Informasi Palsu Bayangi Peristiwa Cuaca Ekstrem di Seluruh Dunia

Kelompok yang skeptis perubahan iklim kerap salahkan teknologi penyemaian awan.

www.freepik.com
Muncul perdebatan tentang teknologi penyemaian awan yang dinilai membantu peran pemanasan global.
Rep: Lintar Satria Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kelompok-kelompok yang skeptis dengan perubahan iklim menyalahkan modifikasi cuaca. Teknologi yang dikenal sebagai penyemaian awan itu dinilai membantu peran pemanasan global atas banjir yang menghancurkan beberapa negara baru-baru ini mulai dari Brasil sampai Kenya.

Baca Juga

Pakar mengatakan tingginya curah hujan di beberapa wilayah yang dipicu fenomena El Nino sesuai dengan perkiraan meningkatnya peristiwa cuaca ekstrem. Namun di internet, orang-orang yang skeptis dengan perubahan iklim yakin hal itu disebabkan rekayasa alam bukan karbon emisi.

"Bandara Dubai terlihat seperti film apokaliptik. Video banjir benar-benar gila," kata komentator berhaluan konservatif Robby Starbuck pada 460 ribu pengikutnya di media sosial X, seperti dikutip dari Japan Today, Kamis (20/6/2024).

Cicitan itu ia sampaikan setelah Dubai dilanda hujan deras dengan curah hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Saya melihat beberapa orang menyalahkan perubahan iklim padahal sebenarnya itu karena penggunaan modifikasi cauca. Penyemaian awan di mana bahan kimia disemprotkan ke awan untuk membuat hujan seperti ini," katanya.

Klaim manipulasi cuaca muncul setelah terjadi banjir besar di beberapa negara tahun ini termasuk di Zimbabwe, Uni Emirat Arab dan negara-negara lain. Berdasarkan data Google Trends pencarian kata penyemaian awan mencapai rekor tertingginya setelah Dubai dilanda banjir bulan April lalu.

"Saya tidak setuju planet kita memiliki penyemaian awan di mana-mana bukan?" kata salah satu pengguna media sosial X pada akhir Mei lalu, menyalahkan tingginya curah hujan akhir-akhir ini.

Penyemaian awan yang melempar partikel kecil ke langit untuk merangsang hujan ke satu lokasi geografis tertentu semakin populer untuk mengatasi kekeringan dan meningkatkan pasokan air. Namun menurut ilmuwan teknik itu tidak bisa menciptakan cuaca atau memicu hujan dalam skala yang terlihat seperti di Jerman dan Amerika Serikat (AS).

"Karena variabilitas alami awan tinggi, sangat sedikit bukti ilmiah yang menunjukkan memang mempunyai dampak terukur terhadap curah hujan,” kata salah satu ketua tim ahli modifikasi cuaca di Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Andrea Flossmann.

Dampak jangka panjang penyemaian awan...

 

Menurut pakar perubahan iklim melipatgandakan kemungkinan banjir seperti yang terjadi di Brasil dan fenomena El Nino memperburuk intensitas hujan. "Jelas terdapat konsensus perubahan iklim bertanggung jawab atas peristiwa cuaca-cuaca ekstrem ini," kata ilmuwan Brasil dari Rio Grande do Sul, Mariana Madruga de Brito.

Ia mengatakan tidak lama setelah banjir melanda negara bagian tempat ia tinggal, ia melihat unggahan foto-foto awan di media sosial yang mengklaim awan-awan itu hasil rekayasa dan mempertanyakan institusi-institusi ilmiah.

Menurutnya penyemaian hujan tidak bisa mengakibatkan peristiwa sebesar yang terjadi di Rio Grande do Sul. Asisten profesor di University of Wyoming Di Yang mengatakan penelitian ekstensif selama beberapa dekade menunjukkan tidak ada dampak skala besar atau jangka panjang yang pasti dari penyemaian awan.

Namun, kelompok-kelompok yang skeptis dengan perubahan iklim kerap menyalahkan teknik ini. Kepala penelitian di Center for Countering Digital Hate Callum Hood mengatakan ketika peristiwa cuaca buruk semakin sering terjadi, para penyangkal iklim berusaha keras untuk mengklaim cuaca ekstrem ini tidak ada hubungannya dengan perubahan iklim. "Sekarang Anda bisa melihatnya setiap musim panas," katanya.

Hood mengatakan seiring dengan semakin banyaknya perubahan yang terjadi pada musim dan ekosistem, argumen yang sedikit lebih konspiratif dan lebih baru mengalahkan narasi lama dengan menyangkal pemanasan bumi dengan mencoba berargumen kejadian cuaca ekstrem memiliki penyebab lain, entah itu rekayasa alam atau yang lainnya.

Peneliti Institut Nasional Brasil untuk Penelitian Antariksa Lincoln Muniz Alves mengatakan penyebaran narasi yang salah tidak hanya menghalangi komunikasi yang efektif selama krisis lingkungan. Namun juga memperkuat pandangan mereka yang menyangkal realitas perubahan iklim.

Metode modifikasi cuaca masih menjadi kontroversi di kalangan komunitas ilmiah, sebagian karena adanya potensi konsekuensi yang tidak diinginkan seperti kelebihan hujan dan polusi. Namun para ahli mengatakan kehati-hatian seperti itu seharusnya tidak mendiskreditkan realitas krisis iklim.

"Fokus pada penyemaian awan ini melewatkan gambaran yang lebih besar selama lebih dari satu abad, manusia melepaskan gas rumah kaca (yang) memanaskan planet ini dan membuat hujan lebat lebih mungkin terjadi di banyak wilayah di dunia," kata peneliti di Grantham Institute, Imperial College London Edward Gryspeerdt.

"Kita sudah memanipulasi cuaca dalam skala global (yang lebih besar) daripada yang bisa dilakukan melalui penyemaian awan," tambahnya.

 
Berita Terpopuler