Friday, 17 Syawwal 1445 / 26 April 2024

Friday, 17 Syawwal 1445 / 26 April 2024

Azerbaijan Sebut Armenia Diskriminasi Umat Islam

Rabu 03 Feb 2016 12:35 WIB

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Winda Destiana Putri

Tamerlan Elmar Oglu Karayev

Tamerlan Elmar Oglu Karayev

Foto: Google

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Azerbaijan Tamerlan Elmar Oglu Karayev menyatakan, Armenia bohong besar jika negaranya hidup dalam demokrasi dan toleransi.

Sebab, faktanya warga negara Armenia tidak betah tinggal di negara tersebut, dan memilih mengungsi di Azerbaijan.

"Armenia bohong soal toleransi terhadap Muslim di negaranya. Faktanya, kami punya 1 juta pengungsi Muslim," kata Elmar, saat berdiskusi dengan Ketua MPR Zulkifli Hasan, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (3/2).

Elmar sebut Armenia tidak mengizinkan Muslim tinggal di negarnyaa. Media Armenia juga dinilai memberitakan propaganda mengenai demokrasi dan toleransi.

"Bagaimana bisa menyebut itu demokrasi kalau mereka tidak mengizinkan Muslim. Warga mereka sendiri juga enggan tinggal di negaranya," ujarnya.

Ajerbaijan sebut Armenia sebagai negara yang rasis. Warga negara mereka boleh tinggal di negara manapun, sementara mereka tidak mengizinkan warga bangsa lain tinggal dinegaranya.

Bahkan, menurutnya, Amerika Serikat sudah sejak 20 tahun lalu menyerukan agar Armenia menghentikan tindakan rasisnya tersebut. Namun, tindakan represif pemerintah Armenia tetap berjalan, meski PBB juga ikut mengeluarkan resolusi untuk mengecam tindakan militer mereka.

Elmar bercerita, pernah ada tiga warga Azerbaijan yang sedang berziarah ke makam orang tua mereka, dan kemudian membacakan Alquran. Namun tiba-tiba tentara Armenia menangkap dua orang dan satu orang dibunuh.

Lalu, disungai di sebuah perbatasan, Armenia memasukan sebuah bom ke dalam mainan, dan kemudian mengalirkannya ke desa di Azerbaijan untuk kemudian diambil oleh anak-anak di desa tersebut. Elmar juga mengungkapkan bahwa tentara Armenia yang diduga diback-up oleh Rusia, kerap melakukan penembakan terhadap warganya di perbatasan.

"Itulah kebenarannya, kami punya dokumennya," kisahnya.

Namun, Elmar mengakui tidak bisa berbuat banyak untuk mencegah hal tersebut, karena jika mereka membalas akan dihasut sebagai tindakan rasis dan radikal. Bahkan Armenia tidak segan-segan menghancurkan desa-desa di perbatasan, dan hampir setiap hari menembaki dan membunuh warganya.

"Militer kami dapat saja melawannya, kami jauh lebih kuat, tapi tidak ada yang menginzinkannya. Semua orang tahu kondisi di Palestina, tapi tidak tahu kondisi di Armenia. Dunia harus tahu wajah sesungguhnya Armenia," ucap dia.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler