produktif dan memungkinkan UNSMIL untuk mendiskusikan dengan para delegasi perkembangan terbaru di lapangan dan untuk menerima komentar mereka tentang rancangan perjanjian gencatan senjata sebagaimana disampaikan oleh Misi kepada para pihak pada 23 Februari 2020," kata UNSMIL dalam sebuah pernyataan dikutip Anadolu Agency, Kamis (11/6).

Baca Juga

Selama bertahun-tahun, milisi Haftar dengan dukungan negara-negara Arab dan Eropa berjuang melawan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) di negara kaya minyak. Konflik dalam negara itu telah menyebabkan kematian banyak warga sipil bersama dengan kerusakan material yang luas.

"Sementara UNSMIL memuji keseriusan dan komitmen kedua belah pihak dalam jalur dialog JMC, UNSMIL menyerukan kepada mereka (Haftar dan GNA) untuk melakukan de-eskalasi demi menghindari korban sipil lebih lanjut dan gelombang perpindahan baru," kata UNSMIL.

UNSMIL mengatakan bahwa antara 5 dan 8 Juni, serangan udara dan roket grad menewaskan sedikitnya 19 warga sipil, termasuk tiga wanita dan lima anak-anak. Itu terjadi dalam serangan di setidaknya tiga lokasi di luar kota pantai strategis Sirte.

PBB bersama dengan negara-negara Arab dan Barat memberikan tekanan kuat pada kedua belah pihak untuk menghentikan pertempuran di Libya pada saat milisi Haftar menderita kerugian besar. Kota Tarhuna yang strategis dan penting, dianggap sebagai benteng terakhir Haftar dan telah dibebaskan oleh tentara Libya pada Jumat.

Pemerintah Libya yang diakui secara internasional berkonflik dengan pasukan Haftar sejak April 2019, dengan lebih dari 1.000 tewas dalam kekerasan. Pada Maret, pemerintah Libya meluncurkan Operation Peace Storm untuk melawan serangan di ibu kota dan baru-baru ini mendapatkan kembali lokasi strategis, termasuk pangkalan udara Al-Watiya dan kota Tarhuna, yang dipandang sebagai pukulan signifikan bagi pasukan Haftar.

Berita ini diterbitkan di: https://www.aa.com.tr/en/africa/un-libyan-government-haftar-in-5-5-military-talks/1872795

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement