Thursday, 14 Zulhijjah 1445 / 20 June 2024

Thursday, 14 Zulhijjah 1445 / 20 June 2024

Sosialisasi Empat Pilar Bakal Usung Istilah 'Ini Baru Indonesia'

Sabtu 30 May 2015 22:44 WIB

Rep: c80/ Red: Dwi Murdaningsih

  Ketua MPR RI Zulkifli Hasan,menghadiri dan membuka kegiatan acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Aula Gedung Bapedda Pemerintah Provinsi Jambi, Sabtu (30/5).

Ketua MPR RI Zulkifli Hasan,menghadiri dan membuka kegiatan acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Aula Gedung Bapedda Pemerintah Provinsi Jambi, Sabtu (30/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan menginginkan ada perubahan metode dalam mensosialisasikan empat pilar kebangsaan. Menurutnya, pola yang dilakukan selama ini dalam mengenalkan dasar -dasar negara tersebut terkesan konvensional dan membosankan, sehingga selalu menjadi objek yang tidak menarik dipelajari terutama dikalangan anak muda.

"Jadi kita harus membuat sesuatu yang sesuai dengan zamannya. Sosialisasi sistem belajar mengajar tetap ada. Tapi itu kedepan akan ditingkatkan menjadi semacem TOT atau training of trainer," kata Zulkifli Hasan, Sabtu (30/5).

Dia akan bekerja sama dengan Lembaga Pertahanan Nasional atau Lemhanas dan berlangsung selama 15 hari.  Zulkfli menyebutkan sebelumnya ada Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila atau disingkat BP7, sebuah lembaga negara yang tugasnya menjaga Ideologi Pancasila. Namun, pada tahun 1998 BP7 dibubarkan dengan TAP MPR No XVIII/MPR/1998. Sehingga hal itu membuat metode sosisaliasi secara persuasif dilarang.

Lembaga tersebut rencananya dibentuk untuk melakukan pelatihan kepada tokoh -tokoh bangsa dari berbagai unsur seperti TNI, Polri, Dosen, Bupati dan lain -lain. Sehingga proses sosialisasi empat pilar kebangsaan tersebut akan menjadi lebih menarik bagi masyarakat. "Saya lagi usul dengan presiden, untuk ada lembaga sendiri," ungkap Zulkifli.

Tetapi, kata dia, penyampaian pesannya pun harus dengan cara yang mudah dan ringan. Sehingga tidak seperti menggurui, namun dapat dimengerti. Zulkifli menyebutkan metode tersebut dengan nama 'ini baru Indonesia'. Pada 1 Juni saat hari kelahiran Pancasila di Blitar, ia berharap para tokoh dapat menyampaikan pesan nilai -nilai luhur yang mudah dimengerti. "Misalnya gotong royong 'itu baru Indonesia'. Tapi yang berkelahi, lempar-lempar kursi itu bukan Indonesia," ujar Zulkifli.

Menurut Zulkifli, itu merupakan contoh -contoh penyampaian Pancasila yang sederhana tapi mudah dimengerti. Orang -orang, lanjut dia, tidak perlu digurui, tidak perlu waktu khusus untuk belajar, tetapi akan mengerti makna dari nilai-nilai luhur yang terkandung dalam empat pilar kebangsaan. "Bukan berarti metode sebelumnya kurang efektif, tapi kan zamannya berbeda. Sekarang kan banyak yang menggunakan media sosial, seperti Twitter, facebook dan lainnya," kata dia.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler