Selasa 14 Apr 2020 06:03 WIB

Gara-Gara Corona, Kloset “Basah” Naik Daun

Membersihkan diri dengan air setelah buang hajat ada dalam tradisi Islam.

Papan penanda arah ke toilet.
Foto:

Benua Amerika baru mengenal kloset dalam skala luas setelah Perang Dunia I, ketika pasukan yang ditempatkan di Eropa kembali ke negaranya. Mereka yang berada di tempat penugasan sering melihat bidet di kamar mandi, dan membawanya pulang saat kembali ke negaranya.

Namun di kampung halamannya, bidet dikaitkan dengan hal-hal di luar tujuan awalnya bahkan dianggap amoral. Di Amerika Serikat dan Inggris, ketika berbagai bentuk cebokan dianggap sebagai pencegahan kehamilan, bidet dianggap sebagai alat untuk ber-KB.

Norman Haire, perintis ide pengontrolan kelahiran, memasukkannya pada tahun 1936, dengan menulis, "Kehadiran bidet dianggap hampir sebagai simbol dosa." Lebih dari itu, bidet dianggap amoral karena umumnya disediakan di kamar-kamar di rumah-rumah bordil.

Sosiolog Amerika saat ini Harvey Molotch setuju, menyimpulkan perangkat itu ternoda oleh hedonisme dan seksualitas Prancis. "Bidet sulit berkembang di AS karena hal-hal seperti itu... Bahkan semua kekuatan kapitalisme tidak dapat menghancurkan tabu itu," katanya.

Kloset diterima, namun cebokan dengan air tidak. Mereka membersihkan badan setelah membuang hajat dengan kain, kemudian berevolusi menjadi dengan tisu. Rata-rata orang Amerika menggunakan 50 pon (sekitar 22,6 kilogram) tisu toilet setiap tahun. Padahal untuk membuat segulung tisu diperlukan sekitar 37 galon (sekitar 140 liter) air dan tambahan 1,6 galon (sekitar enam liter) untuk menyiram toilet. Setelah pandemi Covid-19 mampir di benua itu, "arah angin" pertoiletan mulai berubah.

Kini toko piranti besar di AS seperti Home Depot, Wayfair, dan Lowes menjual kloset dilengkapi semprotan untuk bercebok dengan harga sekitar 250 dolar AS. Selain itu, produk lain dengan harga terjangkau, seperti bidet Tushy, dijual di di EBay dengan harga 79 dolar AS.

"Secara keseluruhan, penjualan kami meningkat sekitar 300 persen selama sepekan terakhir di semua saluran ritel kami," kata Daniel Lalley, direktur komunikasi Brondell, produsen kloset duduk. Secara berkelakar dia menyebut Covid-19 membantu upaya perusahaannya yang sejak 2016 aktif berkampanye pentingnya penggunaan toilet "basah" untuk kelestarian lingkungan.

Sementara itu, di Australia, angkanya lebih tinggi lagi. Randall Calby, direktur pelaksana Aus tralian Bidets, mengatakan penjualan bidet di situs web toilet pembersihnya naik 500 persen. Sebagian besar yang dibeli adalah bidet ekstensi yang bisa dilampirkan pada toilet yang sudah ada. Jika sebelumnya hanya menjual ratusan, kini ribuan unit terjual dalam sepekan.

Calby mengatakan demografi pembeli ju gaberubah sejak ia memulai bisnis ini 16 tahun yang lalu. Dulu, sebagian besar konsumennya adalah orang cacat dan lansia. "Sekarang orang menginginkannya sebagai perubahan gaya hidup untuk memastikan mereka higienis dan sehat. Mereka juga menginginkan perasaan yang menyenangkan, bersih, dan segar," katanya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement